Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
POROS jalan Banda Aceh-Meulaboh, Tapaktuan sepanjang 200 Km
lebih, ia menjadi buah bibir masyarakat Aceh. Jalur jalan ini
melintasi wilayah Aceh Barat dan terus ke Aceh Selatan. Ini
tentu karena semenjak hujan mengguyur daerah ini mulai September
lalu, jalan itu jadi hancur. Terutama di Kilometer 68-74 dan
Kilometer 311-322. Perjalanan terpaksa dilakukan dengan estafet.
Sebab di bagian-bagian itu, bukan saja tanah jalan sudah
tergerogoti di mana-mana, juga air seldlu menggenang 1 hingga 3
meter di atas permukaan tanah.
Di tempat-tempat itu pula alat angkutan darurat mulai tumbuh
dengan ramainya. Namanya rakit batang pisang. Jarak yang
biasanya dapat ditempuh dalam waktu hanya 10 jam, karena
kerusakan itu paling untung jika 3 hari 3 malam dapat sampai di
tempat tujuan. Betapa tidak, jika di tempat-tempat gawat bis
maupun truk dapat terbenam sampai atap - satu tontonan gratis
yang mengasikkan bagi penduduk sekitar. Tapi tak kalah dari itu,
penduduk-penduduk di tepi jalan itu kebagian rezeki pula karena
rumah mereka sering dijadikan penginapan sekaligus restoran bagi
penumpang-penumpang kendaraan.
Terkurung
Keadaan serupa itu tentu dengan cepat menyusahkan Bupati Aceh
Barat, Syamsunan dan Bupati Sukardi dari Aceh Selatan. "Saya
telah lapor pada gubernur, tapi apa yang bisa kita buat" tutur
Syamsunan beberapa saat setelah ia meninjau jalan rusak di
wilayahnya. Sebab, "paling-paling yang bisa kita kerjakan
menimbun bopeng-bopeng di permukaan" tambah Kepala PU Aceh
Barat, Syarifuddin. Rahasianya tentu soal biaya juga. Karena
untuk membenahi jalan sepanjang itu kantong propinsi maupun
kabupaten tak bisa menolong. Apalagi karena selama ini jalan di
sana memang bukan tergolong jalan bermutu.
Yang paling menderita akibat kerusakan itu tentulah para warga
Kabupaten Aceh Selatan. Sebab hanya satu-satunya jalur jalan ini
saja yang mampu menghubungkan mereka ke dunia luar - terutama
karena jalan laut hanya dilalui kapal perintis sebulan sekali.
Mereka praktis terkurung. Harga-harga kebutuhan mulai membubung.
Untung karena wilayah ini tergolong gudang beras, harga pangan
ini malah menurun karena tak ada saingan pembeli dari luar. Tapi
apakah mereka akan betah bertahan dalam keadaan terkurung
begitu, yang menurut perkiraan akan berlangsung hingga Pebruari
tahun depan? Yaitu saat hujan mulai reda. Tapi jalan-jalan itu
toh tetap parah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo