SENIN pagi-pagi lalu, Menhankam/Pangab Jenderal Mohamad Jusuf
terbang ke Kalimantan. Di sana ia meninjau Kodam X/Lambung
Mangkurat dan Kodam XI/Mulawarman. Dan selanjutnya ke Kodam
XIII/Merdeka di Manado lalu ke Kodam XV/Pattimura, Ambon.
Dari Ambon, Jusuf langsung ke Timor Timur, mengawali kunjungan
Presiden Soeharto 16 dan 17 Juli ini ke sana -- tepat 2 tahun
setelah propinsi termuda itu berintegrasi dengan RI. Itu adalah
kunjungan Jusuf yang ke-3 kalinya, setelah bulan lalu 2 kali ke
Tim-Tim. Yang pertama sebagai pejabat baru, yang kedua untuk
melihat perkembangan setelah peninjauan pertama.
Perjalanan dinas Menhankam minggu ini tampaknya merupakan yang
terakhir dari serentetan inspeksinya ke daerah. Sabtu pekan lalu
ia melapor kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, setelah
kembali dari Padang dan Palembang. Dalam setiap kunjungannya,
Jusuf tak pernah puas menerima laporan yang baik-baik saja
(lihat Pokok & Tokoh).
Di Kodam IV Sriwijaya pekan kemarin misalnya, ia ingin melihat
dengan mata kepala sendiri asrama Gabungan Garnisun Sekojo di
Sungai Buah, Palembang. Ketika memeriksa Kompi C-141 Brigif
VIII/Sriwijaya, ia berhenti sejenak depan seorang prajurit yang
mengenakan baju dari kain sutera.
"Bajumu kok dari sutera. Beli sendiri ya?" tanya Jenderal.
"Siap," sahut prajurit muda berusia 20 tahun itu. "Jangan beli
sendiri, kan buang-buang uang saja. Pakai saja seragam yang
dibagikan. Lagi pula kain sutera kan panas," tambah Jenderal
menasihati. Sang prajurit membisu.
Main Pingpong
Di asrama itu ia juga minta beberapa prajurit menunjukkan
kebolehannya. Dan dengan tersenyum, Menhankam menyaksikan
permainan pingpong. Di sana, Jusuf bahkan juga melakukan
pemeriksaan sampai ke Koramil-Koramil. Ia juga tak lupa
menginspeksi Kodak VI Sumbagsel (Sumatera Bagian Selatan). Angin
segar tampaknya mulai bertiup di Departemen Hankam. Perhatian
terhadap hal-hal yang semula 'kecil' kini mulai tampak.
"Pimpinan ABRI sekarang mengingatkan lagi, bahwa kita ini
sebenarnya adalah alat untuk melayani pasukan," kata Ka Puspen
Hankam Brigjen Darjono, Jum'at pekan kemarin. Beberapa hari
sebelumnya, Wapangab/Pangkopkamtib Laksamana Sudomo Juga pernah
mengingatkan perlunya "kepemimpinan tatap-muka" sebagai inti
kebijakan Hanham sekarang.
Langkah-langkah Jusuf tampaknya merupakan tindak awal, menjelang
pelaksanaan Renstra (Rencnaa Pembangunan Strategis) 5 tahun,
1978-1984. Renstra II yang akan dimulai April tahun depan itu
juga menjadi pokok pemhicaraan dalam Rapim ABRI akhir Pebruari
lalu -- menjelang SU MPR -- yang fokusnya pembangunan home base
(pangkalan pasukan).
Dari seluruh pangkalan di Indonesia, ternyata hanya 20% yang
memenuhi syarat, hingga diperlukan biaya Rp 20 milyar untuk
membenahinya. "Kita kan tidak semiskin di tahun 1965. Keuangan
kita sekarang sudah semakin membaik," kata Jusuf. "Saya sendiri
merasa perlu melihat keadaan rumah tangga kita, hingga keputusan
apa pun yang kelak saya ambil, saya yakin kebenarannya. Dan saya
pun bisa tenang dalam hati."
Maka paling tidak ada 2 beleid yang menarik di awal masa jabatan
Menhankam Jusuf, senior TNI-AD yang belum menginjak masa MPP
ini. Diungkapkan pertama kali depan para anggota Komisi I DPR, 9
Juni lalu, kedua beleid itu selalu ia ulangi di daerah-daerah.
Pertama, ia menjanjikan "keterbukaan menerima setiap sumbangan
pikiran yang menyangkut masalah pokok keamanan dan keselamatan
bangsa." Misalnya, kelak akan diselenggarakan pertemuan periodik
dengan para sesepuh ABRI, "paling tidak 3 kali setahun." Yaitu
pada HUT ABRI 5 Oktober, HUT Kemerdekaan, HUT Kodam, Kodau,
Kodaeral atau Komdak.
"Semua senior yang sudah pensiun entah berpuluh tahun, yang
masih bisa berjalan atau tidak kuat lagi, perlu diajak bicara.
Sebab yang ada sekarang ini adalah hasil pembinaan mereka dulu,"
kata Jusuf. "Selain kita menghormati mereka, kita pun bisa
belajar dari pengalaman mereka. Mereka juga akan tahu bagaimana
perkembangan gagasan-gagasan mereka dulu sampai sekarang,"
tambahnya.
Titik perhatian Jusuf yang kedua, selain ingat terhadap yang
tua-tua itu, juga terhadap bawahan. "Sia-sia saja kita memiliki
pesawat udara modern, tank-tank, kapal-kapal serba elektronik,
persenjataan mutakhir -- kalau manusia-manusia prajuritnya
lemes," katanya pekan lalu di Palembang. "Jangan sampai prajurit
direpotkan dengan urusan tetek-bengek di belakang. Sebab mereka
harus siap tempur," tambahnya.
Maka tak jemu-jemunya, belakangan ini, Jusuf bicara tentang
kebutuhan primer seorang prajurit: tutup kepala, jaket, ponco,
sepatu. "Sebelum musim penghujan bulan Oktober nanti, insya
Allah, mereka sudah menerima yang iebih baik," Jusuf berjanji.
Bahkan Menhankam tak lupa menjanjikan peningkatan uang
lauk-pauk, juga tambahan menu setiap jam 10 pagi: segelas susu
dan kacang hijau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini