BARET merah tak lagi bertengger di kepalanya. Pisau komando juga tak lagi tergantung di pinggangnya. Berpakaian sipil, para anggota Kopassus itu kini menggenggam kalkulator. Di salah satu ruang PT Indokor pada kompleks perkantoran Five Pillars, yang ber-AC itu, beberapa anggota pasukan khusus angkatan darat itu memang bukan sedang merancang perang. "Kami sedang menjalani magang wiraswasta," ujar Letkol Sri Dani, 48, komandan posko Kopassus itu. Dua pekan lalu, ketika program prajurit wiraswasta (prawita) dibahas di Depnaker, 131 anggota baret merah sudah menyebar di beberapa perusahaan. Mereka itu -- berpangkat dari sersan mayor hingga letnan kolonel -- terpilih mengikuti prawita Kopassus, suatu program yang merupakan kerja sama antara Angkatan Darat dan Kadin. Menurut Pandaya Sukaca, pengajar dan konsultan program itu, ide mewiraswastakan prajurit itu timbul dari pimpinan ABRI setelah melihat sukses Jepang dan Korea Selatan. Di negara-negara itu bekas militer bisa sukses berniaga. Sebagai uji coba di Indonesia, dicobalah pasukan yang bermarkas di Cijantung, Jakarta, sebagai proyek pertama. "Mereka 'kan pasukan elite yang selalu berhasil," katanya, "Apakah tentara yang menang terus ini juga bisa menang di ekonomi." Untuk sementara, lebih dari seratus orang yang tersaring itu boleh berbangga. Sebab, mereka lolos dari tes psikologi yang diikuti sekitar 400 orang anggota Kopassus. Kebanyakan yang tak lulus tes itu disebabkan, "Belum bisa mengubah mental militernya menjadi mental wiraswasta," ujar Pandaya, lulusan jurusan bisnis Universitas Filipina itu. Mental tentara yang kaku dan patuh perintah itu memang bertolak belakang dengan mental pengusaha yang ramah dan harus aktif mencari lubang-lubang untuk berusaha. Untuk memberi wawasan tentang dunia usaha yang penuh tipu daya tetapi juga menjanjikan sukses itu, para prajurit tadi dibekali berbagai senjata. Antara lain mereka selama program berjalan 3 bulan -- dengan biaya sekitar Rp 200 juta -- dipertemukan dengan beberapa pengusaha yang sukses, di antaranya yang berasal dari kalangan tentara sendiri, seperti bekas KSAU Sri Mulyono Herlambang, dan Vence Sumual. Dari pengalaman mereka, memang tak sedikit pelajaran yang diperoleh. Misalnya, bagaimana proses negosiasi dalam dagang butuh waktu dan kesabaran. "Bekas jenderal berbintang empat saja harus sabar menunggu tiga jam untuk urusan bisnis," ujar Sri Dani. Ia sadar tentang dunianya yang baru, yang agak lain dengan profesi sebelumnya. Setelah dibekali keterampilan manajemen dan pengetahuan umum, calon-calon pengusaha itu dilepas magang di beberapa perusahaan. Misalnya, Serma Masnan, 42, yang kini sedang magang di PT Semen Gresik. "Saya ingin menjadi pengusaha genting," ujar Masnan, yang bersama empat rekannya belajar membuat tegel dan pemecahan batu. Sementara itu, Mayor Washington Sinaga sedang mempelajari ihwal perkreditan di Bukopin, Jakarta. "Saya harus belajar dan berpikir total," ujar pelatih menembak ini. Sebab, "Kalau dulu konsep sudah dari atas, kini 'kan harus dipikirkan sendiri," ujar orang yang ingin membuka perikanan itu. DALAM masa magang, yang berlangsung sekitar sebulan itu, di samping masih menerima gaji dari kesatuan, prajurit-prajurit itu juga menerima uang saku dari perusahaan tempat mereka berlatih. Misalnya Mayor Sinaga tadi. Kini, selain gajinya sebesar Rp 325 ribu, ia juga menerima uang saku Rp 100 ribu sebulan. Setelah latihan berakhir, para anggota militer ini bisa langsung praktek di dunia dagang. "Sementara itu, kami mengawasi dan memberi bimbingan terus," ujar Pandaya. Bimbingan usaha itu agaknya diperlukan bagi tentara yang tak lama lagi akan menjalani masa pensiun itu. "Kami 'kan harus lebih maju, masa pensiunan tentara akan jadi Satpam melulu," ujar Dani. Karena itu, sebuah Yayasan Prawita 131 dibentuk, yang tugasnya antara lain membimbing usaha yang dilakukan anggota Kopassus tadi. Dan mereka akan mendapat modal kerja pertama dari Bukopin (Bank Umum Koperasi Indonesia). Agaknya, dunia bisnis ditatap dengan penuh optimisme oleh warga baret merah. "Kami mengharapkan pengusaha pejuang, semacam samurai Jepang yang berhasil di bidang bisnis," ujar komandan Kopassus Brigjen Sintong Panjaitan, penuh harap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini