PERGOLAKAN dalam pimpinan PKI tampaknya ikut mempengaruhi
keputusan partai itu untuk melancarkan Gerakan 30 September.
Mengulas masalah ini agaknya perlu disorot juga
manusia-manusianya -- para tokoh PKI yang memegang peranan di
dalamnya.
D.N. AIDIT. Anak lelaki tertua dari Abdullah Aidit -- bekas
anggota Konstituante mewakili Masyumi -- ini lahir di Tanjung
Pandan, Pulau Belitung, Sumatera Selatan pada 1923 dengan nama
Achmad. Pendidikan terakhirnya sekolah menengah dagang. Tapi
sekolahnya terhenti akibat masuknya Jepang.
Setelah mula-mula memasuki organisasi Persatuan Timur Muda pada
1939, ia masuk Barisan Gerindo yang dianggap dipengaruhi
komunis. Kemudian bersama Lukman ia masuk juga dalam Angkatan
Muda yang dipimpin Chairul Saleh dan Soekarni. Lalu keduanya
bergabung dalam kelompok Asrama Angkatan Indonesia Baru
Indonesia -- yang terkenal sebagai kelompok Menteng 31 - serta
juga Barisan Pelopor.
Ada cerita tatkala para pemuda Menteng 31 menemui Bung Karno
untuk mendesak disegerakannya proklamasi, Aidit bertugas
memboncengkan Chairul Saleh dalam rombongan bersepeda itu.
Berkulit kuning dengan perawakan kekar, Aidit dikenal pintar
berpidato. Ia rupanya pengagum Mao. Tulisan-tulisan Mao Ze-dong
dengan jelas dia pakai sebagai dasar karyanya sendiri, terutama
teorinya tentang masyarakat dan revolusi.
Tak jelas kapan ia membuang nama "Achmad"-nya dan menggantinya
dengan Dipa Nusantara Aidit.
19 September 1948, dua pekan setelah Aidit diangkat menjadi
anggota Politbiro, PKI melancarkan pemberontakan Madiun. Bersama
Lukman, Aidit melarikan diri ke Cina dan Vietnam dan baru
kembali ke Indonesia pada 1950. Setahun kemudian Aidit dkk
mengambil alih pimpinan PKI dari Tan Ling Djie, yang kemudian
dijadikannya kerani di kantor partai.
Sikap politiknya dinilai tidak jelas, terutama dalam pertikaian
Moskow-Beijing ia cenderung dekat ke Beijing. Namun ia seperti
juga kemudian terbukti, tidak siap untuk seperti Mao:
menggerakkan perang gerilya.
Di saat terakhirnya setelah G30S jelas gagal, Aidit masih
menyandarkan diri kepada Soekarno. Dia percaya bahwa Soekarno
dapat menyelamatkan PKI dari kehancuran. Tapi konon Bung Karno
sendiri tidak begitu menyenanginya. Yang jelas Aidit salah kira,
dengan mengandalkan pengaruh Bung Karno saja.
M.H. LUKMAN. Orang kedua dalam CC PKI ini merupakan teman dekat
Aidit sejak 1943. Ia 3 tahun lebih tua dari Aidit. Ayahnya, Haji
Muchlis, adalah anggota Sarekat Rakyat -- kelompok pro-komunis
yang memisah dari Sarekat Islam. Bersama keluarganya Muchlis
dibuang Belanda ke Boven Digul pada l929 karena terlibat dalam
pemberontakan PKI 1926.
Pada 1938, ia kembali ke kota asalnya, Tegal, dan bekerja
sebagai kondektur bis sampai pendudukan Jepang Kemudian ia
bergabung dengan PKI di Jakarta, hampir berbareng dengan Aidit.
Ketrampilannya mengorganisasi kaum buruh dan kesabarannya
menyelesaikan berbagai sengketa organisasi mengangkat Lukman
sebagai Wakil Ketua I CC PKI.
Bicaranya datar dan ia pendiam. Di saat-saat terakhir PKI, Aidit
menilainya kurang cocok bagi "situasi revolusioner" dan
menggeser peranannya ke belakang. Ia tidak melawan.
Menurut penulis Arnold C. Brackman, rumah kediaman Lukman --
yang waktu itu juga menjabat Wakil Ketua MPRS, diperoleh secara
tidak wajar. Penghuni sebelumnya digusur dengan pembayaran Rp
250 juta, diambil dari kas MPRS tanpa sepengetahuan bendahara
oleh Islan, Wakil Sekjen DPR yang juga anggota PKI Rumah ini
setelah G30S diserbu dan dibakar massa.
Lukman tertembak mati pada Mei 1966.
SJAM alias KAMARUZZAMAN. Inilah tokoh G30S yang paling
misterius. Pimpinan Biro Khusus PKI yang langsung bertanggung
jawab pada Ketua Umum ini, konon kenal dengan Aidit sejak 1947
waktu ia aktif dalam BTI.
Ia diperkirakan lahir di Tuban, Jawa Timur pada 1922. Pada zaman
revolusi fisik Sjam dikabarkan menjadi anggota Batalyon X di
Yogyakarta. Kemudian ia pindah ke Jakarta, bergabung ke
organisasi buruh komunis SOBSI, menjadi redaksi majalah Buruh,
sekretaris SOBSI cabang Jakarta dan kemudian juga menjadi
pengurus serikat buruh pelabuhan.
Sjam, dengan nama Kamaruzzaman pernah juga tercatat sebagai
anggota PSI (Partai Sosialis Indonesia) bahkan pada 1951
termasuk satu di antara 29 anggna pilihan yang mengikuti latihan
kepartaian. Menurut Sinar Harapan 13 Maret 1967, sejak 1955
Sjam menjadi informan di Kodam V/Jaya.
Tokoh ini kabarnya sering datang menemui Aidit di kantor CC PKI
dengan pakaian montir. Menjelang September Sjam yang tinggi
besar ini sering mengikuti sidang pleno CC PKI. Bersama Aidit,
Sjam inilah yang merupakan otak dari G30S.
Ia tertangkap pada 1967, diadili dalam sidang Mahmilub dan
dijatuhi hukuman mati.
NYOTO. Di antara para pemimpin PKI, Nyoto adalah tokoh termuda.
Ia dilahirkan di Bondowoso (Jawa Timur) pada 1925. Ayahnya
seorang buruh anggota PKI di Sala yang pada 1925 pindah ke Jawa
Timur, dan beralih kerja jadi pedagang. Ikut dalam Pertempuran
Surabaya November 1945, Nyoto kemudi an membentuk cabang PKI di
Besuki. Jabatannya menanjak terus. Tahun 1951, ia merupakan
anggota Politibiro yang termuda.
Ia juga merupakan satu-satunya pimpinan PKI yang "lain" dalam
gaya hidupnya maupun pandangannya. Karirnya dalam PKI
terangkat oleh kemampuannya memecahkan masalah-masalah teori dan
keunggulannya dalam berbicara dan berargumentasi. Ia selalu siap
dengan bahan banding, yang membuat orang yakin pada masalah yang
dikemukakannya.
Mungkin itu semua diperolehnya dari kegemarannya membaca.
Koleksi buku-buku Baratnya sering memancing sindir an dari rekan
separtainya. Mampu memainkan biola, piano, gitar, saxophone
dan klarinet, ia sering bermain muengan Jack Lesmana -- yang
merupal teman lamanya. Ia juga penulis yang cendekia, kadang
dengan nama samaran Iramani, tapi karyanya "sukar dimengerti
rakyat", seperti biasa dituduhkan. Gaya hidupnya cenderung
"borjuis", suka minum bir dan makan enak. Ia dikenal dekat
dengan para seniman Lekra bahkan mungkin magnit mereka.
Menjelang 1965, Nyoto mulai disingkirkan Aidit.
Nyoto merupakan musuh pribadi dan musuh ideologis Oloan
Hutapea, sebagaimana disebut dalam buku Rex Mortimer tentang
PKI. Aidit konon menyingkirkannya dengan alasan ada affair
antara Nyoto dengan seorang wanita cantik Rusia. Kabarnya wanita
ini anggota KGB yang ditugasi "menggarap" tamu-tamu dari
Indonesia.
SUDlSMAN. Sudisman lahir di Surabaya pada 1920 dan setelah
bergabung dengan Gerindo, ia menjadi anggota gelap PKI. Selama 3
tahun kemudian ia ditahan Jepang karena terlibat dalam
perlawanan melawan tentara pendudukan ini.
Setelah dibebaskan pada September 1945, Sudisman pindah ke
Yogyakarta dan menjabat Sekjen Pesindo. Kemudian terpilih
sebagai anggota Politbiro pada 1948. Ia dikabarkan dekat dengan
Amir Syarifuddin. Setelah peristiwa Madiun ia ikut membangun
kembali PKI dan menduduki jahatan Sekjen CC PKI.
Dalam pergaulan Sudisman dikenal kaku, begitu pula dalam
disiplin. Sekalipun begitu, dalam tiap pertemuan Sudisman selalu
siap kalau diminta menyanyi. Lagunya: Nasib Tulungagung -- tetap
itu, di mana saja, kapan saja.
Setelah G30S/PKI gagal, Sudisman bergerak di bawah tanah dan
sempat mengeluarkan Otokritik yang menilai kesalahan PKI. Ia
tertangkap dan diadili dalam sidang Mahmilub pada 1967. Hukuman
matinya dilaksanakan Oktober 1968.
OLOAN HUTAPEA. Bersama Sudisman, ia merupakan pendukung utama
Aidit. Nama julukannya "Kuda Besi", berperawakan pendek tegap
dengan kulit hitam dan wajah persegi.
Jabatannya Rektor Akademi Ilmu Sosial Aliarcham, yang merupakan
insitut sekolah tinggi PKI di hidang teori. Namun
peranannya sebagai "pengawal kemurnian ideologi" partai lebih
nyata.
Bersama beberapa tokoh PKI lain, setelah G30S gagal, Hutapea
mencoba melakukan perlawanan bersenjata di Blitar Selatan. Namun
persembunyian para tokoh PKI ini gampang dilacak ABRI. Soalnya
mereka ternyata tak mudah hidup seperti rakyat. Hutapea
misalnya, tak bisa meninggalkan kebiasaan menyikat gigi dengan
Pepsodent. Para intel dengan cepat menjejaki pembelian Pepsodent
ini.
Operasi Trisula yang dilancarkan Kodam VIII/Brawijaya berhasil
menghancurkan sarang sisa PKI ini. Anggota CC PKI Oloan Hutapea,
alias Dubi, alias Rochim, alias Gumin pada 2 Juli 1968 terkurung
dalam suatu operasi ABRI bersama rakyat, dan mati oleh lemparan
batu .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini