Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Paus Fransiskus dekat dengan kalangan wartawan yang meliput kegiatannya.
Tidak seperti pendahulunya yang bersepatu merah, ia mengenakan sepatu hitam berlekuk-lekuk.
Paus Fransiskus pernah makan bersama gelandangan dan pengemis.
PESAN dari Pei Ting, jurnalis di Singapura, pada Senin, 21 April 2025, saya baca berulang kali. Pukul tiga sore waktu Indonesia, ia mengabarkan bahwa Paus Fransiskus wafat setelah pernah melewati masa kritis pada akhir Februari 2025 di Rumah Sakit Gemelli, Roma. “Turut berdukacita bagi umat Katolik. Kamu pasti bersedih,” katanya dalam pesan itu.
Saya buru-buru membuka situs resmi Vatikan untuk mendapatkan informasi yang terang mengenai kabar Paus Fransiskus. Dada saya sesak saat membaca informasi di laman Vatican News, situs berita resmi Vatikan, yang menyebutkan bahwa Fransiskus wafat pada Senin itu di usia 88 tahun.
Akhir Agustus hingga pertengahan September 2024, saya meliput Perjalanan Apostolik Fransiskus ke empat negara: Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. Dari Vatikan kembali ke Vatikan. Hampir tiga pekan lamanya kami berada di pesawat yang sama.
Saya pertama kali memandang langsung Jorge Mario Bergoglio—nama asli Fransiskus—pada pengujung musim panas di Vatikan, akhir Agustus 2024. Pada Ahad yang panas terik, pagi-pagi benar pukul enam, saya menempuh perjalanan dari Via Marocco, Roma, menuju Vatikan. Hari itu Paus memberi berkat Angelus, doa Malaikat Tuhan, kepada para peziarah di Piazza San Pietro atau Lapangan Santo Petrus.
Di balik jendela Istana Apostolik, Fransiskus menyapa peziarah dengan lantang. Tepat pukul 12 siang. Menggunakan kamera saku dengan zoom maksimal, saya meneropong Paus dari kejauhan. Wajahnya terlihat semringah. “Cari fratelle e sorelle, buona domenica (Saudara-saudari terkasih, selamat hari Minggu),” ujarnya dalam bahasa Italia. Ia meminta didoakan untuk perjalanannya.
Paus Fransiskus selalu duduk di bangku depan pesawat sendirian. Di depan tempat duduknya tertempel gambar Bunda Maria dan Yesus dengan latar kuning, warna bendera Vatikan. Pastor Markus Solo Kewuta, staf Dikasteri untuk Dialog Antar-Agama Takhta Suci Vatikan, yang duduk di dekat Fransiskus, melihat Paus tak berhenti berdevosi kepada Maria.
Dengan rombongan wartawan yang duduk di bangku belakang pesawat, Paus beruluk salam dua kali: saat menuju Indonesia dan pulang ke Roma. Setengah jam setelah pesawat lepas landas dari Bandar Udara Leonardo da Vinci, Paus menyalami satu per satu wartawan yang berjumlah lebih dari 60 orang. Ia berjalan tanpa tongkat.
Saya melihat Fransiskus memakai sepatu hitam dengan permukaan berlekuk-lekuk. Sejak diangkat menjadi paus pada 2013, Fransiskus tak mengikuti para pendahulunya yang bersepatu merah—tanda kemartiran. “Sepatu itu sudah lama ia pakai,” kata Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo, Selasa, 22 April 2025.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul Devosi Sunyi Papa Francesco