Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pesan Dari Peking

Kunjungan PM PNG Michael Somare, 41, ke Jakarta. Masalah yang dibicarakan tentang RRC, ASEAN, Timor Timur dan hubungan RI-PNG. Seth rum koren "presiden" OPM pernah bertemu dengan Menlu PNG Maori Kiki. (nas)

22 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IA datang ke Indonesia bersepatu sandal, dengan perban yang melilit kaki kirinya. Memakai jas dan dasi PM PNG Michael Somare, 41 tahun, mengenakan semacam rok sepanjang dengkul mirip yang dipakai orang Scot: pakaian nasional PNG. Di tahun 1964 ia menjadi guru di SMA negerinya mengajar Ilmu Bumi dan Pengetahuan Umum. Pindah bekerja sebagai penyiar radio, "saya berfikir mengapa tak mencoba menulis". Setelah sekian lama jadi wartawan parlemen, ia bahkan terpilih menjadi anggota perwakilan rakyat. Di tahun 1972, tanpa oposisi Somare terpilih untuk membentuk Pemerintahan Koalisi Nasional. Seminggu bersama nyonya di Indonesia, Kepala Negara PNG itu memberi kesan sederhana, ramah dan sadar datang dari sebuah negeri yang lagi mulai membangun. Tanpa membawa pengawal dan dokter pribadi sebagaimana lazimnya seorang kepala negara, kesan sederhana itu juga tercermin pada isterinya. Ny. Somare, ibn dari 5 anak, selama di Jakarta merasa senang belanja oleh-oleh di Pasar Tanah Abang. Berikut ini beberapa petikan penting dari konperensi pers dengan PM Somare sebelum meninggalkan Jakarta: Tentang RRT "Kunjungan saya ke RRT bulan Oktober tahun lalu terutama dalam rangka hubungan diplomatik. Tapi secara umum kami juga membicarakan negara-negara sekitar PNG. Karena Indonesia letaknya berbatasan dengan PNG, hal itu saya kemukakan pada Wakil PM Li Hsien-nien. Menurutnya RRT bersedia membuka hubungan diplomatik (mencairkan - Red) dengan Indonesia, kalau Indonesia juga bersedia. Ini saya anggap patut saya sampaikan pada Presiden Soeharto. Tapi saya bukan utusan RRT". Tentang ASEAN "Kami turut daerah Pasifik Selatan. Jadi tak ada minat untuk turut dalam ASEAN. Sekalipun begitu - sesuai dengan sikap politik kami yang universil - kami merasa gembira akan adanya persekutuan yang bebas aktif seperti ASEAN. Menlu kami Maori Kiki pernah hadir sebagai peninjau dalam sebuah konperensi ASEAN. Dan kami selalu menaruh perhatian besar terhadap perkembangan ASEAN". Tentang Timor Timur "Soal Timor Timur adalah masalah dalam negeri Indonesia. Dan saya tak akan merubah pendapat itu sepulang dari Indonesia (di PBB, PNC bersikap abstain dalam masalah Timtim, sama seperti Australia dan anggota ASEAN Singapura -- Red). Seperti saya kemukakan dalam parlemen PNG, tentang sikap Indonesia dalam soal Timor Timur hanya Indonesia lah yang paling tahu". Masalah kerjasama ekonomi, seperti kata Somare, "akan kami bahas secara bilateral di masa mendatang". Tapi yang kini banyak mendapat perhatian adalah masalah tapal batas kedua negara yang sudah diratifisir sejak 8 Nopember 1973: ". . . kedua negara sepakat bahwa tindakan-tindakan harus ditempuh untuk menjamin agar-wilayah masing-masing tak disalah-gunakan dengan cara apapun untuk melakukan subversi dan tindakan negatif lainnya terhadap negara lain oleh anasir-anasir yang menentang negara itu". Soal RI -- PNG Adakah RI-PNG juga membicarakan persoalan patroli bersama di perbatasan seperti dilakukan antara RI dengan Malaysia di perbatasan Serawak? "Masing-masing fihak, juga Indonesia tak menyarankan hal itu", kata Somare. "Juga kami tak ada membicarakan kemungkinan akan adanya patroli bersama. Menurut kami, masing-masing haruslah tunduk dan menghargai peraturan kedua negara". Persoalan repatriasi orang Irian Jaya yang kini berada di PNG, kata Somare: "Kami tak mengadakan perjanjian tentang hal itu. Juga tak dibicarakan persoalan ekstradisi. Kalau ada orang Irian Jaya atau dari mana saja ingin tinggal dan bekerja di PNG -- karena alasan idak puas tinggal di negara asalnya - kami tidak akan memaksa untuk memenangkannya. Selama dia patuh akan undang-undang dan konstitusi PNG, dia tak akan kami usir". Somare juga mengatakan ada sekitar 157 orang Irian Jaya telah diluluskan untuk jadi warga negara PNG. Berita tentang Seth Rumkoren ("Presiden" Organisasi Papua Merdeka-OPM) yang kabarnya bermukim di PNG, "tiga tahun yang lalu, ya", ujar Somare. "Dia bahkan telah bertemu dengan Menlu Maori Kiki dan sekarang saya tidak tahu pasti apakah Rumkoren sudah kembali ke Irian Jaya. Saya pribadi tidak akan menghalangi orang yang ingin merdeka. Tapi saya juga tidak bisa mentolerir gerakan yang menentang negara yang sah. Yang begitu itu saya biasa berkata: kembalilah ke negerimu". Pertemuan "Brigjen" Seth Rumkoren dengan Menlu PNG Maori Kiki kabarnya terjadi menjelang Somare bertolak ke Jakarta. Dengan pengawalan dari fihak PNG, Rumkoren telah diterima di kantor Menlu Kiki di Port Moresby. Dan setelah selesai pertemuan Rumkoren dikawal kembali ke daerah perbatasan. Mengapa pimpinan pemberontak itu sampai diterima di Port Moresby tak dijelaskan oleh Somare. Tapi menurut sebuah sumber, pertemuan Kiki-Rumkoren itu adalah sekedar untuk menampung suara-suara yang bersimpati terhadap Rulnkoren di PNG.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus