Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Mengenal Sembilan Habib dan Penamaan dalam Kepengurusan PBNU

Ada sembilan orang habib dalam struktur kepengurusan PBNU Periode 2022-2027.

19 April 2024 | 21.30 WIB

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus saat memberikan tausyiyah dalam Pembukaan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Senin, 29 Januari 2024. Dok.istimewa
Perbesar
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus saat memberikan tausyiyah dalam Pembukaan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Senin, 29 Januari 2024. Dok.istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Malang - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU berharap polemik perihal nasab Bani Alawi atau zuriah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam dihentikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ketua PBNU Bidang Keagamaan Kiai Haji Ahmad Fahrur Rozi mengaku sangat memprihatinkan polemik yang sudah berlangsung setahun lebih hingga menimbulkan sikap diskriminatif dan rasialisme terhadap semua keturunan Arab.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PBNU berpandangan polemik mengenai zuriah maupun gelar habib itu sudah mengarah jadi politisasi suku, agama, ras, dan antargolongan atau SARA.

“Jangan sampai dijadikan alat untuk rasisme dan memecah belah sesama umat Islam. Karena saat ini jadi ramai di beberapa grup WA (Whatsapp) saling caci maki dan menjadi rasisme kebencian kepada semua keturunan Arab. Ini berbahaya,” kata Fahrur Rozi kepada Tempo, Rabu, 17 April 2024.

Selanjutnya soal Habib di NU..

Menurut Fahrur, Nahdlatul Ulama percaya ada nasab habib yang tersambung pada Nabi Muhammad sehingga tidak perlu diperdebatkan dan sudah sepatutnya mereka dihormati. Bentuk penghormatan terhadap para habib dibuktikan PBNU dengan selalu melibatkan habib dalam kepengurusan organisasi keagamaan Islam yang berumur hampir 100 tahun itu. NU berdiri di Surabaya pada 31 Januari 1926.

Sebagai contoh, Fahrur menyebutkan terdapat sembilan habib dari berbagai daerah di Indonesia dalam kepengurusan PBNU Periode 2022-2027. 

“Dari dulu hingga sekarang kami tidak mempermasalahkan nasab mereka karena kami mempercayai kezuriahan para habib ini. Kami menghormati keluarga keturunan Rasulullah SAW itu ada dasarnya dalam al-Qur’an dan hadis,” ujar Fahrur, Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Perlu diketahui, struktur kepengurusan PBNU menggunakan penamaan mustasyar, syuriyah, rais ‘aam, katib ‘aam, a’wan, dan tanfidziyah.

Mustasyar merupakan penasihat yang terdapat di semua tingkat kepengurusan NU, dari pengurus besar hingga ke pengurus ranting, termasuk yang berada di luar negeri. 

Syuriyah merupakan pengarah, pembina, dan pengawas pelaksanaan keputusan-keputusan organisasi NU. Kedudukan Syuriyah juga tersebar di semua tingkat kepengurusan NU. Syuriah dipimpin oleh Rais ‘Aam, dengan dibantu wakil Rais ‘Aam, Rais, Katib ‘Aam (sekretaris Syuriyah) dan Katib (juru catat). 

Lalu ada lembaga A’wan, yang diisi sejumlah ulama terpandang. A’wan berwenang dan bertugas memberi masukan kepada Syuriyah dan membantu pelaksanaan tugas-tugas Syuriah. 

Sedangkan sebutan Tanfidziyah sederajat istilahnya dengan pengurus harian (eksekutif). Sama dengan Mustasyar dan Syuriyah, struktur Tanfidziyah berada di semua tingkat kepengurusan NU dari pusat sampai ke ranting. Struktur Tanfidziyah terdiri dari ketua umum, wakil ketua umum, ketua bidang, sekretaris jenderal, wakil sekretaris jenderal, bendahara umum dan bendahara. 

Posisi ketua umum dan sekretaris jenderal PBNU Periode 2022-2027 masing-masing ditempati Kiai Haji Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya dan Saifullah Yusuf alias Gus Ipul. 

Nah, kesembilan habib yang disebutkan Fahrur Rozi tersebar di kepengurusan Mustasyar (tiga orang), Syuriyah (satu orang), A’wan (tiga orang), serta dua orang habib di jajaran Tanfidziyah. 

Tiga orang habib yang berkhidmat di Mustasyar yaitu Habib Luthfi bin Yahya (Pekalongan, Jawa Tengah), Habib Zein bin Umar bin Smith (Jakarta), dan AGH Habib Abdurrahim Assegaf Puang Makka (Makassar, Sulawesi Selatan). Seorang habib yang mengabdi sebagai Katib Syuriyah adalah Habib Luthfi bin Ahmad al-Attas dari Jakarta. 

Tiga orang habib yang berkhidmat di kepengurusan A’wan Syuriyah ialah Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf (Surakarta, Jawa Tengah), Habib Ahmad al-Habsyi (Pasuruan, Jawa Timur), dan Habib Mohsen Alaydrus (Palu, Sulawesi Tengah).

Dua orang habib lagi, yaitu Kiai Haji Sayyid Muhammad Hilal al-Aidid (Yogyakarta) dan Habib Abdul Qadir bin Aqil (Jakarta), masuk jajaran Tanfidziyah, masing-masing menjadi wakil ketua umum dan wakil sekretaris jenderal. 

“Itulah para habib di kepengurusan PBNU sekarang. Kami tidak paksakan orang-orang yang tidak mempercayai kezuriahan para habib untuk percaya seperti kami. Kami sangat menghormati perbedaan. Tapi jangan kemudian mereka yang tidak percaya itu seenaknya menistakan nasab habib hanya karena ulah segelintir habib,” kata kiai kelahiran Malang, 30 November 1971 itu.

Selanjutnya, Fahrur berpesan kepada semua habib di Indonesia supaya mawas diri dan berhati-hati saat berdakwah dan berperilaku. Habib harus mampu mendakwahkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamiin, menjadi rahmat bagi alam semesta, sebagaimana diteladankan oleh Nabi Muhammad, para sahabat Nabi, dan para ulama pendahulu. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus