MENYAKSIKAN Presiden Soeharto meresmikan sebuah masjid kini bukan berita yang baru lagi. Pada zaman Orde Baru ini, banyak sudah masjid yang diresmikan Pak Harto atau sejumlah pejabat lain. Penyediaan sarana fisik bagi kepentingan syiar Islam, seperti pembangunan masjid tadi, belakangan memang kelihatan makin deras saja. Dan peranan pemerintah. khususnva Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP), dalam upaya tadi terasa makin menonjol. Di sini, Presiden Soeharto punya peran yang menentukan. Dalam otobiografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, terungkap secara jelas bagaimana lahirnya keprihatinan Kepala Negara terhadap kebutuhan umat Islam yang belum terpenuhi karena masalah dana. Pak Harto melihat, umat Islam memiliki sumber dana yang besar. Namun, potensi itu belum terhimpun sebagaimana mestinya. Maka, pada 17 Februari 1982 ia memprakarsai pembentukan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila. Dia pula yang mengetuainya. Pengalaman Pak Harto dalam mengerahkan dana masyarakat telah terbukti. Pada 1973 ia mendirikan Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais) untuk membantu panti asuhan yatim piatu. Setahun kemudian, ia membentuk Yayasan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang memberikan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa yang pandai namun orangtuanya tak mampu. Dan keduanya sukses. Jadi, "Kalau kekuatan-kekuatan itu kita himpun, ternyata kesulitan itu bisa kita atasi," kata Pak Harto dalam otobiografinya. Kiat itu pula yang dipakai YAMP. Sejak YAMP mulai beroperasi hingga akhir Juni 1991, terhimpun lebih dari Rp 83 milyar. Uang itu dikumpulkan dari sumbangan instansi pemerintah, badan swasta, amal jariah umat Islam, hibah wasiat atau biasa. Pemasukan tetap dari sedekah warga Korpri dan anggota ABRI yang beragama Islam. Setiap bulan mereka ditarik sumbangan. Bagi anggota Korpri golongan I menyumbang Rp 50, golongan II Rp 100, Golongan III Rp 500, dan Golongan IV Rp 1.000. Sumbangan dari anggota ABRI besarnya berkisar antara Rp 50 dan Rp 2.000. Untuk tamtama, misalnya, hanya ditarik Rp 50, sedangkan perwira tinggi (pati) dikenai Rp 2.000. "Penarikannya langsung dipotong dari gaji mereka," kata H. Rohali Sani, Kepala Sekretariat YAMP. Penarikan berlaku untuk semua anggota Korpri dan ABRI. Sedekah dari pegawai negeri dan ABRI yang beragama Islam disalurkan untuk membangun masjid. Sedangkan yang dari bukan Islam disalurkan lewat Yayasan Dharmais ke panti-panti asuhan yatim piatu yang dikelola umat Islam atau umat lain. YAMP tak berniat merepotkan aparat pemerintah. Sumbangan itu, menurut Pak Harto, justru mendidik pegawai negeri untuk bersedekah. "Saya yakin, itu tidak terasa oleh mereka ...," kata Pak Harto dalam otobiografinya. Sumbangan yang tak seberapa nilainya itu setelah ditotal ternyata begitu berarti bagi umat Islam. Sekretariat YAMP mencatat, anggota Korpri dan ABRI yang beragama Islam menyumbang Rp 500 juta tiap bulan. Dana tersebut disalurkan untuk membantu umat Islam di bidang pendidikan, dakwah, penerbitan, penelitian pengembangan rumah ibadah, dan kegiatan sosial lainnya. "Tapi, karena dananya masih terbatas, kami masih memprioritaskan pada pembangunan masjid," kata Rohali Sani. Kini, berkat YAMP, ratusan masjid beratap joglo tingkat tiga bertebaran di berbagai pelosok negeri. Hingga Juli 1991 telah berdiri 385 masjid. Yang sedang dibangun berjumlah 64 buah. Total jenderal, jumlahnya 449 unit atau senilai hampir Rp 49 milyar. Dan yang menarik, konstruksi masjid yang mirip Masjid Demak di Jawa Tengah itu memiliki tiga ukuran standar: 15 x 15 meter, 17 x 17 meter, dan 19 x l9 meter. Ginandjar Kartasasmita, Menteri Pertambangan dan Energi, dalam buku Di antara Para Sahabat, bercerita bahwa rancangan dasar konstruksi masjid itu dibuat sendiri oleh Pak Harto, kemudian dikembangkan oleh tim ahli dari Krakatau Steel. Semua sisi bangunan itu, tulis Ginandjar dalam buku yang diterbitkan untuk memperingati hari jadi ke-70 Presiden Soeharto, mengandung simbol. Joglo bertingkat tiga mencerminkan alam yang dilalui manusia, yakni alam sebelum dilahirkan (alam purwa), kehidupan di dunia (alam madya), dan kehidupan akhirat (alam wasana). Di YAMP Ginandjar duduk sebagai salah seorang sekretaris. Tampaknya, jumlah joglo bertingkat tiga itu akan terus meningkat. "Sesuai dengan permohonan masyarakat dan tersedianya dana yang dihimpun oleh yayasan yang tidak akan kunjung habis," kata Wakil Presiden Sudharmono, Sekretaris I YAMP, dalam Di Antara Para Sahabat. Dan menurut catatan Rohali, ada 209 proposal permohonan bantuan yang masih dipelajari. Artinya, kalau disetujui tinggal menunggu detik-detik mengucurnya dana yang memang masih tersedia Rp 41 milyar di kas YAMP. Belakangan ini uluran tangan YAMP mulai merentang ke bidang dakwah dan pembangunan rumah sakit. Program penyebaran l.000 dai ke pelosok negeri juga memperoleh suntikan lebih dari Rp 131 juta. Menurut Rohali Sani, uang itu untuk membelikan sepeda dan membayar honor 304 dai yang telah disebar ke daerah-daerah transmigran. Juga sedang dipersiapkan bantuan dana untuk membangun empat rumah sakit embarkasi haji syuhada Mina di Medan, Jakarta, Surabaya, dan Ujungpandang. "Proyek tersebut masing-masing dijatah Rp 500 juta," kata Rohali Sani. Priyono B. Sumbogo dan Bambang Sujatmoko
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini