Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Setelah Telepon Jum'at Malam

Pelantikan rektor ITB Prof.DR. Dody Tisna Amijaya menggantikan DR. Sudjana Sapi'ie disambut karangan bunga dukacita & sorak sorai sekelompok mahasiswa. Rektorium ITB dianggap tidak gagal. (nas)

9 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAJAH Ketua Rektorium ITB Dr. Sudjana Sapi'ie tidak secerah biasanya Sabtu siang 26 Mei lalu. Keluar dari ruangan kerja Menteri P&K Daoed Joesoef setelah satu jam di dalam, ia didampingi dua anggota rektorium, Prof. Dr. Moedomo dan Prof. ir. Wiranto Arismunandar, dan juga Dirjen Perguruan Tinggi Prof. Dr. Dody Tisna Amidjaja. Ada apa? Jum'at malam, di rumahnya di Bandung Sudjana Sapi'ie menerima telepon. Menteri P&K memintanya datang Sabtu siang. Rupanya Daoed Joesoef siang itu memberitahu keputusannya: Rektorium ITB dinyatakan selesai tugasnya. Dirjen Perguruan Tinggi Dody Tisna Amidjaja ditugaskan merangkap sebagai Pejabat Rektor ITB. Masih Ompong Di Balai Pertemuan Ilmiah ITB Rabu pekan lalu serah terima jabatan pimpinan ITB itu dilangsungkan. "Dapat dikatakan Rektorium ITB telah melaksanakan missi dan tugasnya seperti yang diharapkan pemerintah, dan telah dianggap selesai," demikian sambutan Menteri P&K yang dibacakan Irjen Supardi. Jadi, serah terima jabatan ini memang tak ada apa-apanya selain "mutasi biasa di kalangan pegawai pemerintah," kata Daoed Joesoef kepada TEMPO Rabu siang. Dua jam sebelum Sudjana menerima telepon panggilan, Jumat sore itu rapat pimpinan ITB sudah memutuskan untuk menskors Ausie Gautama, Ketua DM terpilih dan Wisnu Hendrajit, Sekretaris Umum MPM. Skorsing itu sendiri baru diumumkan Selasa akhir Mei -- sehari sebelum serah terima pimpinan ITB -- meski berlaku sejak Senin sehari sebelumnya. "Saya memang tak ingin mempublikasikan skorsing Ausie itu," tutur Sudjana kepada TEMPO di hotel penginapannya di Jakarta (lihat box). Apakah Rektorium dinilai pemerintah gagal atau paling tidak kurang cepat melaksanakan tugasnya? "Tidak. Rektorium tidak gagal. USI pun sudah diskors," kata Daoed. "Kenapa ditunjuk pak Dody, ya karena beliau itu dulu rektor ITB dan kini menjabat Dirjen PT, jadi diharap dengan begitu beliau mempunyai kemampuan melaksanakan tugas," lanjut Daoed. Dalam hal ini pendapat Daoed sama dengan mahasiswa. Ausie pun menilai "Rektorium tidak gagal, sebab proses masih sedang berjalan." Apa yang diharap dari Dody? Seperti yang tercantum dalam sambutan tertulis Menteri P&K tugas pokok yang harus dilaksanakan pejabat rektor ialah: "Meningkatkan usaha kegiatan Normalisasi Kegiatan Kampus (NKK) sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku." Tampaknya Dirjen PT bakal tambah sibuk. Kebetulan, 10 hari pada awal Juni ini, Dody untuk sementara juga berfungsi sebagai Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, selama Prof. Dardji Darmodiharjo berada di Jerman Barat. "Saya senang dengan tugas pejabat rektor ini," kata Dody sambil makan siang di kantornya. "Saya ingin berfungsi sebagai payung, agar rekan-rekan di ITB melaksanakan tugas dengan baik." Menurut Dody, sebetulnya soal NKK di ITB kini tak ada masalah lagi. Apa Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) sudah terbentuk? "Ya, sudah. Hanya masih ompong, wakil mahasiswa belum ada." Diceritakannya bahwa kegiatan mahasiswa ITB berjalan sebagaimana biasa ada kegiatan olahraga, kesenian dan lain-lain. Soal duduknya mahasiswa dalam BKK "tentu saja sangat diharapkan, tapi bukan paksaan." Yang penting, menurut Dody: "Biar BKK-nya ompong, tapi mahasiswa bisa belajar dengan baik, bisa berkreasi dengan baik." Tak Akan Dipaksa Dari pihak mahasiswa ITB, harapan agar persoalan bisa selesai dengan baik memang juga terdengar. Lewat telepon Ausie menjawab pertanyaan TEMPO: "Kami optimis dengan Pak Dody, sebab dia banyak tahu tentang kehendak mahasiswa." Meski demikian, sambutan sekelompok mahasiswa ITB ketika selesai upacara serah terima di Balai Penelitian Ilmiah ITB Rabu pagi itu, agak sumbang juga. Sambil membawa karangan bunga "Ikut Berdukacita" mereka menyoraki Dody. Kata Dirjen PT itu ketika menjawab pertanyaan seorang Menwa dari ITB yang baru datang dari Timur Tengah: "Wah, saya disoraki anak-anak. Katanya saya tidak boleh kembali ke ITB." Toh, Dody tetap optimis, dan sangat berharap "agar kedua belah pihak menaruh kepercayaan" kepadanya. "Sorakan anak-anak ITB itu, mah, biasa," katanya. Dan Dody bukannya tak tahu, seperti juga kata Ausie kepada TEMPO, bahwa hakekat NKK bagi mahasiswa sudah tidak merupakan persoalan lagi. Yang menjadi masalah ialah struktur organisasinya. Untuk ini kata Dody: "Kita perlu melihat Indonesia secara keseluruhan, dan jangan ITB saja. Di daerah lain NKK sudah berjalan. BKK itu adalah aparat rektor, bukannya pengganti Dewan Mahasiswa yang dibekukan itu. Soal mahasiswa tak mau duduk di dalamnya, tak akan dipaksa kalau tak mau." Sebelum kembali ke Jakarta Sabtu awal Juni, Dody sempat mengangkat dua pembantunya: Moedomo dan Wiranto. Rencananya, dalam seminggu ia akan berada di Jakarta 3 hari, di Bandung 3 hari. Apakah ia akan meninjau penskorsan Ausie dan Hendrajit? "Ah, yang jelas saya akan melanjutkan keputusan dan kebijaksanaan Rektorium, selama tak ada perkembangan apa-apa," jawabnya diplomatis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus