Bangunan baru di Taman Mini terus bertambah. Kini diperkenalkan maskot Nitra -itulah si Kera Putih, Hanoman. TAMAN Mini Indonesia Indah (TMII) bersolek Sabtu pekan lalu. Bukan hanya umbul-umbul dan pernik-pernik hiasan yang membedakan wajah Taman Mini hari itu, tapi juga pengunjungnya. Presiden Soeharto dan Ibu Tien, Wakil Presiden Sudharmono beserta istri, dan sederetan menteri serta perwakilan negara sahabat datang berbaur dengan pengunjung yang lain. Yang paling ceria tentu saja Ibu Tien Soeharto. Sebagai Ketua Badan Pengelola dan Pengembangan TMII, ia patut bergembira karena TMII, hasil gagasannya untuk "menampilkan Indonesia yang besar dalam bentuk yang mini", memasuki usia dua windu. "Ini semua adalah berkat kerja keras dan dukungan masyarakat luas," tulis Ibu Tien dalam buku Dwiwindu TMII. Tambahan sarana kali ini adalah Museum Telekomunikasi, Museum Transportasi, dan Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan, yang pembangunannya menghabiskan biaya sekitar Rp 2 milyar. Ketiga bangunan ini masing-masing diserahkan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Soesilo Soedarman, Menteri Perhubungan Azwar Anas, dan Menristek B.J. Habibi kepada Ibu Tien sehari sebelumnya. Di sepanjang jalan dari tempat upacara di Sasono Langen Budoyo menuju ke tiga sarana baru ini suasana pun hangat dan meriah. Pak Harto, yang siang itu ditemani tiga cucunya, seakan membaur dengan pengunjung yang lumayan banyaknya. Ketika mencoba kereta kuno di Museum Transportasi, Pak Harto bergurau, "Ayo, karcis, karcis ...." Hadirin tertawa. Memang selama acara peringatan HUT itu, suasana tampak santai, dan pengamanan terhadap Presiden sengaja dikendurkan. Ada 19 kelompok penari kuda lumping dari SD-SD di sekitar TMII menghibur undangan yang berkeliling dengan kereta api. Para pengamen dangdut pun, yang menjaja musiknya dengan alat elektronik, naik derajatnya. Mereka diundang khusus untuk berdangdut di 15 sudut. Hari itu diperkenalkan maskot Taman Mini: Hanoman. Namun, kera putih dalam kisah Ramayana ini sebagai maskot bernama Nitra -disingkat dari Anjaniputra, nama lain Hanoman. Ia menggambarkan keperkasaan kepribadiannya dalam membela dan berjuang untuk kebenaran tanpa pamrih. "Kita masih ingat bagaimana perjuangan Ibu Tien ketika ingin melaksanakan idenya, banyak diprotes," kata Sampurno, S.H., general manager TMII. Memang, sebelum peresmian 20 April 16 tahun yang lalu, prakarsa Ibu Tien itu banyak ditentang berbagai kalangan. Aksi protes bermunculan. Namun, pembangunan jalan terus, dan kini TMII menjadi sarana hiburan dan pendidikan yang menarik selain sebagai etalase Indonesia yang beragam budaya ini. Perjalanan TMII adalah cerita sukses. Sampai saat ini TMII semakin bertambah saja kesemarakannya. Kini di sana, selain terdapat 27 anjungan dari provinsi di seluruh Indonesia juga terdapat 10 museum. Selain itu, ada Taman Burung dan Teater Imax "Keong Emas" yang selalu padat pengunjung. "Bertambahnya sarana saya harap bisa semakin mencerminkan wajah Indonesia secara lebih lengkap," kata Wapres Sudharmono selaku Pembina TMII. Seperti dikatakan Sampurno, taman ini tidak pernah memperoleh subsidi dari pemerintah pusat. Seluruh biaya operasional dan gaji pegawai, yang kini berjumlah sekitar 1000 itu, sepenuhnya ditanggung oleh hasil penjualan karcis masuk. Memang, pengunjung TMII meningkat terus dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990, tidak kurang 5,7 juta pengunjung datang. Ada kenaikan 5% dari tahun sebelumnya. Rustam F. Mandayun dan Linda Djalil
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini