Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin menegaskan pentingnya pembekalan teknik kemanusiaan atau soft power kepada Komando Pasukan Khusus (Kopassus) guna melengkapi kemampuan operasi militer mereka. Hal ini ia sampaikan dalam kunjungan kerjanya di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus) Kopassus di Batujajar, Bandung.
Dalam keterangannya, Sjafrie Sjamsoeddin menjelaskan bahwa Kopassus tidak hanya perlu menguasai kemampuan hard power yang berkaitan dengan operasi militer, tetapi juga harus memiliki keterampilan dalam bidang soft power. Menurutnya, kemampuan ini mencakup teknik kemanusiaan yang strategis dalam menghadapi berbagai situasi di lapangan.
“Saya sudah beri masukan kepada Panglima TNI dan Danjen Kopassus. Kita tidak hanya berbicara operasi hard power, tetapi juga soft power. Oleh karena itu, kita perlu memfasilitasi hal-hal yang menyangkut kemanusiaan di dalamnya,” ujar Sjafrie, dikutip dari Antara.
Kunjungan ini juga menjadi momen penting untuk meninjau rencana pembangunan fasilitas latihan pertempuran kota (Faslat Purkota) di Batujajar. Fasilitas ini dirancang untuk mendukung latihan seluruh matra TNI. Tidak hanya berfokus pada skenario pertempuran militer, fasilitas tersebut juga akan dilengkapi dengan sarana yang mendukung operasi kemanusiaan sebagai bagian dari penguatan soft power. Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto turut hadir dalam kunjungan ini.
Apa Itu Operasi Soft Power?
Melansir dari laman Lembaga Pertahanan Nasional, operasi soft power dalam konteks militer merujuk pada pendekatan non-kekerasan yang menekankan pada penguasaan teknik kemanusiaan. Pendekatan ini mencakup kemampuan prajurit untuk menjalankan tugas-tugas seperti mediasi konflik, pemberian bantuan sosial, dan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat di wilayah tugas.
Dengan mengadopsi strategi ini, Kopassus diharapkan tidak hanya menjadi pasukan yang tangguh dalam pertempuran, tetapi juga mampu berkontribusi dalam upaya menciptakan stabilitas dan perdamaian di berbagai wilayah.
Sjafrie menjelaskan bahwa pendekatan ini sangat relevan mengingat tantangan pertempuran modern yang semakin kompleks dan melibatkan banyak dimensi. Oleh karena itu, penting bagi TNI, khususnya Kopassus, untuk mengintegrasikan elemen kemanusiaan dalam setiap operasi. “Sudah waktunya kita memiliki sarana dan prasarana latihan yang tidak hanya fokus pada satu dimensi seperti pertempuran kota, tetapi mampu menjawab tantangan operasi dengan berbagai skenario multidimensi,” tambahnya.
Pembangunan Faslat Purkota menjadi salah satu langkah strategis untuk mendukung transformasi ini. Fasilitas tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat latihan pertempuran kota, tetapi juga dirancang untuk mendukung operasi dengan pendekatan multidimensi. Sarana latihan ini akan dilengkapi teknologi modern dan fasilitas penunjang kemanusiaan yang memungkinkan prajurit mempraktikkan skenario operasi soft power.
Kehadiran fasilitas ini juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan prajurit dalam menghadapi situasi yang membutuhkan kombinasi antara kekuatan militer dan pendekatan non-kekerasan. Hal ini sesuai dengan visi TNI untuk menjadi institusi yang adaptif dan responsif terhadap dinamika pertempuran masa depan.
Kopassus sebagai salah satu elemen elite TNI memiliki peran strategis dalam menjalankan misi-misi kompleks, baik di dalam maupun luar negeri. Dengan penguatan operasi soft power, Kopassus diharapkan dapat menjalankan peran yang lebih luas dalam mendukung misi kemanusiaan. Pendekatan ini juga dinilai efektif dalam menciptakan citra positif TNI di mata masyarakat internasional.
Pilihan Editor: Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo Promosi Menjadi Pangkogabwilhan I, Ini Profil Putra Try Sutrisno dan Adik Ipar Ryamizard Ryacudu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini