Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Panglima Baru, Wakasad Baru

Mayjen Try Sutrisno menduduki tugas baru sebagai wakil kepala staf TNI-AD. Jabatan lamanya digantikan Mayjen Sugito, bekas Pangkopur di Timor Timur. (nas)

17 Agustus 1985 | 00.00 WIB

Panglima Baru, Wakasad Baru
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
JAKARTA punya panglima baru. Tak kurang dari 11 batalyon satuan pengamanan Ibu Kota melakukan upacara sambutan untuk Mayjen Sugito di lapangan Parkir Timur Senayan, Jumat pekan lalu. Mereka juga mengantar Mayjen Try Sutrisno, panglima yang lama, yang akan mengemban tugas baru sebagai wakil kepala staf TNI-AD. Ada suasana haru dalam upacara yang berjalan singkat ini. Terutama saat Try menyalami para stafnya. "Pak Try sangat akrab dengan anak buah," komentar seorang prajurit yang turut menyalami. Try sempat dua tahun delapan bulan bertugas sebagai pangdam Jaya. Masa yang singkat itu toh penuh warna. Peristiwa Priok dan BCA sempat menguji kepemimpinannya. Tampaknya ia dinilai lulus. Paling tidak KSAD Jenderal Rudini menyatakan bahwa Try telah menjalankan tugas "dengan sangat baik", ketika membacakan amanat dalam upacara itu. Memang masa jabatan Try punya kesan tersendiri. Mengaku pernah dididik di madrasah, ia banyak melakukan kunjungan ke masjid-masjid di Jakarta. Mulutnya fasih mengutip ayat-ayat Alquran dan ia tak pernah canggung jika diminta menjadi imam sembahyang. Pendekatannya yang "persuasif edukatif" membuat banyak pihak menduga, Try akan menduduki karier di bidang sospol. Ternyata, pimpinan Angkatan Darat punya pendapat lain. Prestasi ini tentu akan dipertahankan Sugito, 46, yang empat tahun lebih muda dari Try. "Saya berharap apa yang masyarakat berikan pada Pak Try juga diberikan pada saya," kata lulusan AMN Magelang 1961 itu. Berbeda dengan Try - yang menjadi pahgdam Sriwijaya sebelum ditarik ke Jakarta - jabatan pangdam merupakan hal baru bagi Sugito. Ayah dua anak ini dikenal sebagai "orang tempur" oleh rekan-rekannya. Sebab, selain jabatan atase pertahanan di Hanoi, 1978-1982, boleh dikata Sugito selalu membawahkan satuan tempur. Jabatan komandan peleton hingga komandan grup pasukan elite Baret Merah mewarnai awal kariernya. Bahkan sebuah sumber menyebutkan, Sugito sebagai komandan pasukan Kopassandha (sekarang Puspassus) pertama yang terjun di Timor Timur. Sehingga tak banyak yang terkejut ketika pria bertubuh tegap ini diangkat menjadi panglima Komando Tempur Lintas Udara Kostrad (Pangkopur). Bukan berarti jenderal kelahiran Yogya ini tak berpengalaman di bidang teritorial. Sebagai pangkopur ia sempat bertanggung jawab atas wilayah Timor Timur. Nah, dalam masa jabatannya ini, menurut beberapa wartawan asing yang berkunjung ke Timor Timur, "Banyak penyempurnaan yang dilakukan." Tak heran jika kepindahannya ke Jakarta dirasa berat oleh sebagian penduduk Tim-Tim. MASIH harus ditunggu apakah ia dapat mengulangi keberhasilannya ini di Ibu Kota. "Saya belum banyak mempelajari Jakarta," katanya kepada Eko Yuswanto dari TEMPO, pekan lalu. Maklum, ia baru mengetahui jabatan barunya sekitar dua minggu sebelum pelantikan. Yang jelas, Sugito tetap akan melanjutkan konsep "Catur Upaya" pendahulunya. Yaitu: Pendekatan persuasif edukatif, pendekatan pencegahan, pendekatan represif terbatas, dan pendekatan represif total. Yang terakhir ini dilakukan, "Jika keadaan mengancam sendi-sendi stabilitas nasional," kata Try dalam serah terima jabatan komandan Garnisun kepada penggantinya. Stabilitas memang merupakan tugas utama panglima. Ini bukan tugas yang ringan. Jenderal Rudini sendiri mengatakan, "Tugas Kodam Jaya memang berat karena citra stabilitas keamanan dan ketertiban negara dipancarkan dari Ibu Kota." Bukan cuma masalah politik karena Jenderal Try sendiri mengaku masalah gangguan keamanan yang paling banyak dialami selama masa jabatannya adalah gangguan kriminal. "Ya copet-copet, maling-maling itulah," katanya kepada Agus Basri dari TEMPO. Masalah kriminal ini tentunya tak banyak lagi menyita waktu Try di jabatan barunya, mewakili Jenderal Rudini yang akan memasuki usia pensiun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus