Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Perkelahian Dan "Solidaritas"

Perkelahian pelajar-pelajar SMAN XI dengan SMAN IX Bulungan Kebayoran Baru, SMA Kanisius lawan SMAN VII (jl. batu) antara siswa murid kelas i & ii sman xlvi cilandak, karena solidaritas antara teman. (pdk)

12 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG anak SMAN XI digasak dua pengendara mobil--di jalan dekat sekolah. Itu gara-gara anak yang merasa disrempet itu memelototi yang di dalam mobil. Kewalahan melawan dua orang, ia lari masuk ke sekolah. Biasa. Yang membuat peristiwa ini berbuntut: ternyata dua pengendara mobil itu bekas murid SMAN IX, tetangga SMAN XI--dua sekolah yang bersebelahan di kawasan Bulungan, Kebayoran Baru, yang memang sering bentrok. Maka tanpa ba atau bu, murid masing-masing sekolah lantas saja membela teman mereka. Perkelahian massal tak terhindarkan. Dan peristiwa Rabu itu berbuntut sampai esoknya. Terjadi lagi, seperti November tahun lalu, aksi lempar batu antarkedua sekolah. Maka Jumat serta Sabtu kedua sekolah diliburkan. Polisi turun tangan. Sebelum itu, 24 Agustus, ada pula baku hantam massal anak-anak SMA Kanisiu lawan SMAN VII (Jalan Batu Gambir) di depan gedung SMA pertama. Menurut Pater J. Wisgickl S.Y., salah seorang pendidik di SMA Kanisius yang langsung ikut menangani peristiwa tersebut, awal mulanya sebenarnya "sepele". Sejumlah anak SMAN VII mendatangi sekolah di Jalan Menteng Raya itu. Entah bagaimana anak-anak yang bertamu lantas adu mulut dengan tuan rumah, diteruskan adu tangan dan kaki. Perang Saudara Kejadian itu terulang tiga hari kemudian. Beberapa siswa SMAN VII mondar-mandir dengan sepeda motor di depan SMA Kanisius. Tak terhindar lagi, begitu murid SMA Kanisius pulang, terjadilah adu jotos, lempar batu, main kayu. Tapi berbeda dari yang terjadi di Bulungan, di SMA Kanisius para guru sempat turun tangan dan melerai. Pater Wisgickl dan guru yang lain agaknya cukup disegani. Bahkan Pater sempat menahan dua anak SMAN VII untuk dimintai keterangan. Dan keterangan itu begini. Mereka datang mencari seorang anak kelas 1, adik seorang siswa SMAN VII, yang arloji tangannya dijambret seorang murid kelas 11 dari SMA Kanisius. Maksud para pndatang itu: untuk menanyakan yang mana anak kelas 11 itu. Langsung Pater tersebut mengecek semua yang diceritakan dua murid itu. Ternyata tak benar. "Yang diceritakan dijambret arlojinya, tak kehilangan apa-apa. Dan dia tak mempunyai kakak di SMAN VII," tutur Pater. Dan sebetulnya siang 24 Agustus itu sudah ada perjanjian kedua belah pihak, bahwa "urusan sampai di sini saja. Toh, Kamis 27 Agustus, peristiwa berulang. Lebih seru, karena beberapa kaca depan SMA Kanisius pecah dilempar batu. "Sayang, kaca di jendela yang tinggi itu pecah juga. Gantinya sulit, tak dijual di sini, harus ke luar negeri," kata Pater Sewaka, penanggungjawab SMP dan SMA Katolik itu. Dari SMAN VII sendiri ternyata agak susah mencari tahu sebab musabab perkelahin. Tapi R. Jojo Gunara, Kepala Sekolah, telah menskors beberapa anak yang terlibat perkelahian. Agak lain yang terjadi di SMAN XLVI, Cilandak -- yang nyaris sebuah perang saudara. Ada masalah pribadi antara seorang murid kelas I dan kelas II --yang letak lokalnya memang tidak sekompleks, tapi berjauhan, ada sekitar 500 meter. Terjadi perkelahian, sebentar. Anak-anak kelas I konon lantas minta bantuan anak-anak luar sekolah. Keruan saja anak kelas II naik pitam. Mereka tahu, yang membantu adik-adik mereka adalah anak-anak kompleks perumahan PN Timah Cilandak. Maka diserbulah perumahan itu. Sekitar 20 rumah pecah kaca-kacanya. Pihak keamanan Jakarta Selatan kewalahan, karena waktu terjadinya bersamaan dengan perkelahian di SMA Bulungan, Kamis siang, 3 September. Kalau sudah begitu, guru, kepala seIolah, polisi, orang tua murid, Kanwil Dep. P&K DKI, menjadi repot--sebentar. Kemudian biasanya bisa didamaikan, bahkan ada pernyataan ini-itu. Yang pada pokoknya, pihak-pihak yang berkelahi berjanji tak akan mengulang hal itu lagi. Tapi, di Kanwil Dep. P8K DKI bis dilihat catatan ini. Tahun 1976 terjadi 70 kali perkclahian melibatkan sekitar 50 SLTP/SLTA. Dua tahun kemudian, ] 978, berkurang: ada 25 perkelahian melibatkan 21 sekolah. Tahun berikutnya bahkan hanya 11 kali perkelahian, melibatkan 18 sekolah. Dan tahun lalu naik ada 30 perkelahian melibatkan 30 sekolah. Tahun ini, agaknya yang boleh dikatakan menarik perhatian masyarakat, ya baru kasus di Bulungan, di Cilandak dan di Menteng Raya ini. Terutama yang terakhir, karena itu sekolah kalangan agama yang pertama. "Saya bangga, kalian berani mempertahankan sekolah ini dari pengrusakan," kata Pater Sewaka di depan anak-anak SMA Kanisius. "Tapi cara kalian tidak saya senangi." Pater Sewaka bicara tentang sifat ksatria alias sportivitas --yang seharusnya antimain kroyok. Tapi rupanya sikap sportif bukan satu-satunya. Bukankah sering terdengar misalnya "solidaritas korp"? Bahkan kadang suatu kesalahan tak diakui semata-mata karena "nama baik korp"? "Rasa solidaritas kami kuat," komentar seorang siswa Kanisius itu. 'eggak mungkin 'kan, kalau teman kita babak belur digebukin sekolah lain, kita diam aja?" lanjutnya. Pengaruh dari iklim di luar memang cukup besar, rupanya Apa lagi mcreka muda. Betapapun, terdengar seperti keputusasaan: keputusan bersama SMAN XI dan IX, tentang akan dibangunnya pagar yang kuat antara kedua SMA itu, plus pos keamanan di lingkungan tersebut yang juga menyertakan tenaga polisi. Ataukah memang hanya itu jalannya?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus