Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Pedati Di Lembah Anai

Pemda Sum-Bar akan mengubah lembah Anai menjadi obyek wisata. Rencananya dibuat taman margasatwa khusus Minangkabau dengan bungalow berpredikat minang pemborongnya dikuasakan kepada PT Dymens Raya.

15 September 1973 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI lembah Anai kereta-api tua dengan rel bergigi itu masih terdengar mendengus-dengus. Loko tua itu bukan menarik gerbong melainkan mendorongnya. Tetapi rupanya inipun sudah cukup menarik bagi pendatang-pendatang, apalagi nun di bawah itu sebuah sungai yang berdelta dan berair mancur sayup-sayup dikelambui hutan. Hutan cagar alam inilah sekarang yang sedang disiapkan untuk menjadi hutan pariwisata, seperti dilaporkan gubernur Harun Zain kepada DPRD Propinsi Sumatera Barat belum lama ini. Dan ini tidak terlalu aneh. Sebab begitu impian tentang pabrik kertas di bagian ini gagal, bangunan-bangunannya-pun menjelma menjadi bungalow yang "all in", sekaligus dikenal dengan nama yang meniru-niru, yaitu Riung Gunung. Bagaimana mengoles wajah Anai sehingga lebih memikat? Walaupun peserta PATA tahun depan belum mungkin turut menikmatinya secara komplit, tetapi sebuah taman sekarang sedang disiapkan di delta-delta itu. H. Basir Sulaiman, dari PT Dymens Raya yang rupanya mendapat berkah membenahi lembah ini, pernah mengungkapkan rencananya pula untuk membuat taman margasatwa spesifik Minangkabau di kawasan ini. Dengan binatang khusus itu maksudnya tentulah kera, kijang, harimau dan berbagai jenis burung. Inipun belum seluruhnya, sebab menurut rancangan sang haji akan dibuat pula beberapa bungalow yang tentu pula berpredikat spesifik Minang, setidak-tidaknya kalau dilihat dari kejauhan. Kusir pedati. Jadi kapan Anai ini selesai? Nazar Siddin SH dari Bapparda Sum-Bar tidak menjanjikan waktu yang tepat, sebab memang pelaksanaannya "dilakukan pelan-pelan saia". Namun tak diragukan lagi bahwa begitu hotel yang sedang dibangun PT Dymens di Bukittinggi rampung akhir tahun ini, Ha ji Basir akan mulai menggerakkan tangan-tangannya di lembah tadi. Menurut penuturan Nazar, sudah dapat dipastikan biaya untuk semua itu sudah tersedia dan diduga meliputi jumlah ratusan juta. Ada atau tidak hotel dan bungalow di lembah itu kelak. sejak dahulu di sini sudah digunakan para kusir pedati untuk tempat melepas lelah. Beberapa buah lepau dekat air mancur sudah lama ada dan tidak jarang dipakai kusir-kusir tadi sebagai penginapan pula. Iringan pedati yang memhawa kelapa dari daerah Pariaman ke Padang Panjang -- dan bila kembali membawa kapur -- merupakan pemandangan yang tetap menarik sampai hari ini. Lebih dari itu adalah bunyi genta roda gerobak saling bersahutan bila pedati-pedati itu sedang berada di tanjakan Singgalang Kering. Tingkah suara yang terbata-bata begini, konon selalu memantulkan rangkaian irama tersendiri bagi para pendengarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus