Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pesan Jepang di Pintu Selatan

Awak kapal Jepang yang diculik di Selat Malaka dibebaskan.Muncul desakan dari Tokyo agar pengamanan di kawasan ini ditingkatkan.

28 Maret 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI ujung kabel telepon, suara Nobuo Inoue terdengar lega. Kapten kapal Idaten yang sempat diculik bersama dua anak buahnya oleh para pembajak itu menyatakan telah dibebaskan. Ketiganya kini berada di sebelah selatan Provinsi Satun, Thailand. Masahiro Takagi, pejabat Departemen Luar Negeri Jepang, yang menerima kabar itu tentu saja tak kalah girang. Dan kabar gembira itulah yang kemudian dibagikan kepada wartawan, pekan lalu.

Ini memang akhir yang melegakan dari drama pembajakan kapal Idaten. Pada pertengahan Maret lalu, kapal berbendera Jepang yang menarik kapal tongkang Kuroshio I ini dirampok di Selat Malaka. Bertolak dari Batam, Indonesia, tujuan Idaten adalah Myanmar. Tetapi para lanun yang menumpang tiga kapal nelayan menyergap mereka ketika memasuki titik 70 mil di barat daya Penang, Malaysia. Awak kapal sebanyak 14 orang itu tak ada yang dilukai. Tetapi tiga di antara mereka, yakni Inoue, 56 tahun, Shunji Kuroda, 50, dan Edgardo Sadang, 41, seorang warga Filipina. diangkut para begal.

Inilah yang membuat Tokyo seperti cemas. Mereka segera menebar jala diplomasi ke berbagai penjuru. Mereka meminta tiga negara Asia Tenggara?Indonesia, Malaysia, dan Singapura?turun tangan membebaskan awak kapal yang diculik itu. "Kami meminta negara-negara itu membantu mencari informa-si, menjamin keselamatan korban, dan melakukan investigasi atas kasus ini," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Jepang. Tak hanya itu, Perdana Menteri Junichiro Koizumi pun ikut meresponsnya. Ia segera menginstruksikan anggota kabinetnya maksimal menyelesaikan kasus ini.

Kepolisian Malaysia dan Angkatan Laut Indonesia, yang tak ingin dianggap abai, bergegas memburu para perompak. Tetapi aparat terbentur kesulitan lantaran minimnya petunjuk. Tak ada "jejak" apa pun yang menunjukkan ke mana "hilangnya" kapal perompak seusai beraksi.

Minimnya kemajuan pencarian ini sempat menerbitkan keluhan di Tokyo. "Tak ada kemajuan yang konkret," keluh Kepala Sekretaris Kabinet, Hiroyuki Hosoda. Tokyo tampaknya benar-benar khawatir, mengingat reputasi Selat Malaka?salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia?yang rawan pembajakan.

Maklum, di selat sempit antara Malaysia dan Indonesia dengan Singapura yang menjadi pintu masuk di bagian selatan itulah hampir semua kapal yang mengangkut impor minyak Cina dan Jepang melintas. Tak mengherankan bila para pembajak seperti ngiler melihatnya.

Tetapi, syukurlah, penculikan terhadap awak Idaten telah berakhir. Belum jelas memang bagaimana para awak kapal itu dibebaskan. Koran-koran di Jepang hanya menyebut para korban ditemukan di Provinsi Satun. Tetapi kabar menjanjikan berembus dari Malaysia. Komandan Kepolisian Laut Malaysia, Abdul Rahman Ahmad, menyatakan telah menemukan kapal nelayan yang dicurigai sebagai salah satu dari tiga kapal yang dipakai perompak.

Malaysia juga sudah menahan sejumlah awaknya di Negara Bagian Perak. Tetapi proses pemeriksaan belum kelar. Polisi belum berani memastikan keterlibatan kapal tersebut. "Penyelidikan masih berlangsung, belum bisa kami beberkan sekarang," tutur Abdul Rahman.

Dugaan sebelumnya memang sempat bertaburan siapa sebenarnya pelaku sejati pembegalan itu. Mukhtar Usman, petugas Kepolisian Laut Diraja Malaysia Wilayah Utara?seperti dikutip AFP?menyatakan para perompak kemung-kinan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Keyakinannya itu didasarkan fakta bahwa para pembajak memiliki persenjataan memadai. "Termasuk peluncur roket, seperti yang dimiliki GAM."

Namun pihak TNI justru mengidentifikasi dua kapal nelayan perompak berbendera Malaysia dengan nomor register AKFP 1123 dan PKFB 1223. Teka-teki ini mungkin segera terkuak begitu pemeriksaan terhadap awak perahu nelayan yang digaruk di atas selesai. "Siapa pun pelakunya, GAM atau bukan, mereka harus diberi sanksi yang keras," ujar Deputi Perdana Menteri Malaysia Najib Abdul Razak.

Siapa pun pelakunya, jelas mereka ini bukan satu-satunya perompak yang menyatroni Selat Malaka. Tak kurang Biro Maritim Internasional telah menobatkan area ini sebagai kawasan rawan pembajak terburuk kedua di dunia. Peningkatan pengamanan jelas tak bisa menunggu lebih lama lagi.

Biro Maritim Internasional mewanti-wanti, saat ini perhatian media internasional sangat besar terhadap aksi-aksi lancung para pembajak di Selat Malaka. "Hal ini menyebabkan makin besarnya tekanan pada pemerintah Indonesia dan Malaysia," tutur Noel Choong, Manajer Regional Pusat Pelaporan Pembajakan, di Kuala Lumpur. "Saya berharap pemerintah Indonesia akan berbuat lebih banyak untuk mengatasi masalah pembajakan," kata Choong.

Jepang juga tak akan tinggal diam. Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yutaka Iimura, meminta Indonesia meningkatkan keamanan di Selat Malaka. Tidak ingin disebut hanya omong, Jepang juga bermaksud menyumbang kapal patroli untuk pengamanan di Selat Malaka. Namun, karena konstitusi Jepang melarang pemberian bantuan militer kepada negara lain, bantuan tersebut tidak diberikan lewat instansi militer, tetapi polisi atau instansi sipil lainnya. Tak cuma itu, bulan depan, Shirota?utusan khusus pemerintah Jepang untuk urusan pembajakan dan kontraterorisme?akan tiba di Jakarta untuk membicarakan soal ini dengan pemerintah Indonesia.

Toh, pemerintah Indonesia sudah mematok sikap bahwa negara di luar kawasan selat tidak perlu ikut melakukan pengamanan ekstra. Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri, Yuri Oktavian Thamrin, pengaman di Selat Malaka dilakukan berdasar aturan UNCLOS 1982, bahwa keamanan di sekitar selat yang dilalui kapal internasional dilakukan oleh negara pantai. Jadi, selain Indonesia, yang terikat tanggung jawab keamanan itu adalah Singapura dan Malaysia.

"Indonesia sendiri akan terus melakukan pengamanan di Selat Malaka. Diminta atau tidak diminta Jepang," ujar Thamrin, akhir pekan lalu.

Andari Karina Anom

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus