Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU, K.H. Yahya Cholil Staquf, meminta semua jajaran NU memperkuat konsolidasi internal setelah Pemilu dan Pilkada 2024. Pria yang akrab disapa Gus Yahya itu menuturkan momentum Pemilu dan Pilkada 2024 tidak bisa dihindari dan harus dilewati. Saat ini, kata dia, momentum itu sudah selesai dan sudah saatnya kembali berkonsentrasi untuk organisasi sehingga perlu dilakukan rekonsolidasi.
“Pemilu presiden dan pilkada adalah momentum yang harus dilewati dan tidak bisa menghindar. Tapi harus ingat bahwa tujuan kita tidak terletak pada pemilu presiden, pemilu, atau pilkada, tapi masa depan yang gemilang bagi NU. Maka setelah melewatinya sekarang waktunya kembali ke agenda organisasi yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu melakukan rekonsolidasi,” ujar Gus Yahya dalam keterangan yang diterima pada Ahad, 1 Desember 2024.
Dalam pelantikan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur di kompleks Universitas Hasyim Asy'ari, Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Sabtu, 30 November 2024, Gus Yahya menuturkan telah memulai konsolidasi internal dengan mengumpulkan seluruh PWNU se-Indonesia.
Kegiatan tersebut mengeluarkan kesepakatan bersama yang juga dimuat dalam pernyataan bersama bahwa seluruh jajaran NU, mulai dari PBNU, PWNU, hingga pengurus ranting (tingkat desa), adalah satu.
“Kami senantiasa bersama, tidak terpisahkan, tidak mau diganggu karena kami punya tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab bersama. Begitu juga dengan PWNU lain, sudah dilatih semua,” kata dia.
Gus Yahya menyebutkan komitmen ini bukan hanya untuk kepentingan internal jamiyah NU, tetapi sudah menjadi bagian tekad bersama berkontribusi di dalam konsolidasi nasional bangsa di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
“Kita saksikan sejauh ini Presiden kuat untuk mengupayakan konsolidasi nasional menjadi satu bangsa yang memang dibutuhkan. Karena bangsa ini ada tantangan, ada masalah, yang untuk menghadapinya, mengatasinya, perlu keutuhan dari seluruh energi bangsa,” tuturn ya.
Dia mengatakan pelantikan PWNU Jatim masa khidmat 2024-2029 adalah wujud pelaksanaan dari agenda fundamental yang sedang dilaksanakan oleh PBNU, yaitu validasi jajaran pengurus NU dari pusat sampai ke bawah.
“Jadi, kalau ada pengurus PWNU tidak ada yang ikut baiat, tapi mengaku pengurus, berarti palsu dan ini penting karena jamiyah ini harus terus-menerus dipelihara konsolidasinya,” ujar dia.
Ia pun mengingatkan tentang pentingnya konsolidasi jamiyah, yakni konsolidasi tata kelola; konsolidasi sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya pembiayaan; serta konsolidasi agenda. Dia mengatakan PBNU mempunyai rencana strategis nasional dan nantinya diolah untuk dijabarkan sebagai bekal dari rencana strategis dari PWNU, termasuk PWNU Jatim.
Kata Rais Aam PBNU Soal Muktamar Luar Biasa
Adapun Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar menegaskan pelantikan dan baiat dalam organisasi itu bersifat wajib syar'i, karena pengikut Nabi Muhammad itu, meski sudah masuk Islam, tetap melakukan baiat kepada Rasulullah.
“Apalagi, di zaman pancaroba yang serba membalik kebenaran dan saling menyesatkan dalam narasi, karena itu Munas (musyawarah nasional) atau Rakernas (rapat kerja nasional) PBNU dan PWNU mungkin perlu merevisi klausul MLB (muktamar luar biasa) agar tidak melahirkan bughot atau pemberontakan. Protes kepada negara saja maksimal tetap dengan impeach kepada presiden, bukan negara yang dibubarkan, kalau MLB itu sama saja dengan membubarkan negara,” katanya.
Se,entara itu, Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim K.H. Abdul Hakim Mahfudz menambahkan upaya menjaga kekompakan itu penting karena perintah agama juga sudah jelas, agar menjaga silaturahmi karena hikmah silaturahmi itu luar biasa, yakni mewujudkan ketenangan, kebersamaan, dan khidmat yang lebih baik untuk masa depan.
“Presiden Prabowo sendiri yang menilai adanya paradoks di Indonesia, seperti sumber daya alam yang kaya tapi sumber daya manusia belum sejahtera. Namun beliau menilai kebersamaan masyarakat itu penting untuk syarat keberhasilan dalam memanfaatkan sumber daya alam, bukan demi kepentingan pribadi, tapi persatuan, kebersamaan dan ukhuwah,” kata pria yang akrab disapa Gus Kikin itu.
Pelantikan PWNU Jatim 2024-2029 itu di bawah kepemimpinan Rais Syuriah K.H. Anwar Manshur dan Ketua Tanfidziyah K.H. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin). Kegiatan tersebut dihadiri Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar, Rais Syuriah PBNU K.H. Mohammad Nuh DEA, Katib Aam Syuriah PBNU K.H. Ahmad Said Asrori, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf, dan PWNU se-Indonesia.
Acara itu juga dihadiri Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Jatim Bobby Soemiarsono, calon gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, serta para kader NU dari berbagai wilayah.
ANTARA
Pilihan editor: Ketika Hasto Klaim PDIP Menang Pilkada di 14 Provinsi dan 247 Kabupaten/Kota
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini