Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Difabel

Penyandang Down Syndrome Bertambah, Ketahui Potensi Risiko dan Apa Itu DS

Masyarakat perlu tahu apa itu Down Syndrome. Sebab anak-anak dengan Down Syndrome juga punya perasaan, ingin maju, membutuhkan ruang gerak.

30 Maret 2021 | 10.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi difabel. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus kelahiran dengan Down Syndrome bertambah setiap periodenya. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2010, pada bayi berusia dua sampai lima tahun terdapat kasus Down Syndrome sebanyak 0,12 persen. Riset Kesehatan Dasar tiga tahun kemudian atau pada 2013 meninjukkan angka kasus Down Syndrome meningkat menjadi 0,13 persen. Dan pada Riset Kesehatan Dasar 2018 menjadi 0,21 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Data tersebut menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus Down Syndrome di Indonesia," kata Meriana Virtin, Medical Advisor PT Cordlife Persada dalam diskusi virtual Cordlife pada Sabtu, 20 Maret 2021. Down Syndrome bermula dari kondisi trisomy di mana jumlah kromosom seseorang lebih atau kurang dari jumlah kromosom pada umumnya. Salah satu contoh dari trisomy ini adalah Down Syndrome atau trisomy 21.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Down Syndrome merupakan kondisi di mana seseorang memiliki total 47 kromosom, bukan 46 kromosom seperti yang seharusnya. Para penyandang Down Syndrome memiliki kelebihan satu salinan pada kromosom nomor 21. Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang dari Sidney, Mark Selikowitz mengatakan, Down Syndrome termasuk kelainan genetik yang menyebabkan gangguan pada kemampuan kognitif, motorik, dan psikomotorik seseorang. Anak dengan Down Syndrome tetap mengalami perkembangan kemampuan, hanya saja kecepatannya lebih lambat dibanding anak pada umumnya.

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Ardiansyah Dara menyampaikan beberapa potensi risiko kehamilan dengan Down Syndrome. "Kehamilan di usia yang lebih tua, di atas 35 tahun, berisiko mengakibatkan kelainan baik pada ibu maupun anak," kata Ardiansyah Dara.

Risiko bagi ibu yang hamil dalam usia di atas 35 tahun, menurut dia, berpotensi memicu hipertensi. Sementara ke anak berpotensi mengalami kelainan kromosom, yang mengakibatkan salah satunya down syndrome. "Jadi, angka kejadian Down Syndrome ini lebih banyak pada ibu hamil yang berusia di atas 35 tahun," ucapnya.

Jumlah kromosom dalam setiap sel manusia adalah 23 pasang atau totalnya 46 kromosom. Setiap 23 pasangan kromosom ini, menurut Ardiansyah Dara, dapat diurutkan. Dan jika pada nomor urut 21, terdapat tiga kromosom, maka inilah kondisi trisomy yang dialami oleh penyandang Down Syndrome.

Ardiansyah Dara menyampaikan berbagai riset yang mendeteksi kelainan pada urutan pasangan kromosom tadi. Selain kelainan pada pasangan kromosom nomor urut 21, ada pula kelainan pasangan kromosom pada nomor urut 13 dan 18. Namun demikian, menurut dia, kelainan pada pasangan kromosom nomor urut 21 atau Trisomy 21 yang pada mengakibatkan Down Syndrome ini memiliki angka harapan hidup yang tinggi.

"Berbeda dengan Trisomy 13 dan Trisomy 18 yang angka harapan hidupnya pendek," kata dia. Anak-anak dengan Down Syndrome memiliki daya bertahan hidup yang panjang dan perlu menjalani banyak terapi.

Ardinsyah Dara melanjutkan, banyak orang tua yang ketika tahu anak menyandang Down Syndrome langsung merasa putus asa. "Para orang tua perlu mendapatkan informasi yang utuh dan menyeluruh tentang apa itu Down Syndrome," katanya.

Pengurus Persatuan Orang Tua Anak Down Syndrome atau POTADS, Elisa Octavianti Rogi mengatakan masyarakat perlu tahu apa itu Down Syndrome karena anak-anak dengan Down Syndrome juga punya perasaan, ingin maju, membutuhkan ruang gerak.

"Selama ini anak-anak kami disebut anak-anak yang terkena kutukan, anak-anak berpenyakit, harus dijauhi, dikucilkan, memberatkan kehidupan keluarga, tak berguna, dan sebagainya," kata Elisa. "Itu semua salah besar."

Elisa menambahkan, anak dengan Down Syndrome juga bisa berkarya sebagaimana anak lainnya. Ada penyandang Down Syndrome usia dewasa yang magang bekerja di perkantoran dan perhotelaan. Artinya, menurut dia, penyandang Down Syndrome juga mampu belajar dan mempraktikkan pengetahuan yang diserapnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus