Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Siky Mulyono Dan Villa Merah

Bimbingan tes yang terdapat di jakarta dan bandung a.l: siky mulyono, feco group dan villa merah, banyak diminati para lulusan sma yang ingin memasuki perguruan tinggi negeri.

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERDAGANGAN bisa juga dimulai dengan anak-anak yang gagal. Banyaknya lulusan SLA yang gagal menempuh ujian masuk perguruan tinggi (terutama UI, ITB, LPB, GAMA dan UNAIR), telah merangsang tumbuhnya berbagai bimbingan test. Siky Mulyono, 31 tahun, merupakan pelopor dalam industri ini. Ia memulai usaha tersebut secara bersungguh-sungguh sejak 7 tahun yang lampau, setelah mellhat kelemahan para luklsan SLA dalam menghadapi soal ujian masuk. Semula dia hanya ingin membantu beberapa kenalan yang lemah dalam Kimia Organik. Melihat banyaknya peminat, naluri dagang pemuda ini pun turnbuh. Niat membantu itu dia padukan dengan kebolehan seorang pengusaha. Bermodalkan beberapa diktat dan berpusat di rumahnya, Jalan Kaji, Jakarta, usahanya berkembang sampai memiliki beberapa mesin stcnsil, foto kopi dan video tape. Pesatnya pertum-. buhan bimbingan test itu membujuk dia untuk membiarkan pendidikan kedokterannya di UI hanya sampai tingkat drs Med. Siky melaksanakan bimbingan itu sendirian. Di sebuah ruangan berukuran 3 x 10 M, ia bekerja bersebelahan dengan ruangan yang riuh-rendah dengan suara stensil dan foto kopi. Ruangan itu disejukkan AC. Di sinilah murid yang berjumlah 350 bergantian memecahkan 1000 pertanyaan dalam seminggu. Meliputi Fisika Mekanik, Kimia, Biologi dan Matematika. Perangsang Bimbingan test Siky ini memiliki tiga tingkatan. Lulusan SLA yang mau ambil bagian, diuji dulu untuk menentukan tingkat pengetahuannya. Berdasarkan itu ia ditempatkan di tingkat mana. Untuk tiap tingkat bayarannya Rp 25.000 berlangsung selama 3 bulan. Bagi mereka yang gagal menempuh ujian masuk universitas, tentu saja masih boleh mengikuti Siky lagi, dan tak usah dipungut bayaran kembali. Dibandingkan dengan pusat-pusat bimbingan yang tumbuh kemudian, tarif Siky memang tinggi. Bimbingan test yang di Jalan Sukabumi, misalnya hanya menarik Rp 10.000 untuk masa bimbingan yang dua bulan. Tapi penggemar tetap saja mengalir. Mungkin mereka lebih percaya pada pengalaman panjang yang dipunyai Siky. Ada pula yang tertarik dengan pengulangan yang gratis. Sementara itu Siky sendiri memberikan perangsang bagi mereka yang bisa lulus ujian masuk universitas. Rp 1000 bagi mereka yang bisa masuk di satu universitas dan Rp 15.000 untuk mereka yang bisa lulus ujian masuk di 3 universitas. Dari bimbingan test ini agaknya tak bisa diharapkan lahir calon mahasiswa yang tajam daya pikirnya, seperti yang pernah dikecam oleh Prof. Slamet Imam Santoso dan Dr Andi Hakim Nasution. Seluruh aktifis di kelas sematamata hanya memeras otak untuk memecahkan soal ujian yang pernah keluar, yang diperoleh Siky dengan membelinya dari anak-anak yang sudah duduk di tingkat pertama fakultas. Ada pula pertanyaan yang disusun sendiri berdasarkan mata pelajaran di SLA atau di tingkat I fakultas. Ia sendiri mengakui bahwa bimbingan test itu lebih banyak buruknya daripada kebajikannya. "Karena pelajaran yang diberikan kepada murid adalah sistim pompa. Ini terjadi pada bim bingan test saya, tapi yang lain pun demikian. Karena itu inisiatif murid tidak tumbuh," katanya satu ketika. Bisa, Sih Sepandai-pandainya Siky dalam bisnisnya ini, sulitlah baginya untuk mengetahui pertanyaan yang bagaimana yang bakal keluar. Metodenya semata-mata "main tebak", seperti yang diakuinya sendiri. Untuk itu terkadang dia menyusun pertanyaan yang hanya berdasarkan pelajaran di SLA, terkadang pelajaran di tingkat I fakultas. "Dua tahun yang lalu saya gagal. Saya kira pertanyaan SLA yang keluar, ternyata bukan. Hingga murid saya cuma separo yang lulus. Saya benar-benar kesal melihat mutu lulusan SLA. Pelajaran yang baru mereka hadapi kok tak bisa dikerjakan," keluhnya. Tapi tahun kemarin dari 350 muridnya hanya 20 yang gagal. Ini berkat ramuannya, memadukan pertanyaan pelajaran SLA dengan pelajaran di tingkat I fakultas. Soal yang muncul katanya, hampir semua datang dari text hook. Dia selalu menganjurkan murid-muridnya untuk mempelajari buku pegangan itu. Tapi kelemahan bahasa Inggeris membuat murid terpaksa menyerah pada kemampuan Siky saja. Lagi pula seperti dikatakan Yurnety, salah seorang murid di Jalan Kaji itu, "belajar sendiri sih bisa, tapi di sini cara menyelesaikan pertanyaan lebih praktis dan cepat," ujarnya. Selain ikut bimbingan test sekarang memang sudah jadi semacam pelajaran tambahan bagi anak-anak SLA. "Semua ikut bimbingan, kalau nggak kayaknya ketinggalan," sambung gadis itu. Villa Merah Di Jakarta, selain Siky Mulyono ada pula kelompok mahasiswa yang menyelenggarakan bimbingan, seperti Feco Group dan satu lagi yang terletak di Jalan Sukabumi. Sedangkan yang di Bandung, Grup Skalb, merupakan perusahaan bimbingan yang cepat maju. Punya cabang di Jakarta dan punya murid sekitar 400. Seratus di antaranya adalah anak-anak yang tinggal di Jakarta. Tapi yang agak menarik nampaknya adalah bimbingan test yang bermarkas di Jalan Tamansari Bandung. Kelompok mahasiswa penyelenggara menamakan grup mereka "Villa Merah." Nama itu mereka arnbil dari nama asrama mahasiswa yang terletak tak jauh dari ITB, yang warna bangunannya memang merah. Kelompok penyelenggara membuka usaha bimbingan itu dengan kesepakatan seluruh penghuni asrama yang berjumlah 26 orang. Keahlian mereka rata-rata sarjana muda ke atas. "Villa Merah" sudah berjalan beberapa tahun. "Bahkan sebelum adanya SKALU," kata Soedjono, salah seorang pengurus. Tiap peserta dipungut Rp 20:000. Dari jumlah ini, 12,5% masuk ke kas asrama. Dari kas inilah asrama membayar langganan koran, membeli televisi. Bahkan menambah penghasilan bibi asrama yang berpenghasilan pegawai negeri. Manfaat-manfaat yang bisa dicicipi banyak orang, membuat "Villa Merah" bisa bertahan. Kalau tidak mungkin dia sudah digusur. ITB misalnya, melarang asrama-asramanya digunakan untuk bimbingan test. Namun begitu alamat yang mereka gunakan sekarang adalah Jalan Aceh. 'Sebab dulu, ketika alamatnya kami sebutkan di asrarna, kaml dapat teguran," cerita Soedjono. Tenaga pengajar "Villa Merah" semua terdaftar di ITB. Sebab ada ketentuan, penyelengara bimbingan tak diperkenankan ikut sebagai pengawas ujian masuk SKALU. Kalau ada yang bisa merangkap pekerjaan pengawas dan pengajar di "Villa Merah" tentu peserta bimbingan lulus semua. Nyatanya cuma 70% yang lulus ujian masuk SKALU tahun lalu. "Sedang yang masuk ITB hanya 20% dari jumlah itu," kata Soedjono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus