Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Mereka Mulai Pergi

Beberapa desa di pulau nusa penida, bali, mengalami krisis kekurangan pangan. sejumlah bantuan belum dapat mengatasi keadaan, sehingga banyak yang meninggalkan desanya, bertransmigrasi ke lampung.

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK 2 pekan lalu hujan sudah mengguyur Pulau Bali. Terutama di bagian pegunungan sangat lebat. Bahkan beberapa tempat di kota l)enpasar air menggenang karena got tersurnbat sampah. Tapi di Nusa Penida pulau kecil di seberang laut, setetespun air belum turun. Keadaan ini sudah tentu mencemaskan karena daerah kering yang kritis ini sejak Nopember lalu sudah berteriak minta tolong. Camat Nusa Penida, Anak Agung Gde Raka menuturkan, dari 13 desa di pulau gersang itu 9 desa di antaranya sudah krisis benar. Maksudnya tak ada lagi persediaan pangan, baik beras mau pun singkong. Artinya pula, sebanyak 37.972 jiwa perlu bantuan pangam Desa-desa ini umumnya terletak di kaki bukit dengan mata pencaharian warganya bercocok tanam dan beternak sapi. Akhir Nopember lalu sebanyak 10 ton beras ada dikirim ke Nusa Penida. Tapi jumlah itu ternyata belum apa-apa, sehingga perlu bantuan tahap berikutnya. Awal Desember dikirim lagi 10 ton oleh panitia khusus yang dibentuk DPRD Bali. Inipun belum menyelesaikan soal pangan di sana. Sehingga sambil menunggu sidang DPRD Bali berikutnya untuk menetapkan berapa besar bantuan yang akan diberikan lagi penduduk pulau itu akan tetap prihatin. Oleh karena itu mereka yang tak tahan lagi menunggu, cepat-cepat membawa hewan peliharaannya untuk dijual di daratan Bali dengan harga 50% lebih murah dari semestinya. Apa boleh buat. Asal cepat laku, sebab anak-anak di rumah menunggu makan. Tak kalah dari itu adalah hasrat beberapa orang penduduk pulau kecil itu untuk meninggalkan kampung halaman mereka. Pekan lalu sebanyak 40 orang 14 di antaranya anak-anak - penduduk Desa Kadangdawa dan Sampang (Nusa Penida) berjam-jam berjemur di Pantai Sanur menunggu keberangkatan mereka ke Lampung. Mereka pergi atas kemauan sendiri, dengan biaya (seadanya untuk perjalanan) sendiri pula. Tujuan utama adalah Seputih Raman, di Lampung Tengah, karena di sana ada transmigran asal Nusa Penida. Para transmigran spontan itu hanya diantar oleh seorang pemuda sekampung mereka yang kebetulan pernah ke Lampung. "Selama di perjalanan dan di sana tanggung jawab sendiri-sendiri, saya cuma mengantar dan mencarikan kendaraan" tutur Wayan Tangkeg, si pengantar. Sebaliknya ke-40 orang itupun belum tahu apa yang akan mereka kerjakan di tempat baru kelak. Dari pihak Kanwil Transmigrasi Bali rupanya juga tak menaruh minat untuk mengurus keberangkatan mereka, walaupun tak mustahil soal itu sudah menyentuh telinga instansi tadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus