Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem, Irma Suryani Chaniago, menyinggung sikap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam kontestasi politik. Menurut dia, posisi partai banteng moncong putih itu lebih baik menjadi oposisi, ketimbang berada di dalam pemerintahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“PDIP ini bagusnya jadi oposisi. Iya bagus, tapi ketika dia menang, dia enggak bagus. Karena ketika dia menang, dia diam seperti kura kura,” kata Irma dalam diskusi bertajuk Election Talk di Universitas Indonesia, dikutip melalui laman YouTube FISIP UI, Jumat, 8 Maret 2024. “Tapi ketika dia kalah, baru dia betul-betul menjadi wong cilik. Itu pendapat saya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Irma mengatakan pemerintah yang absolut membutuhkan partai oposisi yang juga kuat. Jika tidak mempunyai kekuatan penyeimbang yang setara, kata dia, pemerintah yang berkuasa cenderung menjelma menjadi diktator. “Tapi apa yang terjadi? oposisi di Indonesia ini banci semua, kenapa saya bilang banci karena masih lempar batu sembunyi tangan masih ngemis-ngemis pemerintah,” tuturnya.
Di samping itu, Irma menyindir partai penguasa yang ikut menyetujui anggaran bantuan sosial dan pembangunan Ibu Kota Negara. Saat ini, anggaran jumbo untuk bantuan sosial itu menjadi sorotan karena ditengarai dimanfaatkan untuk kepentingan elektoral pada Pemilihan Presiden 2024. “Bansos disahkan oleh PDIP, IKN disahkan oleh PDIP. Dan seluruh partai koalisi ikut tanda tangan, kok sekarang ribut-ribut? Kan enggak perlu,” kata dia.
Menurut Irma, perlu ada komitmen bersama untuk membenahi perpolitikan di Indonesia. Irma pun mengimbau masyarakat tidak memilih calon yang bekerja sama dengan pihak oligarki di masa mendatang.“Perbaiki partai politik kita. Jangan pilih calon-calon anggota dewan yang dari oligarki politik, jangan endorse pengusaha kotor untuk masuk di parlemen, jangan endorse peleceh seksual, pecandu narkoba, koruptor,” ucapnya.