BERIKUT ini wawancara TEMPO dengan Dr Utami Munandar, 48 tahun,
dosen Psikologi Pendidikan di Fak. Psikologi UI, tentang mainan
anak-anak dan pengaruhnya. Ny. Munandar memperoleh doktor dari
Fak. Psikologi UI, 1977, dengan disertasinya Kreativitas dan
Pendidikan.
Apa sebetulnya pentingnya permainan bagi anak-anak? Anak-anak
sambil bermain sekaligus belajar. Ini penting bagi perkembangan
mental dan kepribadiannya. Bahkan pada bayi sudah perlu
diberikan rangsangan-rangsangan untuk pertumbuhan mentalnya,
untuk melatih inderanya. Ini semua membawa pengaruh terhadap
perkembangan kecerdasannya. Beberapa riset membuktikan anak-anak
di panti asuhan yang kurang mendapat rangsangan, kurang
berkembang secara optimal.
Tentu saja jenis permainan yang edukatif yang bermanfaat besar.
Ini membuat anak aktif, baik fisik maupun psikisnya. Sedang
jenis yang mekanis itu kurang bermanfaat. Anak hanya pasif. Yang
penting, dalam permainan itu anak-anak dijamin kebebasan dan
kespontanitasannya. Juga jangan menimbulkan minat untuk meniru
saja. Ini bisa mengurangi rasa percaya pada diri sendiri.
Bagaimana dengan banyaknya jenis mainan mekanis yang masuk ke
daerah-daerah, yang menyisihkan jenis mainan kita seperti
mobil-mobilan dari kulit jeruk?
Di satu pihak ada baiknya, mengenalkan anak-anak kita pada
beragam jenis mainan. Di pihak lain disayangkan, itu kurang
edukatif. Juga kemudian minat anak-anak tak lagi pada bahan yang
ada di lingkungannya, yang sebetulnya sangat melatih daya
imajinasinya. Seperti seorang anak yang naik kuda-kudaan yang
dibikin dari pelepah daun pisang, ini merangsang imajinasi anak.
Nilainya jauh lebih tinggi dibanding kuda-kudaan yang mirip kuda
benar yang dijalankan listrik.
Tapi adakah pengaruh mahal dan murahnya, atau buatan luar negeri
dan dalam negeri berbagai jenis mainan bagi anak-anak?
Tidak. Bagi anak-anak balok-balok mainan dari kayu atau dari
fiber glass sama saja. Artinya kalau dilihat dari sudut
manfaatnya, dari segi edukatifnya sama. Jadi tak ada gunanya
membuat atau membeli alat permainan yang mahal.
Tentu saja apabila anak-anak dibiasakan dengan mainan yang
mahal-mahal, besar kemungkinan anak-anak hanya akan tertarik
pada hal-hal mewah saja. Orangtua seharusnya tak memberikan
mainan yang mahal-mahal. Yang penting janganlah mainan itu bisa
menyakiti si anak itu sendiri atau orang lain.
Adakah seringnya terdengar kejahatan yang menggunakan senjata
api, diakibatkan karena dulu anak-anak itu banyak bermain dengan
alat permaman berupa pistol-pistolan atau sejenisnya?
Tidak bisa dikatakan begitu. Tapi anak yang mendapat didikan
baik,'mendapat rangsangan yang baik, memang lebih bisa bertahan
terhadap dorongan-dorongan negatif. Anak yang melihat satu
pembunuhan di TV misalnya sekali akan shock. Setelah seringkali
dia akan terbiasa. Ini berbahaya. Sebab dia, tentu saja kalau
ada kesempatan dan dorongan, akan melakukan hal yang sama dengan
dingin tanpa tersentuh nuraninya. Tapi sifat-sifat seperti itu,
bisa juga bukan karena pendidikan, tapi dibawa sejak lahir.
Adakah hubungan antara anak yang tekun bermain, dengan
kesenangan membaca di kemudian harinya?
Sebetulnya itu hal yang berbeda. Tapi memang ada satu segi
persamaannya. Anak yang tekun bermain, artinya bersedia sibuk
pada satu hal dengan senang dan sukarela. Sebab, kalau tak
senang tentu dia akan meninggalkan permainannya. Ini bisa
terbawa sampai dia dewasa, misalnya menekuni buku. Singkatnya,
rangsangan terhadap anak lewat permainan yang baik membantu
mengembangkan inderanya, alat motoriknya, juga membantu
kemampuan imajinasi dan daya ciptanya, melatih mengatasi
masalah, mengambil keputusan. Pokoknya mempersiapkan anak untuk
masa dewasanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini