Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Depok - Debat ketiga Pilkada Depok yang digelar di kampus Jakarta Global University (JGU), Kecamatan Sukmajaya, Kamis malam, 21 November 2024 berlangsung panas. Dalam segmen terakhir, kedua pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Depok saling serang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Debat ini diikuti dua pasangan calon yaitu Imam Budi Hartono-Ririn Farabi Arafiq dengan nomor urut 1 dan pasangan nomor urut 2 Supian Suri-Chandra Rahmansyah. Imam merupakan wakil wali kota Depok inkumben, sedangkan Supian Suri adalah Sekretaris Kota Depok yang mengambil pensiun dini untuk ikut Pilkada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sesi saling tanya antar kandidat ini, Supian Suri mempertanyakan pertemuan antara Wali Kota Depok Mohammad Idris dengan para pejabat di lingkungan pemerintah kota itu. Ia bahkan menuding pertemuan itu adalah untuk menggalang pemenangan pasangan Imam-Ririn.
Sebelumnya, Ririn Farabi Arafiq mempertanyakan pernyataan Supian Suri bahwa jika kelak dia menjadi wali kota, maka teman-teman yang memberikan dukungan politik harus siap dengan segala konsekuensinya.
"Berani memilih, berani risiko karena Anda sudah mengantongi nama-nama yang tidak sejalan, mohon jelaskan apa maksud statement saudara di media tersebut dan sebetulnya dari sikap tersebut pemerintahan apa yang ingin Anda bangun dari pernyataan tersebut," kata Ririn sementara Imam Budi Hartono menunjukan print pemberitaan di salah satu media.
Supian kemudian menjawab bahwa ia maju sebagai wali kota Depok sudah siap dengan segala risiko. Risiko pertama, lanjut Supian, dia mengorbankan kariernya sebagai ASN yang masih ada 11 tahun, karena ingin menjadi bagian untuk membangun kebaikan bagi kotanya.
"Saya sedih pola komunikasi yang dibangun sampai saat ini, selama ini hanya mengutamakan mengandalkan alokasi anggaran dari APBD yang kita miliki, kita enggak pernah mencoba membangun komunikasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dan sekali lagi saya di sini siap berisiko dengan segala apa yang tadi disampaikan," kata Supian.
Kedua, Supian mengatakan, kecintaan dirinya karena lahir, besar dan berkarier di Depok. Ia pun mempersilakan jika pendukung Imam-Ririn mengatakan dirinya kacang lupa kulitnya.
"Tapi saya punya cita-cita, saya sedih warga Depok hari ini masih terus belum merasakan hadirnya pemerintah, saya sedih ada orang yang (seperti) Bu Suryani yang tiap hari menjaga anaknya yang disabilitas, pemerintah kota belum bisa menyiapkan tempat yang layak buat anak-anak disabilitas," kata Supian.
Ia juga sedih melihat masyarakat Depok yang concern terhadap gagal ginjal tapi juga belum dapat perhatian dari pemerintah. "Jadi mohon maaf, saya kalau itu yang dimaksud, ini yang saya maksud, tapi belum juga memahami," tutur
Ririn menjelaskan jejak digital itu ada, sehingga pihaknya membawa tulisan di media bahwa itu ada, terbukti dan bukan dikarang.
"Bahwa katanya Paslon nomor 2 sudah mengantongi nama-nama orang yang ingin disingkirkan dari pemerintahan untuk hasrat pribadi. Untuk itu, Imam-Ririn siap merangkul bukan memukul dan memberikan ruang untuk seluruh pemerintahan dan loyalitas ASN, serta seluruh warga masyarakat," kata Ririn.
Menanggapi hal tersebut, Imam mengatakan hal itu lucu kalau Paslon nomor urut 1 disampaikan sebagai wali kota kelompok, padahal yang disampaikan Supian lebih dari itu.
"Mengancam ASN jika berpihak kepada salah satunya, ini yang sangat disayangkan, padahal saudara-saudaranya menjadi pejabat di Kota Depok, bener enggak nih, bener enggak," kata Imam.
Merespons itu, Supian mengaku menyampaikam statement tersebut karena ingin posisi ASN berada di tengah-tengah alias netral.
"Karena kemarin saya melihat, baru aja 2 hari yang lalu, Pak Wali (Wali Kota Depok Mohammad Idris) mengundang memanggil seluruh pejabat eselon 2 melalui Bu Nina (Pj Sekda Nina Suzana) tuh ada Bu Nina, pejabat eselon 3 diundang ke ruang Pak Wali untuk memberikan dukungan kepada pasangan nomor urut 1," kata Supian.
Kemudian, Supian mengatakan bahwa Wali Kota Depok juga meminta dukungan dana buat membantu pasangan nomot urut 1.
"Buat saya ini sudah enggak adil, saya enggak dapat support apa-apa, tapi pasangan nomor 1 dapat privilege yang besar Pak Wali, enggak boleh begitu Pak Wali, kasihan eselon 2, kasihan eselon 3 dipanggil ke ruangan dimintain dukungan, kasihan Pak Wali, biarin mereka menentukan pilihannya sendiri, jangan diikat seperti ini," ucap Supian.
Saat dikonfirmasi, usai debat, Supian mengatakan mendapat informasi bahwa ada upaya seperti yang ia bilang saat debat berlangsung.
"Bagaimana tadi disampaikan mengumpulkan para pejabat untuk mendapatkan dukungan dan statement yang beliau, beliau akan berjuang mati-matian untuk mengalahkan Supian Suri," kata dia.
Supian mengatakan sampai Wali Kota Depok harus turun tangan cawe-cawe meminta kepala dinas, pejabat eselon 3, bahkan kecamatan untuk mensukseskan paslon nomor 1.
"Tapi buat saya masyarakat kota Depok jauh lebih banyak dan kami yakin mayoritas warga Depok ingin perubahan buat kemajuan Kota Depok. Sudah jenuh 20 tahun, hari ini mungkin pejabat bisa dibungkam, pejabat bisa ditahan, tapi semangat masyarakat kota Depok untuk perubahan," kata Supian.
Ditanyakan memiliki bukti dan akan melaporkan ke Bawaslu, Supian belum bisa menjawab. "Nanti kita lihat, tunggu saja ya," ucap Supian.
Di lokasi yang sama, Imam mengaku heran, debat ketiga ternyata yang dibawa Wali Kota Depok Mohammad Idris melawan Paslon nomor urut 2.
"Saya bingung juga mengungkapkan hal seperti itu, ini kan kita mau lihat pemimpin seperti apa ke depan, masyarakat akan menilai kan gitu ya," kata Imam.
Imam pun sempat menyinggung ancaman dan fitnah yang diberikan akan dinilai sendiri oleh masyarakat bahwa pemimpin seperti apa yang akan dipilih.
"Memfitnah dan juga tidak bersyukur, jadi hati-hati juga masyarakat sama pemimpin yang sudah diberikan jabatan saja berkhianat, menghina, apalagi warga yang biasa-biasa saja, ini hati-hati terhadap pemimpin yang seperti itu," ucap Imam.