Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Momen

21 April 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anggota Dewan Bau Tanah

Iyus Djuher terlihat kusut. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bogor itu menunduk disorot puluhan kamera televisi begitu keluar dari gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Kamis pekan lalu. Ia ditahan setelah 30 jam diperiksa tim penyidik.

Politikus Partai Demokrat itu dijadikan tersangka kasus suap permintaan izin lokasi tanah makam mewah di Desa Antajaya, Kecamatan Tunjungsari, Bogor. Ia diduga membantu memperlancar pengurusan izin lahan untuk PT Gerindo Perkasa. "Ada bukti kuat peran Iyus," kata Johan Budi, juru bicara KPK.

Iyus dijemput di rumahnya di kawasan Ciomas, Bogor, Rabu pekan lalu. Sebelumnya, komisi antirasuah itu menangkap Sentot Susilo, Direktur PT Gerindo Perkasa, bersama Nana Supriatna, makelar tanah. Mereka menyerahkan duit Rp 800 juta kepada Usep Jumenio dan Listo Welly Sabu, pegawai negeri Kabupaten Bogor, yang diduga suruhan Iyus. Empat orang itu ditahan KPK. Iyus terancam hukuman maksimal 20 tahun penjara.


Nyanyian dari Jagorawi

Iyus Djuher dicokok setelah dua utusannya ditangkap KPK di kawasan rest area Cibubur.

Senin, 15 April
KPK menerima laporan transaksi suap untuk izin kuburan di Desa Antajaya, Kabupaten Bogor.

Selasa, 16 April
11.00. Direktur PT Gerindo Perkasa Sentot Susilo ditemani Nana Supriatna mencairkan Rp 1 miliar di sebuah bank di Bogor. Mereka bersepakat dengan Usep Jumenio dan Listo Welly untuk bertemu di area peristirahatan Sentul, Bogor.
15.00. Welly menunggu di mobil, Usep bertemu dengan Nana dan Sentot di warung, lalu mengambil tas uang di mobil Sentot. Begitu tas diserahkan, tim KPK menangkap mereka. Tas berisi Rp 800 juta disita.
17.35. Penyidik membawa empat orang itu ke gedung KPK.

Rabu, 17 April
KPK menjemput Iyus Djuher di rumahnya di Ciomas, Bogor.

Kamis, 18 April
Iyus ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.

Lion Jatuh Sebelum Mendarat

Penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT-960 di laut sebelum mencapai landasan pacu Bandar Udara Ngurah Rai, Denpasar, Sabtu dua pekan lalu, masih diselidiki. Komite Nasional Keselamatan Transportasi telah membaca rekaman data penerbangan dan suara pilot tapi belum menyimpulkan penyebab kecelakaan pesawat yang terbang membawa 172 penumpang dan tujuh kru dari Bandung itu.

Beberapa dugaan penyebab kecelakaan muncul, antara lain gangguan cuaca. Namun Ketua Sub-Komite Udara Komite Keselamatan Transportasi Masruri mengisyaratkan cuaca bukan penyebab kecelakaan. "Cuaca cerah, pesawat sebelum dan setelah Lion Air bisa mendarat sempurna," katanya.

Pilot Lion, Mahlup Ghozali, dan kopilot Chiraq Carla telah dimintai keterangan. Keduanya juga menjalani tes darah dan urine. Hasilnya, menurut investigator senior Mardjono, keduanya tidak terbukti menggunakan narkotik dan minuman keras. Mereka kini dilarang terbang untuk sementara. Semua penumpang dan kru selamat dalam kecelakaan ini.

Bendera Nanggroe Sampai Istana

Gubernur Aceh Abdullah Zaini dipanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Istana, Rabu pekan lalu. Pertemuan khusus itu membahas bendera dan lambang Nanggroe Aceh Darussalam yang kini jadi polemik. Namun pertemuan satu jam itu belum melahirkan solusi, kecuali kata sepakat untuk bertemu lagi. "Juga keinginan untuk sama-sama menjaga situasi," kata Zaini.

Sejumlah pertemuan digelar setelah Dewan Perwakilan Rakyat Aceh memutuskan bendera Nanggroe yang dianggap menyerupai bendera Gerakan Aceh Merdeka. Antara lain pertemuan dengan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi; Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto; serta Gubernur Aceh Abdullah Zaini. Zaini diminta menjawab 12 poin klarifikasi Menteri Dalam Negeri mengenai bendera itu. Soal bendera itu diatur Qanun Nomor 3 Tahun 2013 yang disepakati DPR Aceh dan disetujui Gubernur.

Yenny Urung ke Demokrat

Zanuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid batal bergabung dengan Partai Demokrat. Yenny—begitu ia dipanggil—menyatakan meminta izin ibunya, Sinta Nuriyah Wahid. Sang ibu meminta dia berkonsultasi dengan sembilan kiai Nahdlatul Ulama.

Mantan Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa itu mengaku menemui satu per satu sembilan kiai yang tinggal di Madura, Banyuwangi, Surabaya, Sidoarjo, serta beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Hasilnya, Ketua Umum Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru ini mengaku diminta tetap di luar Demokrat. "Jadi keputusannya saya tetap di luar," katanya, Selasa pekan lalu.

Yenny dikabarkan hendak bergabung dengan Partai Demokrat setelah bertemu dengan Yudhoyono di Cikeas bulan lalu. Anggota Dewan Pembina Demokrat, Ahmad Mubarok, menyatakan ia akan menempati pos wakil ketua umum. Yenny mengumumkan keputusannya melalui akun Twitter dan konferensi pers. Sejumlah politikus di kedua partai menyatakan, Demokrat menolak keinginan Yenny membawa sejumlah koleganya di Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus