Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Mereka transmigran target

400 transmigran di sentajo, indragiri hulu (riau) marah. mereka menyerbu kepala proyek karena sudah hampir setahun mereka belum menerima tanah pertanian yang dijanjikan. (dh)

14 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EMPAT ratus transmigran di Sentajo, Indragiri Hulu, Riau, nekat menyerang kepala proyek dengan golok terhunus. Kemarahan itu meledak, karena mereka belum juga menerima areal pertanian seperti seharusnya, sementara bantuan pemerintah hampir dihentikan. Para transmigran dari Ja-Bar itu dimukimkan di sana sejak Juni 1980. Peristiwa yang terjadi 11 Januari itu didahului tuntutan agar tanah pertanian segera diserahkan atau bantuan pemerintah yang sudah hampir mencapai setahun itu, diperpanjang. Ternyata Simanjuntak, sebagai petugas lapangan di proyek itu, tidak bisa memberi jawaban yang memuaskan mereka. Seperti sebelumnya, Simanjuntak hanya bisa mengatakan, areal pertanian mereka masih diusahakan. Sementara Simanjuntak tak dapat memastikan apakah bantuan -- berupa 40 kg beras, 5 kg ikan asin, 3 kg gula, minyak tanah dan sabun yang selama ini diterima tiap KK -- setiap bulan, akan diperpanjang atau tidak. Menurut ketentuan bantuan itu akan berakhir Mei 1981 nanti. Ketidak-pastian itu membuat emosi transmigran meledak. Mereka menyerbu dengan golok terhunus. "Cincang Simanjuntak," teriak para transmigran. Simanjuntak terpaksa bersembunyi di ruang kantornya, sampai polisi datang. Ingin Hebat Tetapi massa tidak tertahan lagi. Ketika polisi berusaha membawa Simanjuntak ke Teluk Kuantan (15 km dari lokasi), transmigran berhasil menyeret Simanjuntak. Menurut seorang transmigran, Simanjuntak menangis di bawah ancaman golok transmigran. Untunglah di antara kelompok transmigran ada yang muncul menyelamatkan petugas itu -- dan menenangkan rekan-rekannya. Tak berarti para transmigran telah merasa tenteram, meskipun Kanwil Transmigrasi Riau kemudian berjanji akan memperhatikan tuntutan mereka. Sebab mereka tetap belum mendapat kepastian kapan areal pertanian akan dibagikan. Melihat keadaan ini banyak transmigran yang putus asa dan berangsur pulang ke Ja-Bar melalui jalan darat. Sebetulnya, setiap KK di Sentajo sudah diberi tanah pekarangan seluas 0,5 ha untuk ditanami. Tapi hasil tanah itu tidak mencukupi. "Lihatlah, meski pun sudah diberi pupuk, tanaman masih kuning," ujar Basirun, seorang transmigran Sentajo. Bahkan di kebun percontohan proyek, jenis sayuran dan kacang enggan rumbuh. Hal ini terjadi karena pembersihan pemukiman (land clearing) itu dulunya main kupas habis, sehingga menghabiskan humus yang ada. Untuk mencukupi kebutuhan seharihari, di antara transmigran itu ada yang nyambi jadi kuli bangunan di proyek proyek Teluk Kuantan -- sambil menunggu penyelesaian areal pertanian yang dijanjikan. Ternyata sampai kemarahan mereka meledak, yang ditunggu itu tidak kunjung datang. Kepala PU Riau, Firdaus Malik, menolak pihaknya disalahkan dalam masalah ini. "Sebetulnya tahap-tahap penyelesaian areal sudah sesuai dengan rencana," katanya. Salahnya, menurut dia, antara penyelesaian areal dengan jadwal kedatangan transmigran terjadi kejar-kejaran, sehingga kontraktor yang mengerjakannya tak punya waktu cukup. Kurangnya koordinasi ini diakui juga oleh seorang pejabat teras kantor Gubernur Riau. "Gara-gara semua instansi sibuk mengejar target masing-masing," kata pejabat itu. Ata seperti dikatakan Asisten Intelpam Kodak IV Riau, Letkol Ichsan Kusparmono, "masing-masing ingin hebat sendiri." Karena cara kerja begitu pula, 200 kk transmigran di Kuala Cinaku, akhir Februari menulis surat kepada Presiden Soeharto untuk mengadukan nasib mereka. Pemukiman Kuala Cinaku -- juga di Kabupaten Indragiri Hulu -- adalah proyek transmigrasi pasang-surut. Pihak PU belum selesai menyiapkan pemukiman itu, transmigran sudah berdatangan. Rumah-rumah yang akan ditempati pendatang itu akhirnya ditancapkan begitu saja di sela gelimpangan pohon-pohon besar. Tentu saja para transmigran kaget melihat tempat tinggal mereka masih berantakan. Pejabat Gubernur Riau (waktu itu), Prapto Prayitno, meminta transmigran membantu pembersihan tanah mereka dengan diberi upah. Namun upah yang dijanjikan, Rp 5000 untuk membersihkan pekarangan dan Rp 15.000 untuk tempat usaha yang sudah disanggupi oleh kontraktor, ternyata diingkari pula. Ada yang menerima separuh, ada juga yang tidak sama sekali. Baru setelah mereka mengirim surat kepada Presiden dan Kodak setempat turun tangan, PT Yunawati, kontraktor itu, melunasi upah tadi. Di tengah keributan-keributan itu, pihak Kanwil Transmigrasi Riau masih terus menerima transmigran. Misalnya, belum lama ini 1000 kk transmigran yang ditolak Pemda Jambi karena lokasi di sana belum siap, kemudian ditampik juga di Aceh -- diterima di Riau. Kepala Kanwil Transmigrasi Riau, I.G.M.S. Hendrosasmito, ketika ditanyai soal itu, tak mau bicara banyak. Sebab, katanya, "tidak ada masalah." Tapi Menteri Muda Urusan Transmigrasi Martono, yang meninjau Kuala Cinaku dan Teluk Kuantan akhir Februari lalu berkesimpulan, penyelenggaraan transmigrasi di sana memang ada yang kurang berhasil. "Tetapi itu gejala umum di seluruh Indonesia," kata Martono. Di Kuala Cinaku ketidak-beresan itu menurut menteri akibat kerja kontraktor yang lamban. Karena itu kontraktornya akan segera ditindak. Sementara di Sentajo, menurut menteri pula, tidak ada masalah. Karena, kata Martono, sebagian transmigran di sana sudah mempunyai areal. Ia tak mau menyinggung kemarahan 400 transmigran di Sentajo Januari lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus