Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Tarif siang, tarif malam, ke bogor

Jalan desa pasireurih, bogor, keadaannya buruk. tarif pelayanan angkutan, berbeda antara siang & malam, karena penumpang kalau malam berkurang. kadang-kadang pengemudi mau mengangkut dengan tarif ekstra.(ds)

9 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SERUAN Presiden Soeharto di depan musyawarah Organda Senin pekan lalu agar melalui angkutan jalan raya diujudkan pemerataan, membangkitkan harapan penduduk Desa Pasireurih Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Ini bukan lantaran angkutan dari desa itu ke Kota Bogor selama ini sulit. Melainkan karena dunia angkutan di sana sedikit lain. Salah satunya, jika di Surabaya misalnya dikenal ada becak siang dan becak malam, di desa ini ada istilah tarip siang tarip malam. Pasireurih hanya 9 km arah selatan Kota Bogor. Sebagian besar dari 6000 jiwa penduduknya bertani. Selebihnya ada yang menjadi kuli batu, pedagang dan beberapa gelintir buruh di berbagai sektor, antaranya bangunan. Berbeda dengan umumnya rakyat desa luar Jawa yang banyak belum-mengenal jalan beraspal, rakyat desa ini sudah menikmatinya sejak zaman Belanda. Maklum para pembesar Belanda dulu pada bikin rumah peristirahatan di sana. Salah satu rumah peristirahatan yang di kalangan penduduk disebut Gedung Papak dan kini kabarnya dimiliki Dubes RI di Kanada dan bekas Kapolri Jenderal Polisi Widodo Budidarmo misalnya, konon dulu tempat istirahat van Mook, orang pertama Belanda pada periode NICA diakhir 1940-an. Jalan beraspal warisan Belanda itu masih ada. Merupakan satu-satunya jalan dari dan ke Kota Bogor. Tapi, dan ini yang selalu dikeluhkan penduduk, mendadak setelah negeri ini merdeka jalan itu sering tidak terurus. Perbaikan terakhir diketahui awal 1975. Selepas itu hanya penduduklah yang kadang-kadang jika mempunyai waktu luang menaburkan batu atau tanah. Maksudnya untuk menutup bagian jalan yang sudah menjadi kolam. Yang menarik bagi penduduk perbaikan jalan yang dilakukan petugas PU awal 1975 hanya untuk 8 km pertama. Selebihnya tak terjamah. Dan yang 8 km itu juga akhir-akhir ini penuh lubang. Ngetem M. Yusuf Ibrahim, seorang anggota DPRD Kabupaten Bogor satu waktu hadir dalam upacara Maulud Nabi Muhammad SAW di desa itu. Menjawab pertanyaan penduduk tentang nasib jalan Bogor (kota) -- Pasireurih ia berkata: "panjang jalan di Kabupaten Bogor ratusan bahkan ribuan kilometer, kalau perbaikan jalan baru separo misalnya, ya baru itulah kemampuan kita." Kesimpulannya, apalagi kalau bukan terbentur soal biaya. Angkutan dari dan ke Kota Bogor dilayani pikap sebangsa Daihatsu. Jumlahnya lumayan. Begitu memadainya, sampai-sampai terkadang kelihatan ada 5-6 kendaraan jenis itu bergerak konvoi sekaligus. Tapi jangan heran, jika siang hari penduduk pulang dari Kota Bogor cukup mengeluarkan uang Rp 75, tapi dengan uang yang sama jangan harap bisa pulang di malam hari. "Supir-supir ke daerah ini berlagak, asal malam saja enggan narik ke Pasireurih," ucap seorang penduduk. Tarip malam Rp 100. Tjetjep salah seorang supir Daihatsu milik seorang pengusaha sepatu, mengakui hal itu. "Habis kalau malam penumpang kan agak kurang," katanya berdalih. Kalau siang katanya ia jarang ngetem atau menunggu penumpang, sedang malam soal ngetem merupakan keharusan. Padahal sebenarnya "arus penumpang siang atau malam sebenarnya tidak jauh beda," kata seorang petugas di kantor Lurah Desa Pasireurih. Bagian jalan 8 km pertama rusak baru satu dua bulan lalu, akan hal 1 km sisanya mencapai Desa Pasireurih "entah sejak kapan." Dulu pengemudi Daihatsu hanya mau membawa penumpang dari Bogor sampai di Kampung Kebonjati Desa Sukamantri. Sebab hanya sampai kampung itu aspalnya mulus. Jadi, penduduk Desa Pasireurih boleh saja diangkut pulang asal mau dengan tarip ekstra. Ulah pengemudi tersebut berlaku terus sampai sekarang, rupanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus