Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Angin Segar Dan Segelas Susu

Menhankam/Pangab Jend. M. Jusuf melakukan inspeksi ke daerah sampai ke Koramil. Maksudnya untuk persiapan pelaksanaan renstra (rencana pembangunan strategi) yang fokusnya pembangunan home base.

15 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SENIN pagi-pagi lalu, Menhankam/Pangab Jenderal Mohamad Jusuf terbang ke Kalimantan. Di sana ia meninjau Kodam X/Lambung Mangkurat dan Kodam XI/Mulawarman. Dan selanjutnya ke Kodam XIII/Merdeka di Manado lalu ke Kodam XV/Pattimura, Ambon. Dari Ambon, Jusuf langsung ke Timor Timur, mengawali kunjungan Presiden Soeharto 16 dan 17 Juli ini ke sana -- tepat 2 tahun setelah propinsi termuda itu berintegrasi dengan RI. Itu adalah kunjungan Jusuf yang ke-3 kalinya, setelah bulan lalu 2 kali ke Tim-Tim. Yang pertama sebagai pejabat baru, yang kedua untuk melihat perkembangan setelah peninjauan pertama. Perjalanan dinas Menhankam minggu ini tampaknya merupakan yang terakhir dari serentetan inspeksinya ke daerah. Sabtu pekan lalu ia melapor kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, setelah kembali dari Padang dan Palembang. Dalam setiap kunjungannya, Jusuf tak pernah puas menerima laporan yang baik-baik saja (lihat Pokok & Tokoh). Di Kodam IV Sriwijaya pekan kemarin misalnya, ia ingin melihat dengan mata kepala sendiri asrama Gabungan Garnisun Sekojo di Sungai Buah, Palembang. Ketika memeriksa Kompi C-141 Brigif VIII/Sriwijaya, ia berhenti sejenak depan seorang prajurit yang mengenakan baju dari kain sutera. "Bajumu kok dari sutera. Beli sendiri ya?" tanya Jenderal. "Siap," sahut prajurit muda berusia 20 tahun itu. "Jangan beli sendiri, kan buang-buang uang saja. Pakai saja seragam yang dibagikan. Lagi pula kain sutera kan panas," tambah Jenderal menasihati. Sang prajurit membisu. Main Pingpong Di asrama itu ia juga minta beberapa prajurit menunjukkan kebolehannya. Dan dengan tersenyum, Menhankam menyaksikan permainan pingpong. Di sana, Jusuf bahkan juga melakukan pemeriksaan sampai ke Koramil-Koramil. Ia juga tak lupa menginspeksi Kodak VI Sumbagsel (Sumatera Bagian Selatan). Angin segar tampaknya mulai bertiup di Departemen Hankam. Perhatian terhadap hal-hal yang semula 'kecil' kini mulai tampak. "Pimpinan ABRI sekarang mengingatkan lagi, bahwa kita ini sebenarnya adalah alat untuk melayani pasukan," kata Ka Puspen Hankam Brigjen Darjono, Jum'at pekan kemarin. Beberapa hari sebelumnya, Wapangab/Pangkopkamtib Laksamana Sudomo Juga pernah mengingatkan perlunya "kepemimpinan tatap-muka" sebagai inti kebijakan Hanham sekarang. Langkah-langkah Jusuf tampaknya merupakan tindak awal, menjelang pelaksanaan Renstra (Rencnaa Pembangunan Strategis) 5 tahun, 1978-1984. Renstra II yang akan dimulai April tahun depan itu juga menjadi pokok pemhicaraan dalam Rapim ABRI akhir Pebruari lalu -- menjelang SU MPR -- yang fokusnya pembangunan home base (pangkalan pasukan). Dari seluruh pangkalan di Indonesia, ternyata hanya 20% yang memenuhi syarat, hingga diperlukan biaya Rp 20 milyar untuk membenahinya. "Kita kan tidak semiskin di tahun 1965. Keuangan kita sekarang sudah semakin membaik," kata Jusuf. "Saya sendiri merasa perlu melihat keadaan rumah tangga kita, hingga keputusan apa pun yang kelak saya ambil, saya yakin kebenarannya. Dan saya pun bisa tenang dalam hati." Maka paling tidak ada 2 beleid yang menarik di awal masa jabatan Menhankam Jusuf, senior TNI-AD yang belum menginjak masa MPP ini. Diungkapkan pertama kali depan para anggota Komisi I DPR, 9 Juni lalu, kedua beleid itu selalu ia ulangi di daerah-daerah. Pertama, ia menjanjikan "keterbukaan menerima setiap sumbangan pikiran yang menyangkut masalah pokok keamanan dan keselamatan bangsa." Misalnya, kelak akan diselenggarakan pertemuan periodik dengan para sesepuh ABRI, "paling tidak 3 kali setahun." Yaitu pada HUT ABRI 5 Oktober, HUT Kemerdekaan, HUT Kodam, Kodau, Kodaeral atau Komdak. "Semua senior yang sudah pensiun entah berpuluh tahun, yang masih bisa berjalan atau tidak kuat lagi, perlu diajak bicara. Sebab yang ada sekarang ini adalah hasil pembinaan mereka dulu," kata Jusuf. "Selain kita menghormati mereka, kita pun bisa belajar dari pengalaman mereka. Mereka juga akan tahu bagaimana perkembangan gagasan-gagasan mereka dulu sampai sekarang," tambahnya. Titik perhatian Jusuf yang kedua, selain ingat terhadap yang tua-tua itu, juga terhadap bawahan. "Sia-sia saja kita memiliki pesawat udara modern, tank-tank, kapal-kapal serba elektronik, persenjataan mutakhir -- kalau manusia-manusia prajuritnya lemes," katanya pekan lalu di Palembang. "Jangan sampai prajurit direpotkan dengan urusan tetek-bengek di belakang. Sebab mereka harus siap tempur," tambahnya. Maka tak jemu-jemunya, belakangan ini, Jusuf bicara tentang kebutuhan primer seorang prajurit: tutup kepala, jaket, ponco, sepatu. "Sebelum musim penghujan bulan Oktober nanti, insya Allah, mereka sudah menerima yang iebih baik," Jusuf berjanji. Bahkan Menhankam tak lupa menjanjikan peningkatan uang lauk-pauk, juga tambahan menu setiap jam 10 pagi: segelas susu dan kacang hijau.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus