Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jepara telah memberikan kontribusi besar dalam sejarah dan budaya Indonesia, selain sosok terkenal seperti RA Kartini. Di antara mereka, ada dua nama lain yang patut diperhitungkan, yaitu Ratu Kalinyamat dan Ratu Shima.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun kadang terlupakan dalam sejarah, keberadaan mereka memberikan warna dan kekuatan pada masa itu. Sebagai pemimpin yang kuat dan berpengaruh, mereka tidak hanya menonjol dalam bidang politik, tetapi juga dalam kisah keberanian dan kepahlawanannya. Berikut adalah profil keduanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ratu Shima
Menurut artikel dari kecapi.jepara.go.id, Ratu Shima merupakan pemimpin Kerajaan Kalingga pada abad ke-7 Masehi, tepatnya sekitar tahun 674 Masehi. Letak Kerajaan Kalingga berada di pantai utara Jawa Tengah, yaitu di antara Kabupaten Pekalongan serta Jepara. Ratu Shima dikenal sebagai sosok yang jujur dan tegas dalam pemerintahannya. Menurut catatan sejarah, ia memerintah dengan adil dan keras, yang membuatnya sangat dicintai oleh rakyatnya.
Salah satu keputusan kontroversial yang memperlihatkan kejujurannya adalah ketika ia memberlakukan hukuman potong tangan bagi pencuri, tanpa memandang status sosial, bahkan termasuk anggota keluarga kerajaan.
Ketegasan Ratu Shima terhadap kejujuran tercermin dalam sebuah kisah yang terkenal. Seorang saudagar Timur-tengah yang kaya meletakkan kantung emas di persimpangan jalan dekat alun-alun kerajaan sebagai ujian bagi rakyat Kalingga.
Meskipun kantung emas tersebut bertahan beberapa bulan tanpa tersentuh, ketika sang putra mahkota, Pangeran Narayana, tanpa sengaja menyentuhnya, Ratu Shima tetap memberlakukan hukuman yang tegas
Meskipun para pembesar kerajaan memohon untuk mengampuni sang pangeran, Ratu Shima menegaskan bahwa hukum harus ditegakkan. Akhirnya, sang pangeran dihukum dengan pemotongan kaki sebagai konsekuensi dari perbuatannya.
Kisah tentang kejujuran Ratu Shima menjadi bagian dari tradisi yang terus dikenang oleh masyarakat. Meskipun keras dalam memberlakukan hukum, Ratu Shima juga dihormati karena kejujurannya yang tak tergoyahkan. Melalui tindakannya, ia memberikan pesan kuat tentang pentingnya menjaga kejujuran dan menegakkan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat.
Ratu Kalinyamat
Selain Ratu Shima, ada Ratu Kalinyamat sebagai pemimpin tangguh yang hidup sekitar lima abad sebelum Kartini. Menurut tutur tradisi Jawa, ia adalah putri Pangeran Trenggana dan cucu dari Raden Patah Sultan Demak pertama ,yang menjadi bupati di Jepara.
Dikenal dengan nama asli Ratna Kencana, ia mengambil alih tahta Jepara setelah kematian suaminya, Pangeran Hadiri. Setelah kepergian suaminya, Ratu Kalinyamat terlibat dalam penyelesaian konflik internal di Kerajaan Demak.
Dikutip dari buku terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2019, “Ratu Kalinyamat, Sejarah atau Mitos?”, Keberanian dan kemampuannya dalam menangani situasi sulit membuatnya menjadi tokoh sentral dalam meredakan konflik tersebut. Namanya semakin terkenal di seluruh Jepara, menunjukkan pengaruhnya yang kuat dalam politik dan kepemimpinan.
Meskipun suaminya tidak meninggalkan keturunan, Ratu Kalinyamat mengasuh anak dari adiknya, Pangeran Timur, yang kemudian menjadi adipati di Madiun. Selain itu, ia juga mengasuh Pangeran Arya, putra dari Maulana Hasanuddin, Raja Banten pada abad ke-16, yang diharapkan akan menjadi pengganti Ratu Kalinyamat dalam memerintah Jepara. Ratu Kalinyamat juga memiliki seorang putri angkat bernama Dewi Wuryan, putri dari Sultan Cirebon.
Kepemimpinan Ratu Kalinyamat tidak hanya menonjol dalam kebijakan politik, tetapi juga dalam pengasuhan dan pembinaan generasi penerus. Sebagai tokoh yang kuat dan berpengaruh, ia memberikan kontribusi besar dalam sejarah Jepara dan memberikan teladan tentang kepemimpinan yang bijaksana dan berwibawa.