TAK seperti 4 tahun lalu, seluruh sekolah akan diliburkan pada
bulan puasa tahun ini. Bukan beleid baru menteri P&K. Tapi
karena kebetulan bulan puasa yang akan jatuh bulan Ruwah, Juni
1983, bertepatan dengan libur panjang akhir tahun pelajaran
sekolah: 8 Juni -- 18 Juli.
"MUI sendiri memang menghendaki agar bulan puasa itu
dimanfaatkan untuk mengisi rohani anak didik, dengan catatan
tidak menggangu jadwal pendidikan yang ada," kata K.H.M. Syukri
Ghozali, ketua MUI kepada Musthafa Helmy dari TEMPO, selesai
pertemuannya dengan Nugroho Notosusanto, Menteri P&K, 11 Mei
pekan lalu. Pertemuan dengan Nugroho ini, merupakan serangkaian
pertemuan yang sudah diadakan MUI sebelumnya dengan Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri, untuk mendudukan mereka sebagai
anggota Dewan Pertimbangan MUI.
Apakah ada rencana untuk meliburkan sekolah kembali pada bulan
puasa di tahun mendatang? Dari Nugroho, ketua Majelis Ulama
Indonesia itu belum melihat adanya kemungkinan tersebut. Tapi,
menurut Menteri P&K, jelas akan ada kebijaksaan libur untuk
bulan puasa, yang lebih memungkinkan anak didik mengamalkan
ajaran agama. "Dan untuk tahun selanjutnya, libur dalam bulan
puasa masih akan dipikirkan," kata Syukri Ghozali mengutip janji
menteri P&K.
Belum jelas apakah kelak akan keluar peraturan baru tentang
libur di bulan puasa. Namun SK Menteri P&K yang keluar tahun
1978 itu -- antara lain memutuskan bulan puasa bukan hari libur
-- ketika itu sempat mengundang kritik MUI.
MUI ketika itu meminta Menteri P&K Daoed Joesoef, untuk meninjau
kembali keputusannya. Bahkan Buya Hamka almarhum, ketua MUI
waktu itu, menunjuk salah satu pasal dari Undang-Undang Nomor 12
tahun 1954. "Dalam undang-undang itu ditentukan keputusan libur
sekolah diambil dengan mempertimbangkan musim, hari nasional,
dan agama yang dianut masyarakat," kata Hamka.
Hamka berpendapat, bulan puasa adalah waktu bagi orang tua bisa
mendidik anaknya lebih efektif daripada hari-hari biasa.
Mendidik beribadat, mendidik berdisiplin, puasa, sembahyang
tarawih, dan bangun malam untuk saur. "Kalau anak diwajibkan
sekolah, bagaimana bisa tarawih dan ikut sembahyang subuh,
karena sudah capek," kata Hamka waktu itu.
Doed Joesoef sendiri tetap tidak mengubah putusannya. Sebab
katanya, SK itu dibikin dengan tetap menghormati tradisi yang
sudah lama berlaku dimasyarakat. Kepada anak didik, kata Daoed,
tidak hanya harus ditanamkan bekerja keras, tapi juga belajar
keras. "Sebab nanti sebagai orang dewasa, mereka harus tetap
bekerja keras dalam bulan Ramadhan dan mulai sekarang harus
belajar keras di samping beribadat puasa."
Pertentangan pendapat soal libur puasa yang memuncak itu
akhirnya memang mereda juga. Tapi dalam pertemuan dengan Menteri
P&K Nugroho pekan lalu itu, MUI masih mempersoalkannya.
Pembicaraan tentang libur puasa itu menurut Syukri Ghozali
berjalan lancar. "Pertemuan kami sangat akrab, dan masing-masing
saling memahami apa yang dibicarakan," katanya. Bahkan MUI
menilai menteri yang baru ini mau mendengar usul atau saran dari
pihak lain. Kepada MUI, menurut Kiai Syukri, Nugroho mengatakan:
"Kami ini adalah menteri dari semua golongan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini