Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Saya Ingin Menyelamatkan Lustrum

Wawancara Tempo dengan eks ketua rektorium ITB dr. Sudjana Sapi'ie mengenai pemberhentiannya sebagai ketua rektorium, pelaksanaan NKK Dll. (nas)

9 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK pertanyaan belum terjawab setelah Sudjana Sapi'ie melepaskan jabatannya. Untuk itu, pekan lalu Yusril Djalinus dan Bambang Budjono menemuinya untuk suatu wawancara khusus. Bekas Ketua Rektorium ITB ini tampak kembali tenang. Banyak hal diungkapkannya, antara lain: Anda diberhentikan mendadak. Padahal waktu untuk menyelesaikan pelaksanaan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) tahap kedua tinggal satu bulan lagi. Apakah anda dianggap gagal melaksanakan NKK di ITB? Gagal atau tidak, saya tidak tahu. Dalam konsideran pemberhentian rektorium disebutkan kami telah dianggap cukup melaksanakan tugas. Pak Dody minta untuk meningkatkan NKK. Mungkin kami dianggap tidak sanggup melakukan peningkatan. Dan mungkin pula Pak Dody bisa menyelesaikan apa-apa yang tidak bisa saya selesaikan. Ketika mahasiswa tetap membentuk Dewan Mahasiswa, anda tidak segera melakukan tindakan. Bahkan hadir ketika pelantikannya. Mengapa? Tindakan berupa skorsing tidak bisa dijatuhkan begitu saja sebelum ada pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku ketika DM ITB terbentuk, 14 Maret lalu saya sedang sibuk menghadapi lustrum yang dimulai 17 Maret. Sehingga saya memang tidak tegas mengambil tindakan. Saya ingin menyelamatkan lustrum dan untuk itu diperlukan kerjasama dengan fihak mahasiswa. Kehadiran saya pada pelantikan DM yang saya jelaskan juga kepada Senat, memang bukan tanpa risiko. Banyak anggota Senat yang membenarkan kehadiran saya. Namun setelah mendapatkan peringatan-peringatan terlebih dahulu, Aussie Budi Gautama dan Wisnu Hendrajit, masing-masing Ketua DM dan Sekretaris Umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa, kami skors. Mengapa skorsing itu akhirnya dijatuhkan juga? Saya tahu mahasiswa masih ingin tetap mempertahankan itu. Kami tidak melarang. Kami hanya mengatakan agar mereka tidak beroperasi di kampus. Tapi justru ini yang tidak terjadi. Apa sebenarnya yang menghambat pelaksanaan NKK di ITB selama ini? Konsep Menteri P&K tentang penalaran itu sebenarnya tidak ada masalah. Yang jadi soal adalah struktur organisasi mahasiswa yang diterjemahkan hanya pada satu pilihan tanpa ada alternatif lain. Mahasiswa ITB tidak bisa menerima sikap itu. Saya sebagai pelaksana NKK di ITB tak bisa meyakinkan konsep itu kepada fihak mahasiswa. Sebaliknya saya tak mampu meyakinkan pemerintah tentang fikiran-fikiran mahasiswa. Mengapa mahasiswa ITB bertahan dengan garis mereka? ITB sejak dulu sudah dibina dalam kesatuan. Perasaan ingroupnya kuat. Semakin dikutak-katik semakin kuat perasaan itu. Tapi saya bangga mahasiswa ITB punya perasaan untuk merubah sesuatu, lepas hal yang dilakukan itu salah atau benar. Mereka punya keberanian untuk mengatakan apa yang dianggapnya benar. Mungkin kami dinilai terlalu maju dalam hal mengembangkan kemampuan berpikir, mengeluarkan pendapat dan mempertanyakan sesuatu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus