Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Menyelidiki Bangku Kosong

Soekaji ranuwihardjo, dirjen pt menduga 10% mahasiswa ptn mengundurkan diri, karena ada program bppt stan yang dapat menjamin masa depan mereka. (pdk)

30 Agustus 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK orang terheran-heran: mencari sekolah itu susah, setelah diterima kok ditinggalkan. Buktinya, lebih dari 3.200 bangku kuliah di beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) ternyata kosong. Panitia Penerimaan Mahasiswa Pusat, di Jakarta, mulai Senin pekan ini memanggil tambahan calon mahasiswa dari peringkat di bawah yang telah diterima lewat tes sistem penerimaan mahasiswa baru (Sipenmaru). Menurut Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen P & K, Soekadji Ranuwihardjo, bila melihat persentasenya yang kurang dari 10%, itu masih kecil. Anehnya, beberapa fakultas yang ditinggalkan itu cukup menarik. Di UGM, misalnya, dari 296 calon mahasiswa yang tidak memenuhi panggilan, 52 orang dari Fakultas Ekonomi, 33 dari Fakultas Teknik. Aneh memang. Padahal, sistem saringan Sipenmaru sudah lebih baik dibandingkan model Proyek Perintis. Banyak sekali faktor penyebabnya, kata Hariadi Soepangkat, Rektor ITB, Bandung. Dan itulah proyek baru yang bakal digarap panitia Sipenmaru. Menurut Wiwit Bambang Widiantono, Sekretaris Panitia, tim khusus untuk menyelidiki para calon mahasiswa yang urung mendaftar ulang telah dibentuk. "Dugaan saya, yang menyedot calon mahasiswa PTN itu karena ada program belajar dari BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), juga adanya STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara)," katanya. Soalnya, kedua lembaga itu menjanjikan masa depan yang tampak cerah. Seperti Tekad, 20, lulusan SMA Negeri I Kudus, yang sudah diterima di UGM lewat Sipenmaru. Karena ia juga diterima di STAN Negeri Jakarta, maka UGM dilepas. "Sebab, saya tak ingin lulus universitas, lalu menganggur," katanya. "Tapi, kalau di STAN ada jaminan bisa bekerja di Departemen Keuangan." Tampaknya masih banyak faktor lain yang menyebabkan kekosongan itu. Di antaranya: tidak cocok jurusan, lebih menyukai kuliah di Jawa walaupun di perguruan tinggi swasta, atau pindah kuliah ke luar negeri. Menteri P & K, Fuad Hassan, memandang amat penting penyelesaian bangku tanpa penghuni itu. Untuk sementara ia hanya bisa bilang, "Memang sayang, bangku kuhah yang disediakan tidak dimanfaatkan, sementara ratusan ribu lulusan SMTA tak tertampung." Sayang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus