Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Pesta Bir, Panen Cengkih

Musim panen cengkih di Minahasa membuat penduduknya boros menghamburkan uang. Pesta pora berlangsung di desa-desa, harga barang naik. Ada seruan gubernur worang agar penduduk membatasi diri.

15 September 1973 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUSIM panen cengkeh telah membuat desa-desa Minahasa vang semula sunyi mendadak berpesta-pora. Sejak pagi-pagi para pemetik sudah berangkat ke perkebunan. Para pedagang pun tak ketinggalan. Mereka tawar-menawar di bawah pohon cengkeh. Itu pagi hingga sore. Malamnya bak pasar malam. Para petani ramai-ramai menunggui kebunnya, jangan sampai cengkehnya dipetik oleh orang yang tak berhak. Sehari-hari para pemilik kebun cengkeh mengeluh sulitnya mencari tenaga pemetik. Barangkali karena perbandingan yang tak seimbang antara jumlah kebun cengkeh dan tenaga yang tersedia. Ada tenaga pemetik berarti keterlambatan panen. Dan biji yang terlambat dipetik akan segera tumbuh menjadi bibit. Sebaliknya, keburu dipetik untuk buru-buru dikeringkan, akan merlurunkan kwalitas pula. Dalam hal menurunnya kualitas, petani juga dihantui oleh hujan yang akhir-akhir ini banyak tercurah di sana. Hingga biji cengkeh tak sempat kering. Ini berarti rugi melulu. Lepas dari soal kwalitas, ada pula petani yang jauh-jauh hari sudah mengijonkan cengkehnya. Pada musim panen seperti sekarang ini, mereka tinggal menjadi penonton saja. Dengan hati dag-dig-dug mereka menyaksikan cengkeh di perkebunannya dipetik oleh pemetik-pemetik sewaan si pengijon yang pada umumnya takmengindahkan cara-cara yang lazim. Mereka memetik berikut rantingnya sekaligus. Padahal ranting inilah tempat munculnya biji cengke di masa berbuah kelak. Dalam hal ini, ada tarif tersendiri. Sekalipun harga cengkeh kering pada musim panen bisa mencapai Rp 1.000 sampai Rp 1.300 sekilogram,,tapi pada musim ijon meraja-lela bisa jatuh antara Rp 250 sampai Rp 700 saja Variai harga ini ditentukan pula oleh semakin mendekatnya masa panen. Kalau sudah demikian, maka tampillah Cina-Cina mengecap hasil panen sebagai pedagang monopoli. Ngerinya ,lagi, sekarang mereka bukan saja mengincar biji-biji cengkeh, tapi sekaligus juga kebun-kebunnya. Bir-kalengan. Bagi penduduk yang tak memiliki perkebunan, pembicaraan berkisar pada kian menaiknya harga-harga - barang. Terutama pada saat panen mulai merata di seluruh Minahasa, di mana volume uang yang beredar semakin besar. Boleh dikata, seorang murid SD kelas II selalu memiliiki lembaran-lembaran ribuan di kantongnya. Belum lagi yang berjubel di kocek para petani yang biasanya lalu berbondong turun ke kota, terutama Menado. Tentu saja harga barang otomatis naik. Dan penduduk yang tak memiliki kekayaan hasil panen cengkeh, terkena getahnya pula. Kelakuan suka berboros-boros ini rupanya dilihat pula oleh Worang. Tak ayal lagi, gubernur pun berseru agar mereka membatasi diri. Tapi apa boleh buat. Seruan semacam itu tenggelam dalam bisingnya lagu-lagu yang muncrat dari pick up atau tape recorder berbagai merk yang menghias setiap gubug petani. Apalagi mereka pun tenggelam pula dalam gemuruh pesta-pora, bergelimang bir kalengan atau minuman keras impor lainnya, plus kepulan asap rokok luar negeri. Tak ketinggalan adalah muda-mudinya. Mereka seolah berlomba memborong aneka-rupa pakaian. Tentu saja yang bagus-bagus dan mahal. Walhasil, pedagang mana yang tak ingin menaikkan harga? Kalau saja ada yang menjual televisi, para petani pun tentu akan membelinya pula. Bayangkan saja, sekalipun di sana listrik masih langka, mereka toh tak sedikit yang memiliki lemari es. Entah buat apa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus