ABRI yang dicita-citakan tidak sekadar mahir menguasai peralatan tempur dengan teknologi tinggi dan gagah dalam berbaris. Tetapi juga ABRI yang mengikuti mode berpakaian dalam penampilan sehari-hari. Ke arah cita-cita itu, Pangab Jenderal Benny Moerdani meminta Badan Pembekalan (Babek) ABRI meneliti dan mencari pakaian yang cocok, baik modenya maupun warnanya. "Semuanya itu sedang dalam penelitian," kata Mayor Jenderal Dading Kalbuadi, Kepala Babek ABRI, kepada TEMPO, Senin pekan ini. Sepatu untuk pakaian dinas harian (PDH) adalah satu-satunya atribut seragam ABRI yang penelitiannya mendekati final. "Penelitian berlangsung sepuluh bulan, sesuai dengan kontrak. Hasilnya sedang diuji coba di Jakarta," kata Ir. Koentoro, Kepala Balai Besar Industri Barang Kulit Karet dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta. Tugas yang diberikan Babek ABRI kepada BBKKP milik Departemen Perindustrian itu adalah mencari sepatu yang modenya mengikuti buatan luar negeri, tetapi nyaman dipakai. Saat ini, menurut Dading Kalbuadi, jatah sepatu ABRI produksi dalam negeri, model dan ukurannya persis sepatu luar negeri. Akibatnya, banyak yang mengeluh, kaki lecet karena ukuran ruang dalam tidak pas, walau panjang kaki sesuai. Untuk meneliti kaki anggota ABRI, BBKKP mengerahkan 30 petugas lapangan. Mereka bergerak di Pulau Jawa, tapi anggota ABRI yang diteliti dianggap sudah mencerminkan berbagai daerah di Indonesia. Tak kepalang tanggung, 12.904 pasang kaki dijadikan sample. Yang diukur, panjang kaki, besar tumit, ukuran gemuk dan gemur (panjang dari jempol sampai kelingking). Penelitian im dlolah komputer. Hasllnya, seperti yang diungkapkan Ir. Koentoro, mendapatkan 21 jenis acuan (kayu model) sepatu ABRI. Jika dilihat dari ukuran sepatu luar negeri, bergerak dari nomor 37 sampai dengan 43. Ini berarti, tujuh jenis nomor sepatu model luar negeri menghasilkan 21 acuan yang berbeda. Banyaknya acuan ini karena gemur kaki orang Indonesia berbeda dengan kaki orang Barat - yang terbiasa sejak kecil bersepatu. Bahkan variasi kegemuran kaki orang Indonesia berbeda pula karena daerah asal. Setelah BBKKP menemukan acuan sepatu PDH ABRI dari segi kenyamanan pemakaian, tim desain BBKKP yang diketuai H. Rusidi mengolah segi modelnya. Pedoman dari Babek ABRI adalah punya kesan ramping dan praktis. Hasilnya, ujung sepatu kembali agak meruncing dan lubang tali sepatu hanya tiga pasang. Sudah sembilan pasang sepatu jadi dikirim ke Jakarta dan diuji coba. "Babek masih meminta 39 pasang lagi, sekarang sedang kami buatkan," kata Sucipto, staf BBKKP Yogya. Hasil sementara uji coba di Babek ABRI ternyata memuaskan, nyaman dipakai, enak dipandang. "Tetapi itu baru pengujian ukuran dan model, belum kekuatannya," kata Kolonel Sugeng, Wakil Kepala Babek ABRI. Pekan lalu, sepatu itu diteliti kekuatannya. Sepatu itu ditekuk-tekukkan dan dicongkel persambungan bawahnya dengan alat khusus. Uji coba yang hampir final ini disebut satrates. Yaitu standar beban, dengan kekuatan di bagian depan dan samping mampu menahan beban seberat 27 kg, sedang di belakang 30 kg. Kelihatannya memang rumit. Apalagi tali sepatu yang digunakan tidak lagi gepeng - seperti yang searang ini dipakai - tetapi bulat. Tali sepatu tidak putus jika menerima beban seberat 30 kg. Kenapa lebih dipentingkan sepatu pakaian dinas harian? Menurut Dading Kalbuadi, yang juga menjabat Asisten Logistik Hankam, sepatu harian lebih mudah uji cobanya. Selain itu, jenis ini yang paling banyak dikeluhkan prajurit. "Saya ini 'kan orang lapangan. Kalau terjun ke lapangan, saya tanya komandan di lapangan, apa keluhannya tentang sepatu. Banyak yang mengeluhkan kaki lecet, kesesakan atau kelonggaran dan kaki cepat panas," kata Dading. Keluhan seperti itu misalnya diungkapkan Sersan Dua Djohari di Yogyakarta. Berdasarkan panjang kaki, ia cocok ukuran nomor 41. "Tetapi setelah dipakai, kadang terlalu besar, kadang kekecilan," katanya. Akhirnya, jatah sepatu yang diterima selalu dipermak di Pasar Beringharjo. "Saya tombok sekitar Rp 500 sepasang," kata Djohari. Babek ABRI menyediakan sekitar 500.000 pasang sepatu untuk sekali pembagian. Setiap prajurit menerima jatah tiga pasang setahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini