Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pandji Soerachman Tjokrodisoerjo punya andil besar dalam sejarah berdirinya Universitas Indonesia atau UI. Ia adalah presiden atau sekarang disebut Rektor UI pertama, saat perguruan tinggi itu diakuisisi Indonesia dari Belanda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kala itu, Universiteit van Indonesie, perguruan tinggi milik NICA, tengah diupayakan menjadi milik Indonesia seiring pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat. Saat perundingan dengan Belanda pada 2 Februari 1950 di Aula Fakultas Kedokteran, Jalan Salemba No. 6 Jakarta, terjadi kekacauan. Tetapi peristiwa itu mencetuskan lahirnya UI setelah Universiteit van Indonesie digabung dengan Balai Perguruan Tinggi RI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pandji Soerachman Tjokrodisoerjo kemudian diangkat sebagai presidennya. Dia menjabat hari itu juga. Kantornya mula-mula berkedudukan di Jakarta, tepatnya di gedung Fakultas Kedokteran di Jl Salemba Raya no. 6. Kemudian dipindahkan ke salah satu bangunan bekas pabrik madat di Jl. Salemba Raya no. 4, Jakarta. Tanggal 2 Februari 1950 kemudian dijadikan hari kelahiran Universitas Indonesia.
Nama Soerachman terpilih menjadi salah satu dari 19 nama tokoh yang dianggap berjasa dalam sejarah UI. Pandji Soerachman Tjokrodisoerjo diabadikan menjadi nama jalan di dalam lingkup Universitas Indonesia. Peresmian 19 nama jalan akses sepanjang 15 kilometer ini ditandai dengan penyerahan pin emas dan sertifikat kepada ahli waris di Gedung Balai Sidang kampus UI, Rabu 10 Juni 2009.
Profil Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo
Dikutip dari buku Tokoh-Tokoh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia II, Pandji Soerachman Tjokrodisoerjo memiliki nama lengkap Raden Mas Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo. Ia lahir di Wonosobo sebagai bangsawan pada 30 Agustus 1894. Soerachman memperoleh pendidikan Barat sejak kecil. Dia bersekolah di Eropeesche Lagere School dan lulus dari Hoogere Burgerschool Batavia pada 1915.
Berkat kepandaian Pandji Soerachman, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Belanda. Ia mengambil jurusan Teknik Kimia di Sekolah Tinggi Teknik Delft. Tidak seperti kebanyakan pelajar Indonesia di Belanda yang kala itu berorganisasi, dia fokus pada studinya. Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo kemudian menyelesaikan studi hanya 5 tahun pada 1920.
Sepulang dari Belanda, Pandji Soerachman langsung bekerja dan memimpin laboratorium kimia di Bandung dan laboratorium Kebun Raya Bogor. Meskipun bekerja untuk Belanda dan aktif di ilmu kimia, Soerachman juga berjasa terhadap kemerdekaan Indonesia. Di tengah kerjanya, dia tetap terus menjalin hubungan dengan tokoh pergerakan seperti Sukarno, Mohammad Hatta, sampai Sartono.
Pandji Soerachman juga diketahui menjadi salah seorang donatur diadakannya Kongres Pemuda 1928. Konsep dan gagasannya adalah mendorong industri kecil rakyat dengan mendirikan koperasi sebagai tempat penjualan barang hasil industri rakyat kecil. Dia beberapa kali ditunjuk sebagai anggota Majelis Pertimbangan Poetera sampai anggota BPUPKI. Setelah Indonesia merdeka, Soerachman diangkat Sukarno sebagai Menteri Kemakmuran, mengurusi terkait ekonomi.
Langkah pertama Pandji Soerachman menasionalisasikan perusahaan milik asing dan menetapkan berlakunya tanda pembayaran yang sah. Pada kabinet Sjahrir I sampai Sjahrir II, Soerachman digantikan Darmawan Mangoenkoesoemo yang menjabat Kementerian Kemakmuran. Dia kemudian ditunjuk menjadi Menteri Keuangan. Soerachman berperan dalam mengeluarkan uang kertas atau Oeang Republik Indonesia (ORI) untuk menggantikan mata uang Jepang pada Oktober 1946.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | ANANDA BINTANG PURWARAMDHONA