Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Delegasi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan kunjungan resmi ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paramaribo, Suriname, pada 16 hingga 17 April 2025. Kunjungan ini bertujuan untuk memperluas jejaring kerja sama internasional, khususnya dalam bidang pendidikan tinggi, pengembangan sumber daya manusia (SDM), dan penelitian berbasis lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Delegasi UGM yang hadir dalam kunjungan ini terdiri atas tiga pejabat fakultas, yaitu Prof Budi Setiadi Daryono selaku Dekan, Slamet Widiyanto yang menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan Sumber Daya Manusia, serta Eko Agus Suyono, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni. Ketiganya diterima langsung oleh Kuasa Usaha KBRI Suriname, Sadikin, beserta jajaran staf diplomatik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam pertemuan tersebut, delegasi dan pihak KBRI membahas sejumlah agenda strategis yang berkaitan dengan pengembangan pendidikan dan SDM antara Indonesia dan Suriname. Salah satu topik utama yang diangkat adalah peluang bagi pelajar, guru, dosen, maupun aparatur pemerintah Suriname untuk memperoleh beasiswa pendidikan di Fakultas Biologi UGM, baik di jenjang sarjana maupun pascasarjana.
“Kita membahas soal peluang kerja sama yang bisa dilakukan terutama dalam bidang pendidikan dan pengembangan SDM,” ujar Prof Budi dikutip dari laman UGM, Sabtu, 18 April 2025.
Setelah menyelesaikan pertemuan dengan KBRI, delegasi UGM juga melakukan audiensi dengan anggota parlemen Republik Suriname, Moertabat Wanica Sidik, yang merupakan warga keturunan Jawa. Dalam pertemuan tersebut, Sidik menyampaikan dukungan terhadap rencana kolaborasi antara UGM dan institusi Suriname yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas generasi muda, khususnya dari kalangan keturunan Indonesia. Ia menyatakan, “Saat ini, setidaknya ada tiga menteri dan beberapa direktur yang merupakan keturunan Jawa dan di antaranya merupakan alumni UGM.”
Selain bertemu dengan anggota parlemen, delegasi juga menjalin komunikasi dengan Menteri Perencanaan dan Lingkungan Republik Suriname, Marciano Dasai. Menteri Dasai merupakan alumnus program magister dan doktor di bidang Teknik Arsitektur UGM.
Menurut Prof Budi, keberadaan Dasai di posisi strategis pemerintahan Suriname menunjukkan bahwa alumni UGM dari diaspora Indonesia telah memiliki kontribusi di negara lain. “Marciano Dasai menjadi bukti, bahwa keturunan Indonesia berkontribusi bagi Suriname dan beliau seorang Keturunan Indonesia yang Jawani,” katanya.
Menurut keterangan yang disampaikan Prof Budi, kunjungan ini juga menjadi bagian dari upaya Fakultas Biologi UGM dalam memperkuat hubungan bilateral Indonesia dan Suriname, tidak hanya melalui jalur pendidikan, tetapi juga mencakup sektor-sektor lainnya seperti sosial, budaya, serta ekonomi. Ia menyampaikan, “Kita ingin membuka peluang jejaring internasional dalam dalam mendukung pendidikan berkualitas dan riset.”
Secara historis, hubungan antara Indonesia dan Suriname memiliki akar yang panjang. Sekitar lebih dari 135 tahun yang lalu, banyak warga asal Jawa yang dibawa ke Suriname oleh pemerintah kolonial Belanda untuk bekerja sebagai tenaga kontrak di sektor perkebunan. Sebagian dari mereka akhirnya kembali ke Indonesia, namun tidak sedikit pula yang menetap secara permanen di Suriname.
Saat ini, keturunan masyarakat Jawa menjadi bagian dari struktur sosial dan politik negara tersebut, meskipun sebagian besar generasi mudanya sudah tidak lagi menggunakan bahasa Jawa secara aktif dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks ini, kunjungan yang dilakukan oleh delegasi Fakultas Biologi UGM tidak hanya membawa semangat kolaborasi di bidang akademik, tetapi juga diarahkan untuk membangun hubungan kerja sama lintas sektor, seperti bidang ekonomi, industri, dan lingkungan. Hal ini menjadi penting mengingat karakteristik Suriname yang dikenal sebagai negara dengan tingkat emisi karbon yang rendah serta wilayah geografis yang sebagian besar masih berupa hutan alami. Bahkan, terdapat satu provinsi di Suriname yang seluruh wilayahnya merupakan kawasan hutan.
Kondisi geografis dan lingkungan tersebut memberikan potensi kerja sama yang signifikan dalam bidang pelestarian keanekaragaman hayati, konservasi lingkungan, serta upaya mitigasi perubahan iklim. Topik-topik tersebut juga menjadi bagian dari fokus keilmuan dan riset di Fakultas Biologi UGM, termasuk dalam pengembangan teknologi penangkapan karbon (CO capture) yang saat ini tengah dikembangkan.
Dengan terjalinnya komunikasi awal dalam kunjungan ini, Fakultas Biologi UGM membuka peluang untuk membentuk program kolaborasi jangka panjang yang dapat mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di kedua negara, melalui pendekatan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan diplomasi akademik.