Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pelajaran mahal dari serang

Tenaga kerja asal cina yang dipekerjakan PT Indah Kiat Pulp & Paper mengundang protes. tenaga kerja tsb merupakan paket dalam pembelian mesin pembangkit listrik buatan Sichuan. namun jumlah mereka tak sebanding.

5 September 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INILAH profil buruh Cina yang disebut PT Indah Kiat Pulp & Paper sebagai "tenaga ahli" itu. Mereka yang dipekerjakan di proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini sekilas tampak tak berbeda dengan buruh biasa di Desa Kragilan, Serang, Jawa Barat, tempat proyek dibangun. Sehari-hari mereka mengenakan kaus singlet, celana kolor, tinggal di barak, dan bermabuk-mabukan.Apa yang mereka kerjakan, sebagaimana diakui Adolf Ratulangi, manajer Humas Sinar Mas Group (kelompok Indah Kiat), sebagian ada yang bisa dilakukan tenaga-tenaga kerja di sini. "Persoalannya, semua itu sudah satu paket," ujarnya. Solihin Adiwongso, juru bicara proyek PLTU, Kragilan, menambahkan bahwa kehadiran 367 orang tenaga kerja Cina disepakati sewaktu Indah Kiat membeli mesin-mesin pembangkit listrik buatan Sichuan itu. "Jadi kami tidak memberi gaji kepada mereka," katanya. "Itu tanggung jawab pabrik."Selain di Kragilan, Indah Kiat juga mempekerjakan 294 buruh untuk proyek serupa di Perawang, Riau. Belum lagi mereka yang akan dipekerjakan untukproyek di Mojokerto, Jawa Timur. Buruh Cina yang akan dipekerjakan pada tiga proyek milik konglomerat Eka Tjipta Widjaja ini diperkirakan 1.000 orang. Melihat jumlah yang cukup besar itu, mengingat proyek PLTU Indah Kiat cuma berkekuatan 35 megawatt, Menteri Pertambangan dan Energi Ginanjar Kartasasmitamenyebutnya sebagai berlebihan. Ia membandingkannya dengan tenaga asing yang dipekerjakan di proyek PLN Gresik (berkekuatan 1.500 megawatt) dan PLTUSuralaya (800 megawatt) masing-masing 180 dan 106 orang. Menteri B.J. Habibie, selaku ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), lembaga yang ikut memberikan rekomendasi untuk masalahmasalah teknologi seperti ini, juga merasa kecolongan dengan pemasukan tenaga kerja asing yang tidak proporsional oleh Indah Kiat. "Jangan sampai mengorbankan kepentingan nasional, sebab cukup banyak tenaga Indonesia yang perlu diberipekerjaan," katanya. Tak usah heran bila kemudian sejumlah mahasiswa Universitas Riau terdorong untuk melakukan demonstrasi mendesak Gubernur Suripto menindak Indah Kiat diPerawang, Riau. Sedangkan Wakil Ketua DPR Soekardi langsung menginstruksikan Komisi VI untuk memanggil konglomerat Eka Tjipta melakukan dengar pendapatdengan anggota DPR RI. Indah Kiat sebetulnya sudah mempekerjakan buruh-buruh Cina sejak Juni 1991 -- setahun setelah perusahaan itu meneken pembelian lima buah mesin PLTU denganChina Machineries Export Corporation, Sichuan. Hanya saja ceritanya baru mencuat setelah PLTU Kragilan diresmikan bulan lalu. Menurut Menteri TenagaKerja Cosmas Batubara, 20 buruh Cina di Kragilan bahkan sudah dipulangkan akhir Agustus. Impor mesin pembangkit tenaga listrik uap bikinan Cina ini kabarnya dilakukan Indah Kiat setelah melakukan penelitian ke Amerika danJerman. Mengapa Indah Kiat memilih mesin buatan Sichuan? Mesin bikinan Cina ini, menurut Adolf Ratulangi, paling murah, bagus, dan mesinnya bandel. Hanya saja produsen mengajukan syarat bahwa pembelian mesin harus satu paket dengan tenaga kerjanya. "Lalu kami pun mengajukan izin, dan dikabulkan," katanya. "Indah Kiat sudah melakukannya sesuai dengan prosedur." Adolf menambahkan,pabrik pengolah bubur kertas Indah Kiat, yang pemasangan kebutuhan tenaga listriknya dilakukan oleh buruh-buruh Cina tadi, kelak akan mampu menampung sekitar 12.000 tenaga kerja lokal. Di samping buruh Cina, tenaga kerja asing lainnya di Indonesia sebetulnya cukup besar pula. Sampai pertengahan 1992 saja Amerika Serikat, misalnya,telah mempekerjakan sebanyak 3.000 warganya pada proyek-proyek mereka yang di sini. Jepang hampir 1.500 orang. Tahun lalu tenaga kerja Amerika di Indonesia hampir 4.000 orang, sedangkan Jepang sekitar 2.500 orang. Belum terhitung tenaga kerja asal Inggris, Jerman, Prancis, Korea Selatan, dan Malaysia. Total izin yang dikeluarkan Departemen Tenaga Kerja untuk tenaga kerja asing sampaiJuni hampir 20.000 orang. Kelak, menurut Menteri Cosmas, izin bagi tenaga kerja asing di proyek-proyek teknologi akan dikeluarkan Departemen Tenaga Kerja setelah mendapat rekomendasi dari BPPT. "Kasus Indah Kiat merupakan pelajaran mahal buat kami," katanya. Cosmas menambahkan, prinsip Departemen Tenaga Kerja selama ini adalah memberikan pelayanan yang cepat kepada perusahaan-perusahaan yangmemerlukan tenaga kerja asing. Alasannya, kehadiran mereka bersifat sementara, yaitu sampai pemasangan mesinmesin selesai. Sekalipun jumlah pengangguran di Indonesia cukup tinggi (sekitar 12 juta orang), menurut seorang ahli perburuhan, tenaga kerja asing di negaranegaraanggota ASEAN sebetulnya belum mengganggu tenaga kerja setempat. Kecemasan banyak orang di sini, terutama menyangkut tenaga kerja asing dari Cina, siapatahu diamdiam mereka sudah mengantongi kartu tanda penduduk setempat, dan tak kembali lagi ke negara leluhur mereka. Agus Basri, Sri Pudyastuti, Ida Farida, Affan Bey Hutasuhut

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus