Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Situs Gunung Padang merupakan situs cagar budaya nasional yang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Gunung Padang diperkirakan merupakan bangunan punden berundak dengan ukuran paling besar dan diklaim sebagai situs tertua di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Artikel ilmiah berjudul “Geo-archaeological prospecting of Gunung Padang buried prehistoric pyramid in West Java, Indonesia” di jurnal Archaeological Prospection ditarik kembali oleh penerbit Wiley Online Library. Pada laman resmi jurnal itu disematkan kata 'Retracted' atau dicabut pada judul hasil riset Danny Hilman Natawidjaja dkk soal Situs Gunung Padang tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah terbit memang muncul perhatian dari para ahli terkait dengan data dan analisis dalam makalah riset priamida di Gunung Padang. Rangkumannya, mereka menyebut tafsiran penulis soal piramida kuno yang dibangun oleh manusia sekitar 20 ribu tahun lalu itu sebenarnya adalah sisa-sisa gunung berapi alami yang memiliki situs arkeologi di permukaannya.
Proyek arkeologi berskala besar tersebut terangkat kembali usai temuan Piramida atau Piramida Toba, Sumatera Utara. Tim penelitinya dipimpin oleh orang yang sama, yakni Pakar Geologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Danny Hilman Natawidjaja.
Berdasarkan pemberitaan, Situs Gunung Padang ini pernah diklaim berusia 10 ribu tahun dan semasa dengan situs Göbekli Tepe di Turki. Situs yang diperkirakan pertama kali dibangun pada 8.000 Sebelum Masehi ini juga diduga memiliki struktur ruangan di dalamnya.
Pada 2018, Danny menyebut situs megalitikum Gunung Padang tidak dibangun pada satu era. Pasalnya, struktur tersebut tampak dibangun berkelanjutan dalam tiga masa dari 8.000 SM hingga 1.000 SM. Lapisan tertua yang berusia 10 ribu tahun tertimbun di bawah tanah, sedangkan lapisan termuda berusia 3.000 tahun.
Penelitian situs Gunung Padang sempat mendapat dukungan besar di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Staf Khusus Presiden Andi Arief pun menjadi bagian tim ini. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh ikut mendukungnya. Pada waktu itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berencana akan mengembangkan Situs Megalitikum Gunung Padang sebagai objek wisata.
Terdapat program dalam pengembangan situs Gunung Padang sebagai kawasan wisata, Kemendikbud bekerja sama dengan sejumlah instansi lain, seperti Kementerian Pekerjaan Umum serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Selain itu, Gubernur Jawa Barat dan Bupati Cianjur yang bertanggung jawab atas wilayah tersebut akan digandeng untuk pengembangan wilayah sekitar kawasan Gunung Padang.
Kalangan Istana Negara serius mendalami rumor keberadaan piramida di dalam Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip di Jawa Barat. Pihak pendukung dan pembantah isu diagendakan bertemu di Sekretariat Negara, Senin, 6 Februari 2012. Gunung Lalakon berada di daerah Soreang, Kabupaten Bandung. Sedangkan Gunung Sadahurip berada di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut.
Pengurus Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Sujatmiko, mengaku mereka diundang memaparkan hasil temuannya di lapangan. Ia sendiri membantah adanya piramida tersebut berdasarkan kajian geologi. "Kontroversi yang timbul telah meresahkan banyak kalangan," ujarnya di Auditorium Museum Geologi Bandung, Jumat, 3 Februari 2012, dikutip dari laman Tempo.co.
Adapun Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, Teddy Artiawan, menuturkan pihaknya akan mempersiapkan juru pelihara situs Gunung Padang jika SBY ingin mengetahui informasi seputar situs tersebut. Nantinya, kata dia, petugas itu akan memaparkan sedikit sejarah situs dan hasil penelitian sementara.
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu kemudian menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 148 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Perlindungan, Penelitian, Pemanfaatan, dan Pengelolaan Situs Gunung Padang. Meski demikian, penelitian pada situs ini tak berlanjut saat rezim berganti.
"Nasibnya agak terkatung-katung, kurang diperhatikan. Padahal merupakan warisan Indonesia yang besar. Bukan hanya untuk ilmu pengetahuan, tapi bisa jadi ikon pariwisata yang tidak kalah dengan Piramida Giza," kata Danny.
Menurut laman gnpadang.com, keberadaan Situs Gunung Padang dilaporkan pertama kali oleh Nicolaas Johannes Krom dalam tulisannya yang berjudul Rapporten Oudheidkundige Dienst (Buletin Dinas Kepurbakalaan) pada tahun 1914. Kemudian, Krom melaporkan bahwa di puncak Situs Gunung Padang terdapat empat teras yang tersusun dari batu kasar serta dihiasi batu andesit dan di setiap teras terdapat gundukan tanah yang ditimbun batu.
Karena keterbatasan akses, temuan bersejarah di Situs Gunung Padang sempat terlupakan selama beberapa dekade. Namun, Situs Gunung Padang ditemukan kembali pada 1979. Masyarakat setempat melaporkan tentang keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak kepada pemerintah. Semenjak saat itulah, pemerintah mulai melakukan konservasi dan penelitian terhadap Situs Gunung Padang.
MYESHA FATINA RACHMAN I URSULA FLORENE SONIA I MYESHA FATINA RACHMAN
Pilihan Editor: Polemik Situs Gunung padang, berikut Sejarah dan Rute ke Sana