Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mengapa ABRI Peduli Stabilitas

Presiden soeharto meresmikan selesainya renovasi beberapa bangunan di seskoad bandung. pak harto termasuk alumnus seskoad. abri jangan terjerumus praktek militerisme. perlu stabilitas keamanan.

2 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KUNJUNGAN itu seolah mengusik kembali sebuah kenangan lama. Itulah sepenggal suasana tatkala Presiden Soeharto berkunjung dan sekaligus meresmikan selesainya renovasi dan rehabilitasi beberapa bangunan di kompleks Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad), Rabu pekan silam di Bandung. Pak Harto memang pernah tercatat sebagai siswa di lembaga pendidikan tertinggi di lingkungan TNI AD itu pada 1959-1960. Ketika itu, Pak Harto masih berpangkat kolonel dan sudah memangku jabatan sebagai Pangdam Diponegoro. "Dulu saya tinggal di rumah ini. Ini kamar saya, ini kamar mandi saya yang sempit," kata Pak Harto seperti yang ditirukan oleh Mayor Jenderal Feisal Tanjung, Komandan Seskoad. Selama sekitar 1,5 jam Pak Harto meninjau kompleks Seskoad yang kini luasnya 21,6 ha -- sebelumnya 17 ha. Dana yang dikeluarkan untuk merenovasi dan merehabilitasi kompleks Seskoad berupa Bantuan Presiden sebesar Rp 2,9 milyar. Peranan dan sumbangan Seskoad dalam sejarah Orde Baru memang besar. Menjelang dan setelah meletusnya peristiwa G30S-PKI, sejumlah teknokrat -- antara lain Emil Salim, Fuad Hasan, Subroto, dan Mochtar Kusuma Atmadja -- dan beberapa perwira TNI AD sering melakukan diskusi yang membahas politik nasional di Seskoad. Salah satu tonggak bersejarah yang pernah ditancapkan oleh lembaga ini, antara lain, menyelenggarakan seminar AD II tahun 1966 yang merivisi doktrin TNI AD "Tri Ubaya Cakti" serta menyusun "Konsep Strategi Kabinet Ampera". Kini, dalam usia yang sudah menginjak 39 tahun, Seskoad sudah mencetak 6.496 alumni -- 6.067 TNI AD, 86 TNI AL, 76 TNI AU, 60 Polri, 18 pejabat sipil, dan 229 perwira dari 23 negara lain. Di antara alumnus Seskoad itu, ada 16 orang yang tercatat mencapai pangkat jenderal alias berbintang empat, antara lain Soeharto, Soemitro, Rudini, Try Sutrisno, dan Edi Sudradjat. Tema Dies Natalis Seskoad ke-39 yang jatuh pada Jumat pekan silam adalah: Pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia. "Pendidikan memainkan peran penting, bahkan mungkin peran sentral untuk menyiapkan manusia-manusia Indonesia pada tingkat kualitas yang diharapkan," kata KSAD Jenderal Edi Sudradjat pada peringatan HUT itu. Jenderal Edi juga membacakan pesan tertulis Pak Harto, yang antara lain mengingatkan lagi agar ABRI jangan sampai terjerumus dalam praktek militerisme. "Harus kita camkan sedalam-dalamnya bahwa kita menolak militerisme, Otoriterisme, serta totaliterisme dalam segala bentuknya. Baik yang dilakukan dengan sengaja maupun dengan tidak sengaja," tulis Presiden Soeharto. Ajakan Pak Harto itu tampaknya tercermin dalam orasi ilmiah berjudul "Profesionalisme Perwira ABRI -- Masa Kini dan Masa Depan", yang disampaikan Letnan Kolonel Susilo Bambang Yudhoyono dalam acara Dies Natalis Seskoad itu. Menurut dosen terbaik Seskoad 1989/1990 itu, profesionalisme ABRI jangan diartikan dalam konteks profesionalisme yang sempit dan bersifat teknis. Sesuai dengan hakikat Dwifungsi ABRI, rumusan profesionalisme ABRI memiliki dua dimensi: bidang hankam dan bidang sosial politik. Susilo, 40 tahun, antara lain menyinggung soal gerakan demokratisasi yang kini melanda dunia. Hal itu tampaknya bakal memberikan dampak yang negatif kepada masyarakat Indonesia yang sedang berada dalam masa transisi, dari masyarakat agararis-tradisional menuju masyarakat modern-industrial. Ciri pokok masyarakat transisi ini adalah memudarnya nilai-nilai lama seraya mencari nilai-nilai baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan zaman. "Iklim yang demikian jelas mengandung kerawanan," kata Susilo. Maka, apabila bayangan akan perubahan, pergolakan, dan ketidakpuasan rakyat terhadap para penguasaan di berbagai negara itu ditangkap secara sempit, akan timbul inspirasi bagi gerakan kaum radikal yang frustrasi. Dari sudut pandang keamanan, jaminan yang harus diberikan adalah terciptanya stabilitas keamanan di dalam negeri dan tersedianya kekuatan militer yang cukup, agar dalam percaturan ekonomi global Indonesia tidak disudutkan pada posisi yang lemah. Bagaimanapun jaminan stabilitas ini sangatlah penting mengingat pembangunan nasional saat ini tak bisa lepas dari bantuan dana dari luar negeri, baik berupa pinjaman maupun investasi modal asing. Pada bagian lain dari orasi ilmiah itu, Susilo juga mengutip majalah Fortune International edisi khusus akhir tahun 1985 tentang faktor risiko yang harus diketahui oleh para investor asing jika ingin menanamkan modalnya di kawasan Pasifik ada 13 negara yang diukur tingkat risiko atau aman tidaknya menanamkan modal di negara itu, dengan menetapkan empal peringkat risiko mulai dari A (risiko paling rendah) hingga D (risiko paling tinggi). Alhasil, Indonesia masuk peringkat C bersama RRC. Dua hal yang membuat Indonesia berada pada peringkat itu: kerawanan dalam suksesi kepemimpinan nasional, serta jumlah utang yang dianggap tinggi. Menurut Fortune, utang Indonesia kini mencapai US$ 53 milyar dengan jumlah bunga sepertiga dari anggaran nasional. Memang, seperti yang ditulis Susilo penilaian ini belum tentu tepat benar. Namun, mengingat kredibilitas dan jaringan yang luas dari majalah itu di seluruh dunia, penilaian itu pasti memberikan pengaruh kepada para calon investor. "Oleh karena itu, tidak kelirulah apabila ABRI sangat peduli dan ingin mewujudkan stabilitas keamanan dalam negeri secara maksimal." Uraian yang disampaikan Susilo itu kembali membuktikan bahwa Seskoad masih tetap menjadi dapur konsepsi TNI AD. AKS dan Ida Farida (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus