Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Klaten - Tidak semua difabel bisa mengendarai sepeda motor modifikasi roda tiga yang sama. "Sebelum mulai merakit sepeda motor roda tiga, saya harus tahu kondisi fisik pemesannya," kata Partoyo, pengelola bengkel spesialis modifikasi sepeda motor roda tiga saat ditemui Tempo di rumah sekaligus bengkelnya di Dusun Pulorejo, Desa Mlese, Gantiwarno, Kabupaten Klaten, pada Selasa, 4 Desember 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Sepeda Motor Roda Tiga Bangkitkan Rasa Percaya Diri Difabel
Partoyo mengatakan, ada empat ragam modifikasi sepeda motor untuk difabel. Pertama, sepeda motor roda tiga biasa untuk penyandang disabilitas ringan atau bisa berjalan sendiri dengan menggunakan tongkat atau kruk. Tarif modifikasinya berkisar Rp 4 sampai 5 juta dan waktu pengerjaannya sekitar 2 sampai 3 pekan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedua, sepeda motor dengan tambahan sespan atau boks di samping sepeda motor untuk memboncengkan difabel pengguna kursi roda. Tarif modifikasinya berkisar Rp 4 sampai 5 juta dan waktu pengerjaannya sekitar 3 pekan.
Ketiga, sepeda motor dengan setang yang dipindah ke sespan. Singkatnya, kendali kemudi dipindahkan dari bodi sepeda motor ke sespan. Tarif modifikasinya Rp 5 sampai 6 juta dan waktu pengerjaannya berkisar 3 sampai 4 pekan.
Partoyo duduk di atas sespan sepeda motor roda tiga hasil rakitannya. Partoyo adalah penyandang disabilitas paraplegia asal Dusun Pulorejo, Desa Mlese, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, yang mengelola usaha bengkel spesialis modifikasi sepeda motor roda tiga untuk difabel. Dinda Leo Listy / KLATEN
Keempat, sepeda motor dengan setang dan roda depan yang dipindah ke sespan. Tarif modifikasinya Rp 6 sampai 7 juta dan waktu pengerjaannya sekitar sebulan. Sepeda motor modifikasi jenis ketiga dan keempat ini untuk difabel berkursi roda.
"Mereka mengendalikan sepeda motor dari sespan, tidak perlu turun dari kursi roda," kata Partoyo. Fungsi rem dipindah ke setang atau dibuat injakan di lantai sespan. Persneling pakai tangan, disambungkan dengan tongkat. Kalau sepeda motornya pakai kopling, tuas koplingnya bisa digabung ke tongkat presneling. Bagi penyandang disabilitas pada tangan kanan, gasnya bisa dipindah ke setang sisi kiri.
Sespan untuk motor difabel rata-rata berukuran lebar 60 sampai 75 sentimeter, panjang 120 sentimeter, dan tinggi 70 sentimeter (dari lantai sespan). "Bahan sespannya bisa pakai besi pelat biasa atau bordes aluminium. Setelah sespannya jadi, baru membuat pengait ke bodi sepeda motor, dari belakang, tengah, dan depan.
Baca juga:
Gempa Yogyakarta 2006 Jadi Tonggak Bengkel Sepeda Motor Difabel
Setelah sespan terpasang ke bodi sepeda motor, proses selanjutnya memindahkan setang ke sespan dan menghubungkannya ke roda depan menggunakan tie rod layaknya sistem kemudi pada mobil. Langkah terakhir, mengganti kabel gas dan selang rem yang lebih panjang. "Untuk roda tiga biasa pakai sepeda motor matic. Kalau ditambah sespan biasanya pakai sepeda motor bebek, kabel gasnya dari Vespa dan selang remnya dari Kawasaki KLX," kata Partoyo.
Partoyo menunjukkan SIM D miliknya. Partoyo adalah penyandang disabilitas paraplegia yang mengelola usaha bengkel spesialis modifikasi motor roda tiga di rumahnya di Dusun Pulorejo, Desa Mlese, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten. Dinda Leo Listy / KLATEN
Untuk merakit sepeda motor roda tiga di bengkelnya, Partoyo dibantu tiga rekan difabel penyandang polio pada kaki asal Kecamatan Gantiwarno, Jogonalan, dan Ngawen. "Mereka personel baru di bengkel ini setelah direkrut oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Klaten. Kalau ada pesanan bikin motor difabel, mereka baru ke sini," kata Partoyo.
Partoyo menjamin kualitas sepeda motor roda tiga rakitannya tangguh di segala medan. Motor rakitannya pernah digunakan Sri Lestari, biker perempuan penyandang paraplegia asal Klaten, untuk menempuh rute Jakarta - Bali pada 2013. "Sepeda motor yang pertama kali dipakai touring Mbak Sri dulu hasil rakitan saya dan Pak Yunanto (mantan rekan kerja Partoyo asal Kecamatan Wedi, penyandang disabilitas pada kaki kiri karena diamputasi)," katanya. "Sepeda motor itu aman saja. Tidak ada masalah di sepanjang perjalanan."