Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul menargetkan angka kemiskinan ekstrem tak ada lagi dalam dua tahun ini. Hal tersebut dia sampaikan dalam rapat kerja bersama Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa, 12 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan jumlah masyarakat yang terdata di dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial atau DTKS saat ini adalah 48,9 persen dari seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 136.677.000 jiwa. "Dari situ, menurut BPS (Badan Pusat Statistik), penduduk miskin itu adalah 9,03 persen atau setara dengan 25.220.000 juta jiwa," kata Ipul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, BPS mencatat persentase kemiskinan ekstrem di Indonesia masih sekitar 0,83 persen. Jumlahnya tercatat sebanyak 2,3 juta jiwa.
"Di mana kemiskinan ekstrem ini akan kami coba dalam waktu dua tahun ke depan bisa sampai kepada 0 persen. Sementara yang miskin dalam waktu lima tahun diupayakan bisa sampai di bawah 6 persen," tutur dia.
Gus Ipul juga membeberkan sasaran kerja Kementerian Sosial yang butuh atensi sosial. Sasaran kerja pertama adalah anak-anak rentan.
"Balita terlantar, anak terlantar, anak berhadapan dengan hukum, anak difabel, anak korban tindak kekerasan, anak jalanan, anak yang memerlukan perlindungan khusus," katanya.
Kemudian difabel atau mereka yang menyandang disabilitas. Sasaran berikutnya adalah para lansia yang terlantar.
"Jadi ini ada program memberikan permakanan pagi dan siang untuk 100 ribu lansia terlantar yang usianya di atas 75 tahun, dilayani oleh kelompok masyarakat."
Selain itu, juga masyarakat berpendapatan rendah seperti gelandangan, pengemis, hingga pemulung. Lalu, korban bencana, baik bencana alam atau non-alam, serta bencana sosial.
Sasaran berikutnya adalah komunitas adat terpencil yang memerlukan afirmasi khusus, kemudian warga binaan. Selanjutnya, korban kekerasan, tindak kekerasan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) atau trafficking, pekerja migran dengan masalah sosial.
Selain itu, para korban narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya baik zat alami atau sintetis (NAPZA) dan HIV AIDS. Kesepuluh, masyarakat yang bermasalah secara sosial. Terakhir, perempuan yang rentan dari segi ekonomi dan tuna susila.
"Ini nanti yang akan jadi sasaran kerja kami ke depan," ujar Gus Ipul.