Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penulis buku Ahmad Bahar resmi meluncurkan karya bukunya berjudul Gibran The Next President di Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat, 14 Juni 2024. Buku yang mencatut nama Calon Wakil Presiden terpilih tersebut sontak menjadi perhatian publik. Lantas seperti apakah buku tersebut?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagian cover depan buku ini didesain sederhana dengan latar warna biru. Buku itu juga menampilkan gambar gibran lengkap dengan seragam jas hitam, dasi dan kopiah. Kemudian ada tulisan Gibran The Next Presiden. Judul tersebut ditulis dalam font yang cukup besar sehingga memenuhi sebagai cover.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di bagian atas juga terdapat beberapa ornamen khas Indonesia seperti bendera Merah Putih, serta ilustrasi orang- orang yang memegang bendera. Selain itu, yang cukup menarik juga di bagian cover ini penulis membubuhkan kalimat “Aku bukan anak kecil, aku bukan anak ingusan, aku adalah Gibran.”
Di bagian belakang sampul buku beberapa tokoh turut menuliskan menuliskan beberapa patah kalimat terkait buku tersebut salah satunya ialah guru besar dari Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Dr Fadil Munawwar Manshur, M.S.
Mengenai isi Ahmad menjelaskan bahwa buku terbarunya tersebut bukanlah membahas mengenai politik.
“Saya bukan orang politik, menjadi pendukung siapa, dibayar oleh siapa, tidak sama sekali," ujar Ahmad dikutip dari antaranews.com.
Ahmad menerangkan bahwa buku tersebut membahas tentang aspek kebudayaan. "Pada prinsipnya dari buku Gibran The Next President sebenarnya kami ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa buku yang kami tulis sebenarnya benar-benar buku yang terkait dengan budaya," kata dia.
Menurutnya, Gibran merupakan seorang tokoh yang layak dibicarakan sebagai suatu peristiwa budaya, dan bukan dalam ranah politik.
Dikutip dari joglosemarnews.com mitra Teras.id, Ahmad menegaskan bahwa buku yang berjudul Gibran The Next President murni bertemakan budaya. Isi buku banyak mengungkapkan istilah-istilah Jawa yang dinilainya tepat dengan kondisi perjalanan Gibran.
“Sebenarnya isinya lebih banyak tentang kebudayaan saja. Seperti istilah “Ngono ya ngono neng ojo ngono”, banyak yang ditumpahkan dalam buku ini,” kata dia.
Di sisi lain, Ahmad mengatakan menulis setiap tokoh publik merupakan hak penulis manapun. Terkait bukunya dinilai menjadi pemicu “keramaian” sejumlah pihak, Ahmad menambahkan hal tersebut tidak menjadi masalah.
“Saya kira setiap tokoh publik itu berhak kita kupas. Harus bagaimana tergantung keberanian kita saja. Nah saya mau mengupas beneran ya dari sisi budaya yang saya mau,” katanya.
Dikutip dari berbagai sumber, buku yang terdiri dari 136 halaman ini menampilkan bab- bab yang diberi judul antara lain: Apa Aku Salah?, Sampeyan Gibran Ya, Perkenalkan, Saya Gibran! Menang Ora Popo, Kalah Yo Uwis, Mas Gibran Rakabuming Raka Ojo Gumunan.
Dalam buku tersebut juga digambarkan Gibran yang beberapa kali melanggar tradisi dan budaya Jawa. Menurutnya sebagai calon pemimpin masa depan banyak hal yang dicoba dibahas keterkaitannya soal Gibran sebagai peristiwa budaya.
Kalau soal buku ini, kenapa judulnya tentang Gibran, ada latar belakangnya. Saya ini seorang penulis yang hampir lima presiden saya tulis semua. Dan semua saya prediksi Alhamdulillah semuanya benar. Kecuali yang terakhir tahun 2023 saya menulis wawancara imajiner dengan Presiden 2024 Anies Rasyid Baswedan,” urainya.
Sebelumnya Ahmad sering sering menulis tokoh politik yang tidak begitu terkenal, banyak bukunya yang meramal siapa Presiden atau Gubernur selanjutnya. Ia juga pernah menulis buku tentang tokoh Presiden Indonesia di antaranya Abdurahman Wahid, Joko Widodo (Jokowi), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Megawati.
Ia berharap buku Gibran The Next President akan meredakan ketegangan yang terjadi di masyarakat karena perbedaan politik saat pemilu.
TIARA JUWITA | SEPTHIA RYANTHIE