Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sehari sebelumnya, Schimmel mengunjungi Presiden Abdurrahman Wahid di Istana Merdeka, Jakarta. Kehadiran guru besar bidang kebudayaan muslim Indo di Universitas Harvard, kampus hukum tertua di Amerika Serikat, itu ke Indonesia atas undangan Penerbit Mizan Bandung dan Goethe Institut Jakarta. Nama Schimmel tampaknya cukup populer. Ceramahnya di gedung Perpustakaan Nasional Jakarta, Jumat malam pekan lalu, dijubeli lebih dari 500 orang.
Schimmel adalah penulis produktif. Karyanya dalam berbagai bentuk tulisan yang pernah dipublikasikan berjumlah 80 buah. Beberapa bukunya telah diindonesiakan, antara lain Dan Muhammad Adalah Utusan Allah: Penghormatan terhadap Nabi SAW dalam Islam (1991), Akulah Angin, Engkaulah Api: Hidup dan Karya Jalaluddin Rumi (1993), Rahasia Wajah Suci Ilahi: Memahami Islam secara Fenomenologis (1996), dan Jiwaku Adalah Wanita: Aspek Feminin dalam Spiritualitas Islam (1998).
Dua tokoh Islam yang dikaguminya dan menjadi obyek kajiannya adalah Mawlana Jalaluddin Rumi, sufi besar dari Konya, Turki, dan Muhammad Iqbal, filsuf dan penyair Pakistan kelahiran India. Buku Akulah Angin, Engkaulah Api: Hidup dan Karya Jalaluddin Rumi (Mizan: 1993), yang mengupas sejarah Rumi, adalah hasil dari sebuah ziarah spiritual yang basah. Pengalamannya menyaksikan sama', konser musik dan tarian darwis di Konya pada 1954 dalam peringatan hari lahir Rumi, menggoreskan kesan yang mendalam. Apalagi konser seni yang dianggap warisan Rumi itu sejak 1925 "diharamkan" oleh penguasa Kemal Ataturk di Turki.
Dalam mempelajari Islam, Schimmel menggunakan pendekatan fenomenologi, yang menuntut peneliti agar menyisihkan sikap menilai terhadap obyek penelitiannya. Islam, misalnya, harus dilihat dan dipahami sebagaimana orang Islam memahaminya. Fenomenologi menuntut partisipasi, bahkan empati sang peneliti terhadap obyek penelitiannya. Karena itu, jejak simpati Schimmel pada Islam tampak jelas dalam buku-bukunya. Berkat jasanya menciptakan saling pengertian antara orang Barat dan kaum muslim lewat buku, lembaga German Book Traders menganugerahkan Hadiah Perdamaian kepada Prof. Schimmel pada 1995. Penghargaan yang sama pernah diberikan kepada tokoh sekaliber mantan presiden Polandia Vaclav Havel.
Namun, penghargaan itu memicu protes di kalangan terpelajar dan penulis Jerman. Bahkan, tokoh sekaliber novelis Gunter Grass (pemenang Nobel Sastra 1999) dan filsuf Jurgen Habermas, tokoh mazhab Frankfurt, juga ikut dalam aksi protes itu. Soalnya, sikap Schimmel dianggap sebagai bentuk simpati kepada fundamentalisme Islam (begitu istilah orang Jerman). Tapi Schimmel memaklumi kesalahpahaman itu. "Dalam sejarah interaksinya dengan agama-agama lain, Islam merupakan agama yang paling tidak dipahami sekaligus paling dimusuhi," kata Schimmel dalam sebuah buku.
Prof. Schimmel bukan seorang muslimah. Tetapi bahasa tubuh dan bahasa verbalnya memancarkan aura spiritual yang mengesankan. Selain hafal istilah-istilah tasawuf, argumentasinya sering disertai kutipan ayat Alquran. Kepada wartawan Tempo, Prof. Schimmel berbicara tentang aspek tasawuf dalam haji, ibadah yang kini tengah dijalani umat Islam dari seluruh dunia. Petikannya:
Apa makna dari rukun ibadah haji, seperti tawaf (mengelilingi Ka'bah) dan sai (berjalan dari Safa ke Marwa, dua lokasi di Tanah Suci) dari perspektif tasawuf?
Ini pertanyaan yang sulit dijawab. Setiap saat, interpretasi sufistik atas rukun haji itu bisa berkembang. Para jemaah melakukan tawaf untuk mengitari Ka'bah. Ia menjadi simbol persatuan Islam. Lalu sebuah batu hitam di pojok Ka'bah yang disebut Hajarul Aswad juga merupakan fenomena yang sangat menarik. Para jemaah sangat mencintai Ka'bah. Ini suatu hal yang menarik dan sulit dijelaskan.
Tawaf adalah memutari Ka'bah tujuh kali. Anda tahu angka tujuh merupakan angka mistik bagi banyak agama. Dalam istilah tasawuf, juga dikenal ada tujuh maqam (tingkat). Begitu juga bila kita berbicara tentang surga di akhirat, yang terdiri dari tujuh surga.Soal sai, yang berlari-lari kecil dari Safa ke Marwa dan sebaliknya, merupakan simbol dari istri Nabi Ibrahim yang berlari-lari mencari air bagi anaknya yang bernama Ismail. Tidak banyak aspek mistik dari aktivitas ini.
Bagaimana dengan pakaian ihram?
Ihram merupakan pakaian khusus bagi jemaah haji yang terbuat dari kain putih tak berjahit. Kaum perempuan mengenakan kain putih panjang. Tapi, sangat menarik bahwa pada bagian muka dan tangan mereka tetap harus terbuka. Selama mengenakan ihram, mereka dilarang membunuh hewan, bercukur, dan tentu saja dilarang melakukan hubungan seksual. Ini pesan-pesan menarik yang bisa dikaji lebih dalam, karena pada kehidupan normal hal-hal tersebut bisa dilakukan.
Apa pandangan umum tasawuf terhadap ibadah haji?
Maulana Jalaluddin Rumi menyatakan, "ibadah haji" itu tidak perlu dilakukan. "Bila ingin memenuhi panggilan Tuhan, sesungguhnya Tuhan itu sangat dekat. Lihatlah ke ruang-ruang dalam dirimu. Di sana engkau akan menemukan Tuhanmu."
Itu pandangan sufi atas haji?
Sebenarnya, semua aktivitas manusia bisa dilihat dalam perspektif sufi. Bahkan, kegiatan agama lain seperti umat kristiani yang berkunjung ke Yerusalem juga bisa dilihat dan dianalisis dengan perspektif sufi. Secara ritual ibadah haji merupakan ibadah yang bernilai tinggi dalam perspektif tasawuf. Di sini, jemaah menghambakan diri kepada Tuhannya.
Sebagian ulama menyatakan bahwa haji merepresentasikan seluruh kehidupan manusia. Apa pendapat Anda?
Bisa saja orang berpendapat seperti itu. Salat yang terdiri dari berdiri, rukuk, sujud, dan duduk, juga bisa diinterpretasikan sebagai representasi dari kehidupan manusia. Namun, ibadah haji selalu memberikan inspirasi bagi jemaah.
Apa pengaruh gerakan Wahabi yang dijalankan di Arab Saudi terhadap aspek tasawuf dalam ibadah haji?
Saya tidak tahu. Tapi, gerakan Wahabi merupakan gerakan yang bertujuan memurnikan ajaran Islam. Dalam Wahabi, "penyembahan" hanya ditujukan kepada Tuhan.Jadi, Wahabi mendorong untuk memurnikan ajaran tauhid. Jadi, gerakan Wahabi tidak setuju pada dimensi tasawuf yang terlalu mengedepankan aspek mistik.
Bukankah aspek mistik itu menarik?
Ya. Bahkan setiap agama di dunia ini memiliki aspek mistik yang bersifat rahasia, yang esoteris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo