Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Media Sosial Bantu Film Horor Naik Daun, Akademisi Unair: Ceritanya Viral Duluan

Pengamat film dari Unair menilai kesuksean genre horor-kriminal di Indonesia ditopang oleh media sosial. Kisah viral cenderung masuk ke layar lebar.

25 Juni 2024 | 23.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat film dari Universitas Airlangga (Unair), Igak Satrya Wibawa, mengatakan antusiasme jutaan penonton Indonesia terhadap film bergenre horor tidak muncul begitu saja. Genre tersebut belakangan naik daun karena digenjot oleh media sosial. Buktinya tampak pada kesuksesan sejumlah film horor lokal, seperti KKN di Desa Penari dan Vina: Sebelum 7 Hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ceritanya sudah viral dulu di media sosial. Bisa dibilang promosi yang masif juga memberikan efek positif, bahkan sebelum film itu dirilis,” kata Igak melalui keterangan tertulis, Selasa, 25 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair itu menyebut media sosial berperan besar dalam perubahan perilaku masyarakat. Ketertarikan masyarakat terhadap suatu cerita bisa mendorong minat rumah produksi untuk membuat film adaptasi.

Sejumlah film horor dan thriller memang diangkat dari kisah nyata, mulai dari film Perawan Desa (1980) yang menceritakan peristiwa kejahatan asusila terhadap Sum Kuning; Arie Hanggara (1985), serta Marsinah (2001). Tema horor-kriminal sejumlah film lawas tersebut, menurut Igak, identik dengan Vina: Sebelum 7 Hari, kisah yang mengangkat rekayasa kematian Vina Cirebon. Namun, antusiasme masyarakat dulu berbeda, karena penggunaan media sosial belum semasif sekarang.

Igak menduga genre horor juga laris karena jalan cerita yang sederhana, namun mendorong adrenalin. Alih-alih plot yang rumit, penonton lokal dianggap lebih mencari sensasi kaget dan takut.

Meski terangkat oleh media sosial, dosen Unair ini tidak setuju bila film horor-kriminal seperti Vina: Sebelum 7 Hari disebut bisa membantu pengusutan kasusnya. “Selesai tidaknya sebuah kasus itu bukan peran film, tetapi kepolisian,” tutur dia.

Meski begitu, dia mengakui bahwa film bisa membantu mengangkat kembali isu kriminal yang belum terpecahkan. Pasalnya, kata Igak, pemerintah cenderung bertindak setelah sebuah kasus menjadi viral.

“Ke depannya, viral culture akan menjadi kontributor yang signifikan untuk memproduksi film di Indonesia,” tutur Igak.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus