Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Semarang - Pihak RSUP dr Kariadi Semarang mengatakan pasien suspek virus corona meninggal karena bronkopneumonia. Pasien tersebut meninggal di ruang isolasi Intensive Care Unit pada Ahad, 23 Februari 2020. Dia menjalani observasi di ruang isolasi sejak masuk rumah sakit pada Rabu, 19 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tim medis RSUP dr Kariadi yang menangani pasien, Fathur Nurkholis menjelaskan, laki-laki berusia 37 tahun tersebut mengidap infeksi berat di paru-paru dan saluran pernapasan. “Jadi pasien itu meninggal karena paru-paru mengalamai kerusakan, yang jelas bukan virus corona,” kata dia, Rabu, 26 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Fathur, penyebab infeksi paru-paru dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau makhluk hidup lainnya. Seorang pengidap bronkopnuemonia akan mengalami peradangan di saluran pernafasan. Sehingga terjadi gangguan pernapasan tak bisa menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Dia mengatakan infeksi ini juga dapat menyebar ke organ lain dengan cepat. Masa inkubasinya juga hanya lima sampai tujuh hari. “Mengalami komplikasi multiorgan. Walaupun penyebab awalnya saluran pernapasan komplikasinya ke seluruh organ,” tuturnya.
Pasien yang meninggal tersebut, menurut Fathur, mengidap bronkopneumonia sangat berat. Alhasil, tingkat kerusakan di paru-parunya juga serius. “Kemungkinan penyebabnya bakteri,” ujar dia. Menurutnya, penyakit tersebut dapat menjangkiti siapa saja, tidak hanya orang yang baru kembali tempat endemik penyakit tertentu.
Direktur Medik dan Keperawatan RSUP dr Kariadi, Agoes Oerip Purwoko membeberkan, sejak kasus ini merebak pihaknya telah merawat 10 pasien dalam pengawasan. Pasien yang masuk kategori dalam pengawasan itu merupakan orang yang memiliki riwayat perjalanan dari negara yang terpapar virus corona dan merasakan gejala medis seperti batuk dan demam.
Saat ini, RSUP dr Kariadi masih merawat satu pasien dalam kategori tersebut di ruang isolasi. “Satu pasien masih dirawat menunggu hasil pemeriksaan,” ujar Agoes. Pemeriksaan dilakukan menggunakan uji laboratorium di Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan di Jakarta.