Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Salah hitung, konsultan asing

Jalur trans sumatera antara bukit kemuning dan martapura, lampung utara, rusak berat. akibat kekeliruan studi kelayakan oleh enex, selandia baru, yang menyebabkan kesalahan pada konstruksi jalan. (nas)

17 Mei 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUDIK untuk berlebaran masih sebulan lagi. Tetapi kemacetan sudah terjadi di jalan Lintas Sumatera, dua pekan lalu. Puluhan kendaraan pada jalan sepanjang hampir tiga kilometer terjebak di jalan yang rusak parah, yang terletak antara Bukit Kemuning dan Martapura, Lampung Utara. Jalur ekonomi yang membelah Sumatera ini rusak akibat "perencanaan yang salah dari Pusat", ujar sebuah sumber TEMPO. Studi kelayakan jalan lintas yang melewati Lampung sepanjang hampir 500 km itu dibuat lebih dari setahun oleh ENEX, konsultan dari Selandia Baru pada 1973. Studi itu memperkirakan frekuensi kendaraan yang lewat seribu sehari. "Kenyataannya yang lewat lebih dari 3.500 kendaraan sehari dan 60 persen berupa truk," ujar Deddy Roosadiono Kepala Evaluasi dan Pengkajian Ditjen Bina Marga. Dan, tonase truk itu lebih berat, misalnya, dari bis. Apalagi bila batas tonase dilanggar. "Dulu diperkirakan tonase kendaraan yang lewat hanya 5 ton. Nyatanya, kini, rata-rata di atas 15 ton," ujar Martopo, Kakanwil PU Lampung. Kekeliruan taksiran tonase itu berakibat kepada perencanaan konstruksi jalan. Dengan asumsi berat tonase lima ton itu, Nippon Koei Co., Jepang, bersama mitra Indonesianya, PT Archicons Engineering, selama dua tahun merancang konstruksi jalan itu pada 1975. Maka, ketika jalur transportasi vital senilai Rp 18 milyar itu dikerjakan kontraktor Korea, Keang Nam Enterprise 8283, "Fondasi beton cornya hanya 15 cm. Padahal, dengan kondisi sekarang ketebalan beton itu sekurang-kurangnya 25 cm," ujar sumber TEMPO lagi. YANG kurang dimengerti, mengapa untuk arus kendaraan yang berpapasan, lebar jalan hanya 4,6 meter. Padahal lebar badan truk sekarang rata-rata 2,5 meter. Sehingga bila kedua truk berpapasan, lebar jalan yang ada jelas tak bisa menampung. Karena itu, ketika truk-truk tersebut berpapasan, yang kebanyakan berkecepatan tinggi, roda-roda mereka sebagian keluar badan jalan, dan gesekan keras yang ditimbulkannya menggerus konstruksinya. Apalagi di kanan kiri badan jalan tadi tak ada pengerasan, yang bisa mengakibatkan penggerusan dari pinggir. Akibatnya, kerusakan sedikit demi sedikit merembet hingga ke tubuh jalan, yang akhirnya rusak total seperti setengah bulan lalu. Padahal sejak dua tahun anggaran lalu, biaya pemeliharaan setiap tahun sekitar Rp 140 juta. Kerusakan yang cukup serius itu menyebabkan jalan lintas ini uzur sebelum waktu yang direncanakan, lima tahun dari 1982. Menurut Deddy, kasus akhir bulan lalu itu menimbulkan masalah yang tak bisa dianggap ringan. "Jalan ini merupakan urat nadi. Apalagi pada bagian yang rusak itu, alternatif jalan lain tak ada. Satu-satunya alternatif, ya menunggu," ujar Deddy datar. Penyimpanan dari perencanaan agaknya sudah disadari pemerintah pusat. "Tahun anggaran mendatang, lebar jalan akan dijadikan 5,5 meter dari 4,6 meter yang sekarang," kata Deddy. Sementara itu, untuk mengatasi kerusakan yang ada, kini sedang dalam proses realisasi dana perbaikan Rp 160 juta. Uang sebesar itu, "Untuk menutup lubang-lubang jalan sepanjang 15 kilometer dengan batu," ujar Martopo. "Yang penting kendaraan bisa lewat dulu." Tetapi suara pesimistis terdengar dari sopir yang biasa melewati rute ini. "Saya yakin kondisi hingga Lebaran masih sama. Yang saya khawatir, kalau hujan turun, jalan ini bisa bertambah hancur," ujar Sumpeno, sopir yang membawa pisang satu truk, dan hampir busuk karena musibah macet itu. AL Laporan Effendi Saat (Lampung) & Gatot Triyanto (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus