Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Soal Cawapres, Demokrat: Bak Main Catur, Jokowi Sulit Angkat Kuda

Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan posisi capres inkumben Jokowi adalah yang paling sulit menuju Pilpres.

12 Juli 2018 | 15.24 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan menjelaskan kepada awak media ikhwal rencana Demokrat dalam pemilu 2019 di rumah Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Kuningan, Jakarta, pada Selasa, 10 Juli 2018. TEMPO/Syafiul Hadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan, posisi calon presiden inkumben Presiden Joko Widodo atau Jokowi adalah yang paling sulit menuju pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Alasannya, pertama, ujar Hinca, Jokowi adalah calon inkumben yang pemerintahannya baru berakhir pada Oktober 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sementara pemerintah itu didukung koalisi partai-partai. Dan Jokowi harus menyatakan siapa pasangannya pada awal Agustus 2018," ujar Hinca di Kompleks Parlemen, Senayan pada Kamis, 12 Juli 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Posisi tersebut, ujar Hinca, ibarat bermain catur, sulit bagi Jokowi mengangkat kuda, atau pionnya di atas papan catur. Sebab, kubu penantang juga terus mengintip kuda mana yang akan diangkat Jokowi dan bersiap memainkan langkah mematikan lawan. "Dalam posisi ini, wakil presiden menjadi variabel kunci," ujar Hinca.

Kedua, ujar Hinca, waktu tersisa menuju pendaftaran Pilpres 2019, tinggal 29 hari lagi. "Ibarat main bola, ini sudah babak kedua. Tidak banyak waktu tersisa menentukan siapa cawapres-nya," ujar Hinca.

Di lain sisi, ujar dia, semua partai pendukung ingin menyodorkan kadernya menjadi pendamping Jokowi. "Tidak menutup kemungkinan pasangan yang tidak dipilih bisa pindah haluan," ujar Hinca.

Sementara itu, ujar Hinca, Demokrat sendiri akan memberikan kejutan saat injury time. Yang jelas, ujar dia, Demokrat tidak akan bersikap netral seperti pemilihan presiden 2014 silam. "Sudah diputuskan Pak SBY (Ketum Demokrat) tidak akan seperti yang lalu," ujar Hinca.

Hinca menjelaskan ada tiga opsi sikap politik Demokrat pada Pilpres 2019. Pertama, mendukung calon presiden inkumben Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Kedua, bergabung dengan koalisi yang pendukung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, atau membentuk koalisi baru di luar poros Jokowi dan Prabowo.

"Apakah ke Jokowi, apakah ke Prabowo, apakah ke bukan Jokowi dan bukan Prabowo. Kami tetap akan mendukung salah satu calon," ujar Hinca.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus