Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Para bintang dari selatan

Profil para bintang dari KTT Nonblok, di antaranya Joseph Broz Tito, Bung Karno, muammar qadhafi, fidel Castro dan Yasser Arafat.

5 September 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di masa lalu KTT Nonblok selalu disemarakkan dengan tampilnya para "bintang". Ada yang jago pidato, tapi ada pula yang sekadar menarik perhatian. Siapa "bintang" KTT Jakarta? KTT Nonblok, seperti yang diselenggarakan di Jakarta pekan ini, biasanya menjadi semarak oleh penampilan para "bintang". Mereka adalah para kepala negara yang menarik perhatian dengan berbagai cara: pidato, penampilan, atau tingkah lakunya. Sebagian "bintangbintang" itu sudah tiada. Ada pula yang tak hadir di Jakarta, dan siapa tahu akan tampil bintang-bintang baru. Ketua SNC Norodom Sihanouk, kepala negara pertama yang tiba akhir pekan lalu, termasuk salahsatu "bintang". Ia adalah satu-satunya kepala negara yang hadir dalam KTT Nonblok pertama di Beograd 1961 dan yang terakhir di Jakarta pekan ini. Bisa jadi dalam KTT di Jakarta pekan ini akan tampil "bintang-bintang" baru yang membuat suasana lebih semarak, baik di bidang politik maupun sekadar "hiburan". Berikut adalah para "bintang" panggung KTT selama ini: TITO DAN TRIUMPIRAT NONBLOK SEBAGAI kepala negara penyelenggaraan KTT Nonblok I di Beograd, Josif Broz Tito bukan cuma "macan ruang sidang". Ia adalah pelobi ulung, gigih mengunjungi negaranegara Asia, Afrika, dan Amerika Latin menjelang pembentukanGerakan Nonblok. Adalah Tito yang menjadi perancang dan sekaligus pelaksana pembentukan Nonblok, dalam trio pendirinya bersama Gamal Abdul Nasser dari Mesir dan Yawaharal Nehru dari India. Dalam Sidang Majelis Umum PBB September 1960 Tito, Nasser, Nehru, Soekarno, dan Nkrumah (Ghana) sempat mengejutkan dunia. Mereka meneken resolusi yangmenyerukan agar hubungan Amerika Serikat dengan Uni Sovyet yang retak itu dijalin kembali. Setahun kemudian, yakni 1961, berlangsunglah KTT Nonblok yang pertama, dan Tito pun jadi ketua. Menjelang KTT II di Kairo, Tito menjadi penyelamat Nonblok setelah Bung Karno mendirikan saingannya yakni Conefo yang akandidirikan di Aljazair setahun kemudian. Tito menarik negara Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika untuk menolak Cina yang lagi bermusuhan dengan India soal Tibet (Lihat: Pasang-surut Anak Kandung). Di antara 'triumpirat" pendiri Nonblok, Tito yang paling lama bertahan. Ia disegani karena beberapa kali menyelamatkan Nonblok dari perpecahan. Ia, dengan pidato dan lobinya, berhasil meredam kemarahan negaranegara Arab yang mau mendepak Mesir dari Nonblok garagara Perjanjian Camp David dengan Israel dalam KTT Havana (1979). Di Havana, Tito juga berhasil menyelamatkan Nonblok yang mau diseret Presiden Kuba Fidel Castro mendekat ke Uni Soviet. Sekali lagi, sebelum KTT, Tito keliling menggalang dukungan berbagai negara, seperti Irak, Suriah, Kuwait, Yordania, Aljazair, Libya, dan Malta. Bahkan menyempatkan diri ke Uni Soviet, "induk semang" Kuba. Rencana Castro akhirnya gugur sebelum lahir. Tanggal 20 Januari 1980 di RS Ljubljana, Yugoslavia, Tito diamputasi kaki kirinya karena penyumbatan pembuluh darah di telapak kaki kirinya. Ia meninggal Mei 1980 dalam usia 88 tahun, sebelum negerinya terceraiberai dankeanggotaannya di Nonblok, yang didirikannya 31 tahun lalu, dipersoalkan dalam KTT pekan ini. BUNG KARNO DAN KEKUATAN BARU DALAM sejarah internasional, Bung Karno memang tak disebut sebagai pendiri gerakan Nonblok. Presiden pertama Indonesia itubersama Presiden Ghana Nkrumah ikut meneken resolusi dan pidato dalam sidang Majelis Umum PBB 1960 yang dianggap awal pembentukan Nonblok. Sebagai penyelenggara Konperensi Asia Afrika 1955, Bung Karno disebutsebut dalam sejarah Indonesia ikut mendirikan Nonblok. Benar tidaknya Bung Karno sebagai salah satu pendiri bisa dilacak. Yang jelas dia adalah "bintang" KTT Nonblok. Ia bukan saja berhasil memikat wakilberbagai negara dalam sidang MU PBB dengan pidatonya "Membangun Dunia Baru". Ketika tampil di KTT Nonblok I Beograd, Bung Karno tampil mencengangkan."Kami yang melihat Bung Karno beraksi sungguh kagum. Presiden yang tampan dan gagah itu dihargai kepala negara lain dalam sikap, bertindak, atau berbicara," kata Bambang Widjarnako, ajudan Bung Karno kala itu. Selain menjadi "bintang" di mimbar dengan pidato yang mengundang tepuk tangan, Bung Karno juga menjadi bintang di tempat santai. Suatu kali Presiden Tito mengundangnya beramahtamah di nightclub Hotel Metropole. Selain makan minum, hadirin disuguhi tarian hot seorang penari muda jelita. Usai menari, si jelita mendekati Bung Karno yang dikenal jeli memilih wanita cantikitu. Bung Karno langsung mengajak penari itu minum champagne bersamanya. Tepuk tangan para kepala negara pun meledak mengiringi ajakan Bung Karno toastdengan penari tadi. Dalam KTT Nonblok II di Kairo, 1964, "bintang" Bung Karno pudar. Indonesia ketika itu memang lagi konfrontasi dengan Malaysia yang dianggap Bung Karnosebagai antek imperialis. Ia berpidato menggelora dengan judul New Emerging Forces. Bung Karno mencoba mencari dukungan bagi kekuatan barunya, dan mengancam keluar dari Nonblok untuk mendirikan blok baru yang mengikutsertakan Cina. Sejak Indonesia dikucilkan, bahkan, oleh negaranegara Nonblok sendiri. QADHAFI, DI BAWAH TENDA DAN UNTA KOLONEL Muammar Qadhafi menjadi Presiden Libya tahun 1969 ketika berusia 27 tahun. Ia terkenal gemar mengecam bahkan melecehkan Gerakan Nonblok yang selalu dihadirinya. Dalam KTT IV di Aljazair (1973), ia baru melontarkan katakata pedas lewat podium. Dalam KTT berikutnya, ia tampil unik dan menarik perhatian. Misalnya, dalam KTT V di Kolombo (1976), ia membuat ribut tuan rumah. Srilangka sempat mengusir lebih dari 20 anggota delegasinya yang diketahui tak membawa paspor dan visa atau menyembunyikan sejata api dan bahan peledak di kopornya. Qadhafi berang. Terjadi cekcok sehingga KTT tertunda. Ia menolak memeriksa barisan kehormatan dalam upacara penyambutan. Belum lagi pidatonya yang meledakledak, yang menuding sejumlah anggota Nonblok menjadi agen negara imperialis atau Barat. Dalam KTT VIII di Harare, Zimbabwe, tahun 1986, ia datang ke ruang sidang menunggang kuda putih dikawal prajurit cewek bersenjata otomatis. Dalam pidatonya, ia mengancam mundur dari Nonblok. Ia kesal lantaran ada negara Nonblok yang enggan menghujat Amerika Serikat yang mengebom kediamannya di Tripoli, ibu kota Libya. Ia membawa dua pengawal wanita bersenjata ke dalam ruang sidang. Seusai pidato Qadhafi yang mengejek Nonblok sebagai penuh kepalsuan, kedua wanita itu mengacungkan senapan tinggitinggi sambil berteriak "ganyang AS". Libya tak jadi mundur karena Qadhafi mengutuk AS. Dalam KTT IX di Beograd tahun 1989, ia bahkan tampil gilagilaan. Ia muncul dengan jubah sutera putih bersulam benang perak. Dan ini yang membuat delegasi negara lain terbelalak. Ketika memasuki kompleks konperensi, ia diiringi enam ekor unta yang didatangkan dari Libya. Ia juga dikawal dua penunggang kuda berseragam prajurit Badui tradisional, lengkap dengan senapan otomatis. Ada lagi yang dibawanya dari Libya: tenda. Kepada panitia penyelenggara jauh-jauh hari ia sudah berpesan agar tak usah disediakan hotel. Ia cuma minta disiapkan lapangan untuk kemah. Tentu saja pemerintah Yugoslavia bingung dan menolak permintaan itu demi alasan keamanan. Tapi Qadhafi bersikeras. Kalau tak boleh, ya, tak datang. Pemerintah Yugo terpaksa mengalah. Qadhafi boleh berkemah, asalkan di halaman Kedutaan Libya. Ulah Qadhafi dalam pernyataan politik tak seheboh penampilannya. Ia hanya bersikap sinis terhadap negaranegara Nonblok yang sibuk bicara soal kesulitan ekomoni karena harus membayar utang. Qadhafi menganjurkan agar bunganya tak usah dibayar. "Karena tak sesuai dengan hukum Islam," katanya. CASTRO, GERILYAWAN GAEK BILA Fidel Castro, 76 tahun, hadir dalam KTT Nonblok Jakarta, mungkin ia yang tertua. Tokoh gaek dari Kuba ini di masa lalu dikecam sejumlah anggota Nonblok sebagai tangan Uni Soviet. Tapi, dalam penampilannya di setiap KTT yang dihadirinya, Castro selalu mempesona. Ia betah berpidato berjam-jam dan tetap menggebu-gebu. Tak peduli didengar atau tidak oleh hadirin. Ia selalu berusaha menarik peserta sidang dengan berbagai gaya dan tingkah. Misalnya, seusai pidato dalam KTT di New Delhi 1982, "bintang panggung" ini langsung mendatangi PM Indira Gandhi yang memimpin sidang. Karena Ny. Gandhi tak sempat menyalami -- tangan kanannya masih memegang palu untuk menskors sidang, Castro yang jangkung itu langsung merangkulnya. "Castro adalah seorang pemimpin yang romantis dan imajinatif, pemberontak yang tak terduga pemikirannya, aktor yang mengagumkan dan orator yang mampu merangkul pendengarnya," tulis Tad Szulc wartawan The New York Times dalam bukunya Fidel. Szulc pernah mewawancarainya sebanyak lima kali. Bayangkan ketika ia menjadi tuan rumah KTT Nonblok September 1979. Dari 92 kepala negara berduyunduyun ke Havana, ada namanama besar, seperti PM India Indira Gandhi, Presiden Pakistan Zia UlHaq hingga PM Yugoslavia Joseph Broz Tito. "Fidel memang sudah lama memimpikan untuk bisa mendominasi Gerakan Nonblok," tulis Szulc. Bahwa Kuba bisa menjadi anggota Nonblok saja itu sudah kejutan. Banyak yang menentangnya karena Kuba jelasjelas sekutu Uni Soviet. Tapi, pria berjenggot yang gemar mengenakan baju militer dan menjepit cerutu di antara bibirnya itu toh mampu menyedot perhatian wartawan setiap kali ia menghadiri forum ini. Ketika KTT Nonblok di Havana, lain lagi ceritanya. Konon Tito belum pasti hadir di Havana. Namun, ketika Castro bikin move akan membawa Gerakan Nonblok menjadi "sekutu alamiah Uni Soviet", pendiri Nonblok, Tito, buruburu terbang ke Havana. Hubungan kedua pemimpin ini seperti kucing dan anjing. Menurut Szulc, pertikaian ini disebabkan karena justru Castro dan Tito punya banyak persamaan. "Keduanya pernah menjadi pemimpin gerilya, menentang fasisme, samasama Marxis atas nama keadilan sosial dan keduanya adalah tokoh internasional," tulisnya. Bedanya, Tito berjuang sembari mengenakan baju putih berlayar dengan yacht pribadinya, sedangkan Castro masih bergerilya di hutan hingga berusia 60 tahun. Permusuhan itu meruncing ketika keduanya bersaing untuk menjadi tuan rumah KTT Nonblok. Castro memang berhasil meraih kursi itu pada 1979, persis setelah periode Tito. ARAFAT DAN PELUK CIUM INI salah satu bintang KTT yang akan menjadi sorotan. Itu kalau ia jadi datang ke Jakarta. Pimpinan Palestina Yasser Arafat tak kalah misteriusnya dengan Castro. Sampai saatsaat terakhir masih banyak yang belum pasti akan kedatangannya, meski pimpinan PLO itu sudah menyanggupi hadir. Menteri Luar Negeri Palestina Farouk Kaddoumi bahkan memastikan pimpinannya akan datang. Arafat bukan hanya unik dalam penampilannya, yang setia pada kafiyah dan jenggot. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang gemar membawa pistolnya ke manamana. Menurut wartawan senior, Rosihan Anwar, yang pernah meliput KTT Nonblok di Aljazair, Arafat cukup kenal Adam Malik. "Saya ingat Pak Adam bercerita ketika ingin memastikan Arafat membawa pistol atau tidak," katanya. Tatkala berangkulan dengan Arafat, Adam Malik merabaraba pinggang Arafat. "Eh, ternyata memang benar ada pistolnya," tutur Rosihan. Arafat, yang terlahir sebagai Rahman Al Qudwan di Jerusalam 63 tahun silam ini, adalah seorang insinyur tehnik sipil lulusan University Cairo. Tapi, nasib membawanya ke panggung politik daripada mengurus bangunan. Ketika Arafat mulai menjadi aktivis dalam perjuangan pembebasan Palestina, Arafat sibuk berdiplomasi di panggung internasional, termasuk di forum Nonblok. Sidang-sidang Nonblok menjadi forum yang tepat bagi perjuangan Arafat. Karena itu, ia hampir selalu menghadirinya dan mempersoalkan tingkah laku Israel yang melanggar resolusi PBB. Menurut Menteri Kaddoumi, Arafat akan menekankan soal demokratisasi PBB di samping perjuangan rakyat Palestina dalam KTT Jakarta ini. Priyono B. Sumbogo dan Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus