Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Nusa

Petisi Bulaksumur UGM: Menyelisik Asal-usul Nama Itu

Sivitas akademika UGM gabungan guru besar, dosen, mahasiswa, dan alumni menyampaikan petisi Bulaksumur

1 Februari 2024 | 15.42 WIB

Sejumlah civitas akademika dan guru besar dari berbagai fakultas UGM membacakan Petisi Bulaksumur menyesalkan berbagai penyimpangan pemerintahan Jokowi, di Balairung UGM, Yogyakarta, Rab, 31 Januari 2024. EIBEN HEIZER/TEMPO
Perbesar
Sejumlah civitas akademika dan guru besar dari berbagai fakultas UGM membacakan Petisi Bulaksumur menyesalkan berbagai penyimpangan pemerintahan Jokowi, di Balairung UGM, Yogyakarta, Rab, 31 Januari 2024. EIBEN HEIZER/TEMPO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sivitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM) gabungan guru besar, dosen, mahasiswa, dan alumni menyampaikan petisi Bulaksumur. Petisi tersebut dibacakan oleh Koentjoro, guru besar kampus tersebut sebagai perwakilan sivitas akademika UGM, pada Rabu, 31 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Kami menyesalkan tindakan-tindakan menyimpang yang justru terjadi dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo yang juga merupakan bagian dari keluarga besar Universitas Gadjah Mada,” kata Koentjoro membacakan isi Petisi Bulaksumur.

Penamaan Bulaksumur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bulaksumur sebutan lampau untuk bilangan di Jalan Kaliurang, Yogyakarta sebelum dipindahnya UGM di wilayah itu. Bulak atau mbulak kata Bahasa Jawa yang berarti jalan panjang yang sempit yang membelah ladang atau sawah.

Dahulu semasa kolonial Belanda, sekitar era 1915-an, wilayah yang kini menjadi lokasi UGM itu terdapat perkebunan tebu. Kebun tanaman Saccharum officinarum itu memiliki jalan akses membelah ladang. Jalan itulah yang disebut bulak kala itu yang kelak menjadi Bulaksumur.

Penyebutan Bulaksumur bermula ketika Belanda memerintahkan pembuatan sumur untuk mendukung pengairan perkebunan. Walaupun namanya tetap eksis, jejak sumur besar itu sudah tidak berbekas sekarang seiring pembangunan kampus yang semula berlokasi di lingkungan Keraton Yogyakarta dan dipindahkan ke wilayah itu pada 1951.

Bulaksumur dijadikan sebagai asma oleh sejumlah organisasi, program, hingga mazhab. Itu antara lain digunakan sebagai nama organisasi mahasiswa UGM, Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Bulaksumur sejak 1991. Sebagai nama program Kompetisi Peradilan Semu Perdata Tingkat Nasional Fakultas Hukum UGM, yakni NMCC Bulaksumur.

Dikutip dari situs web SKM Bulaksumur, nama ini merupakan Departemen Surat Kabar dengan produk berformat tabloid dalam Badan Penerbitan Pers Mahasiswa (BPPM) UGM. Sejak 7 Juli 1991, Bulaksumur menjadi mandiri dengan menerbitkan produk berbentuk tabloid. Lembaganya dinamakan Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Bulaksumur.

Seiring reformasi 1998, situasi pers nasional juga terkena dampaknya. Tabloid Bulaksumur harus beradaptasi dan berinovasi. Tabloid Bulaksumur berkembang menjadi media komunitas.

Pada Selasa, 8 Mei 2000 Bulaksumur Pos terbit perdana. Tanggal itu kemudian diperingati sebagai hari lahirnya Bulaksumur Pos. SKM UGM Bulaksumur memiliki empat produk, yaitu Bulaksumur Pos, Telisik, Bulakomik dan www.bulaksumurugm.com.

SKM UGM Bulaksumur memiliki empat divisi, yaitu divisi Redaksi, divisi Penelitian dan Pengembangan, divisi Iklan dan Promosi dan divisi Produksi. SKM UGM Bulaksumur pengampu Pemimpin Umum berkoordinasi dengan Sekretaris Umum, Pemimpin Redaksi, Kepala Penelitian dan Pengembangan dan Kepala Produksi yang selanjutnya disebut Dewan Pimpinan.

HENDRIK KHOIRUL MUHID | PITO AGUSTIN RUDIANA | EIBEN HEIZER | UGM 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus