Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kembali terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Partai Demokrat untuk periode 2025-2030 dalam Kongres VI Partai Demokrat. Kongres berlangsung di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan, pada Senin, 24 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam kongres tersebut, seluruh anggota DPC dan DPD Partai Demokrat secara bulat memberikan dukungan AHY untuk kembali memimpin partai yang didirikan oleh Presiden Ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dengan Rahmat Tuhan yang Maha Kuasa, Kongres ke-6 Partai Demokrat menimbang, mengingat, memperhatikan, memutuskan, menetapkan AHY sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat masa bakti 2025-2030," kata Wakil Ketua Sidang Pleno II Kongres ke-6 Edhie Baskoro Yudhoyono saat membacakan surat keputusan di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta pada Senin, 24 Februari 2025.
AHY telah menjadi sosok sentral dalam kepemimpinan Partai Demokrat sejak memutuskan meninggalkan karir militernya. Lantas, seperti apa perjalanan AHY pimpin demokrat?
Mundur dari Militer
Sebelum memasuki dunia politik, AHY dikenal sebagai perwira militer berprestasi. Dilansir dari agusyudhoyono.com, AHY merupakan lulusan SMA Taruna Nusantara, di mana ia lulus sebagai lulusan terbaik pada 1997. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Akademi Militer dan meraih Bintang Adhi Makayasa, penghargaan tertinggi bagi lulusan terbaik di Akademi Militer pada tahun 2000.
AHY mengabdikan dirinya di TNI Angkatan Darat selama 16 tahun. Karier militernya yang cemerlang membawanya bertugas di luar negeri sebagai pasukan perdamaian PBB di Lebanon Selatan pada 2006-2007. Ia juga pernah menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203, pasukan elite pengaman Ibu Kota Jakarta.
Namun AHY memilih untuk mengundurkan diri dari Militer dengan pangkat Mayor. Ia melayangkan surat pengunduran diri kepada Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo pada Jumat, 23 September 2016. Surat tersebut diserahkan ke Komandan Brigade Panglima Daerah Militer, untuk kemudian ditembuskan ke Kepala Staf Angkatan Darat (AD).
Maju Pilkada DKI Jakarta
Agus mengundurkan diri dari Militer usai secara resmi diusung sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta pada Pilkada 2017. Kala itu ia berpasangan dengan Sylviana Murni yang juga melepaskan jabatannya sebagai Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan. Keduanya mendapatkan dukungan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Sayangnya, Agus – Sylvi harus berbesar hati karena kalah dari pasangan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Kedua pasangan itu lanjut ke putaran kedua.
Terpilih Jadi Ketua Umum
Pada 2018, ia diangkat menjadi Komandan Kogasma (Komando Tugas Bersama) untuk Pemilu 2019, yang bertugas menggerakkan mesin partai untuk memenangkan pemilu.
Pemilu 2019 usai, AHY terpilih menjadi Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat. Karier politiknya semakin menanjak, dan pada Kongres V Partai Demokrat pada Maret 2020, AHY terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat secara aklamasi, menggantikan ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono, melalui Kongres V Partai Demokrat 2020 di JCC Senayan, Jakarta pada Minggu, 14 Maret 2020.
Konflik dengan Moeldoko
Sebagai Ketua Umum Demokrat, AHY sempat "dikudeta" oleh Moeldoko, yang juga Kepala Kantor Staf Presiden, dalam Kongres Luar Biasa di Deli Serdang, 5 Maret 2021.
Dalam KLB tersebut, peserta yang hadir mengusulkan nama Moeldoko dan mantan Ketua DPR RI Marzuki Alie sebagai kandidat ketua umum.
Berdasarkan pengambilan suara cepat, Moeldoko lebih banyak didukung daripada Marzuki. Sehingga diputuskan secara langsung Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat periode 2021-2026 hasil Kongres Luar Biasa.
Dalam pidatonya, Moeldoko mengatakan bahwa KLB tersebut adalah konstitusional dan sesuai dengan yang tertuang dalam AD/ART. Hal ini seakan menanggapi tudingan kubu AHY yang menyebut KLB tersebut tak sah dan tak memenuhi persyaratan.
AHY kemudian melakukan perlawanan dengan menggugat ke pengadilan dan menang, namun kubu Moeldoko juga tak tinggal diam.
Konflik perebutan kepengurusan Partai Demokrat mencapai peluit akhir setelah Mahkamah Agung menyatakan menolak Peninjauan Kembali yang diajukan Moeldoko pada Kamis, 10 Agustus 2023.
Moeldoko diketahui menggugat Kementerian Hukum dan HAM untuk membatalkan pengesahan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga dan kepengurusan Partai Demokrat hasil Kongres Jakarta 2020. Dengan putusan itu, Moeldoko dipastikan kalah telak karena dalam 17 kali gugatan sebelumnya juga selalu kalah.
Terpilih Kembali
Di tahun 2025, AHY kembali terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan itu mendapat dukungan 100 persen dari seluruh kader partai. Total suara yang didapat AHY sebanyak 616 yang berasal dari DPP, DPD, DPC, DPLN, Majelis Tinggi, hingga organisasi sayap.
AHY secara simbolis telah dilantik kembali menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Dia menerima bendera partai yang diberikan oleh pimpinan sidang sekaligus menyatakan kesiapannya untuk memimpin partai selama lima tahun ke depan.
Putri Safira Pitaloka, Melynda Dwi Puspita, Nabiila Azzahra, Novali Panji Nugroho berkontribusi dalam penulisan artikel ini.