Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pesan Dari Daud Beureuh

Sambil menyerahkan Dip, Bustanil Arifin didampingi Abdul Rachman Ramly menjenguk Daud Beureueh di desa Beureuh, Aceh. Beliau pesan pada pak Harto agar berlaku adil dan tak keberatan Golkar menang.

22 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAMA tak terdengar, Daud Beureu-eh ulama Aceh tersohor, tiba-tiba "muncul" dengan pesan untuk Pak Harto. Sebuah pesan, buat Golkar, itu, disampaikan oleh Menteri Koperasi Bustanil Arifin pada Presiden, Kamis, pekan lalu. Isinya? Tokoh yang pernah sembilan tahun memberontak dan masuk hutan mengangkat senjata itu (1953-1962) menyatakan: ia tak keberatan Golkar menang di Aceh pada pemilu mendatang. Sebab, bila Golkar menang kelak, katanya, pembangunan yang tengah dilaksanakan bisa berlanjut. Ia mengaku, sejak dahulu, tak pernah mengganjal Golkar. Buktinya: seorang putranya pernah menjadi anggota DPR/ MPR dari Fraksi Karya Pembangunan pada Pemilu 1971. Dan kini, menantunya, seorang perwira tinggi, telah datang padanya, meminta restu agar boleh berkampanye buat Golkar di Aceh pada pemilu mendatang. "Boleh saja. Silakan kamu kampanye untuk Golkar," ujar Beureu-eh, 86, kepada sang menantu. Tapi, ia berkata: Jadilah wakil rakyat yang bersih, dan memperhatikan kepentingan rakyat. "Jangan waktu kampanye saja, semua berkaok-kaok mengatakan membela rakyat. Ucapan itu harus dibuktikan dalam tindakan dan perbuatan," ucapnya. Apakah Daud Beureu-eh kelak akan mencoblos Golkar? "Saya menghargai prinsip langsung, umum, bebas, dan rahasia," katanya, berdiplomasi. "Jadi, terlalu pagi untuk mengatakan mencoblos Golkar. Sebab, itu berarti saya sudah kampanye," katanya pula. Masa kampanye, memang, belumlah tiba. Tapi, "Saya berkata tidak keberatan Golkar menang, itu sudah cukup," tambahnya. Terbaring hampir sebulan karena sakit, Tengku Daud juga menyampaikan pesan pada Pak Harto, agar, "berlaku adil dalam memimpin bangsa dan negara". Hanya dengan demikian, katanya lebih lanjut, komunis tak bisa menyusupkan "racun berbisa". Kepada Pak Harto, melalui Bustanil Arifin, Daud memang menyampaikan pesan khusus, agar Presiden tak condong ke kiri. "Komunis tetap berusaha menanamkan pahamnya. Dan, dengan cara apa pun, tetap berusaha merebut kekuasaan," katanya. Bekas Gubernur Provinsi Aceh, yang mendapat pendidikan Dayah Tinggi (setaraf perguruan tinggi agama), itu memuji dan menghargai Pak Harto, "yang di saat-saat genting, bertindak tegas membubarkan dan menumpas PKI". Ia, katanya, menyampaikan pesan tak condong ke kiri itu agar tak lengah. Dulu, ketika Peristiwa Madiun terjadi pada 1948, Soekarno tegas menghantam komunis. "Tapi, lantaran lalai, belakangan Soekarno sempat dirangkul PKI -- dan ia terdorong ke Bustanil Arifin didampingi Dirut Pertamina, Abdul Rachman Ramly (lahir dari keluarga santri di Langsa, Aceh Timur), datang ke "Serambi Mekah", pekan silam, tidak secara khusus untuk bertemu Daud Beureu-eh. Menteri Bustanil ke Aceh, menyerahkan 156 Daftar Isian Proyek (DIP) bernilai Rp 40,7 milyar pada Gubernur Hadi Thayeb. Toh, bersama Ramly, ia menjenguk Beureu-eh di desa Beureu-eh, 2 km dari Kota Beureunuen, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie, Aceh, dan menyampaikan bantuan Rp 10 juta dari Ketua Umum Golkar, Mensesneg Sudharmono. Pesan itu sendiri, menurut Bustanil Arifin diberikan secara lisan, kemudian diketik stafnya, lalu ditandatanganinya. "Waktu pesan itu saya sampaikan ke Pak Harto, beliau senyum-senyum dan mengangguk. Beliau tak memberi komentar, hanya menanyakan usia Daud Beureu-eh," ucap Bustanil. Isi pesan ulama yang menurut Bustanil sudah uzur dan matanya sudah tak bisa melihat itu memang berupa anjuran. "Misalnya tumpas komunis sampai habis, harap berlaku adil, dan kalau melihat Aceh tak usah dengan dua mata tapi cukup dengan sebelah mata saja. Ya, nyindir-nyindir sedikit. Tapi biasa 'kan orang tua yang maksudnya baik," kata Bustanil lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus