Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Pesantren Atau Nonton Bioskop

Usaha mendirikan gedung bioskop yang berdekatan dengan bangunan keagamaan mendapat tantangan keras, seperti gedung bioskop "Jati Ria", pasuruan yang berdekatan dengan pesantren Wachid Hasyim. (dh)

12 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETIAP hari ratusan, gadis remaja berkerudung putih keluar masuk kompleks pesantren itu. Suasana keagamaan memang terasa di sekitar tempat itu. Sebab di sana memang terdapat pesantren khusus wanita: Pesantren Putri Wachid Hasyim, diambil dari nama ulama terkenal dan bekas Menteri Agama K.H. Wachid Hasyim Pesantren yamg berdiri sejak 1954 di Jalan Sudarsono, Bangil (Kabupaten Pasuruan, Ja-Tim) itu, kini mengasuh sekitar 400 santri putri. Mereka belajar agama di berbagai tingkat, mulai dari TK SD (ibtidaiyah), madrasah khusus agama (diniyah), SM lF (tsanawiyah) maupun pendidikan khusus untuk para santri putri--berikut asrama yang juga ada di kompleks itu. Pada bulan Ramadhan pesantren putri ini semakin ramai, karenanya banyak santri musiman yang mondok di sana. Dari beberapa daerah, banyak orang daung mempercayakan anak gadisnya menuntut ilmu agama di pesantren yang didirikan oleh almarhum K.H. Syakur itu. Tapi pengurusn ya sekarang, Moh. Choiron Syakur, akhir-akhir ini resah. Sebab berdempetan dengan pesantrennya, hanya dipisahkan sebuah gang selebar 4% meter, akan didirikan sebuah gedung bioskop. "Kalau pemerintah mengiinkan berdirinya gedung bioskop itu, berarti kami digusur secara mental," keluh Choiron. Memang bisa dibayangkan jika gedung bioskop itu kelak jadi berdiri. Bukan saja reklame-reklame bioskop itu akan menjadi pemandangan yang asing bagi para santri, tapi juga akan mengganggu ketenteraman para santri. Didukung para ulama Pasuruan Choiron kemudian menulis surat keberatan kepada berbagai pihak, sampai pula kepada Gubernur Ja-Tim. Bupati Pasuruan, Haji Djliteng Soejoto, akhirnya memutuskan: "Bangunan itu sudah saya perintahkan untuk distop, sementara prosesnya belum selesai." Tapi hal itu bukan merupakan jaminan bahwa pembangunan gedung bioskop tersebut betul-betul dibatalkan. Sebab, seperti kata Letkol (Purn.) Kusnan--pemilik tanah tempat bioskop itu akan didirikan--ia sudah mendapat dukungan moril dari Muspika dan beberapa pejabat pemda. "Dan lokasinya pun sudah disetujui," kata bekas Dandim Ngawi dan Tuban itu. Pihak panitia peremajaan Kota Bangil pun kabrnya mendukung Kusnan dan baik, menyalahkan Choiron Padahal pem sendiri belum memberi izin bangun bioskop yang akan diberi nama "SII" itu. Partner usaha Kusnan ternyata seorang karyawan Pemda Surabaya. Bagi pemilik modal ini, kalau pun pemerintah tidak mengizinkan pembangunan bioskop tersebut, "biarlah jadi gedung pertemua saja." Di pihak Kusnan, nampaknya masih ada usaha untuk mengegolkan bioskopnya. Misalnya dengan menawarkan dana untuk membangun atau memperluas pesantren. Tapi para pengurus pesantren menolak mentah-mentah tawaran tersebut. Kejadian yang mungkin bisa mengundang konflik sosial seperti itu, bisa saja terjadi di daerah atau di kota kecil. Tapi di kota besar seperti Jakarta, kehadiran sebuah gedung bioskop yang berdekatan dengan bangunan keagamaan juga mendapat tantangan keras. Tiga tahun lalu sebuah bangunan pertokoan dan hiburan, Selmis (Selektif Mini shop), dibangun di kawasan Gudang Peluru, Kampung Melayu, Jakarta. Letaknya sekitar 100 meter dari pesantren terkenal Ath-Thahiriyah yang sudah berdiri sejak 30 tahun lampau. "Kami tidak setuju dan minta agar bangunan itu dibongkar," kata Drs. H.M. Syatiri Ahmad, pimpinan At-Thahiriyah. Letkol (Purn.) El.M. Thoha Ismail, pimpinan PT Taktis yang akan membangun kompleks Selmis berusaha membujuk dengan dana Rp 20 juta untuk pesantren, tapi ditolak. Protes pun dilancarkan, sekitar 1.000 orang menandatanganinya. Berkat pendekatan yang dilakukan oleh K.H. Idham Chalid (pelindung pesantren), pembangunan Selmis pun diurungkan. Tapi sebelum itu muncul teror lewat telepon dan gedoran tcngah malam di rumah kedua pimpinan Ath-Thahiriyah, K.H. Rahili dan Syatiri Ahmad. "Mereka berseragam hijau, mengendarai jip," tutur Syatiri. Protes Gencar Sekarang bangunan Selmis milik serang pengusaha Medan itu telantar. "Sedang diusahakan menjadi bangunan pertokoan," kata seorang petugas PT Taktis. Sebuah gedung bioskop lain yang dibangun di tengah kompleks keagamaan di Kramat Jati (juga di Jakarta) terpaksa pula gulung tikar. Usaha pemilik bioskop untuk "menyumbang" dana Rp 25 juta kepada pesantren juga ditolak tanpa kompromi. Bioskop "Jati Ria" itu memang dibangun di tengah-tengah perkampungan yang begitu kuat suasana keagamaannya. Bioskop itu terletak 20 meter dari Masjid Al-Ihsan. Di depannya berdiri Musholla Nurul Huda dan Kantor Majlis Ta'lim Al-Islamiyah. Di sebelah kiri sekitar 150 meter terdapat Masjid Al Falah. Bioskop "Jati Ria" baru berusia5 tahun, sementara bangunan-bangunan keagamaan di sekitarnya sudah berumur puluhan tahun. Mula-mula Pemda DKI memberi izin kepada CV Puteri Hijau yang memba| ngun gedung tersebut untuk gedung bioskop. Tapi setahun kemudian --karena muncul protes gencar dari masyarakat Kramat Jati --izin tersebut dibatalkan. Muchtar Tan, pengusaha Puteri Hijau, masih berusaha mendapatkan izin kembali tapi masyarakat pun tak jemu-jemunya melancarkan protes--sampai lebih dari 10 kali. Mendadak bulan Juli lalu muncul surat dari Biro Kesra DKI, mengizinkan Bioskop "Jati Ria" memutar film sejak 15 Juli 1981 sampai 14 Januari 1982. Tapi sebelum izin itu selesai dijalani, awal Agustus lalu muncul lagi protes masyarakat. Dan bioskop pun ditutup. Masyarakat Kramat Jati jadi lega. Mereka berharap agar bangunan tersebut digunakan untuk kantor kecamatan, kantor pos, atau keperluan umum lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus