SATURDAY NIGHT FEVER
Sutradara: John Badham
Produksi: Paramount Pictures
FILM bisa merubah mode, dibuktikan lagi oleh tontonan yang
dibintangi John Travolta (25 tahun) ini. Di Kualalumpur film ini
bertahan bulanan. Ia berhasil merubah busana para muda. Cara
berjalan pun jadi lain, sementara potongan rambut mengalami
revolusi drastis -- dari gondrong jadi klimis. Setiap orang
merasa wajib bergoyang, untuk menjadi anak muda zaman sekarang.
Sebelum bioskop memutar film ini banyak orang sudah berhasil
menyaksikannya lewat video kaset. Mereka lebih "beruntung": bisa
melihat semua bagian yang sebenarnya hanya boleh dilihat petugas
sensor. Misalnya gambaran pacaran di dalam mobil. Film ini
membuat sibuk majalah Time, sehingga mereka menurunkan laporan
utama Demam Travolta, 3 April tahun lalu -- jadi kita sudah
terlalu kasep dapat bagian.
Saturday Night Fever menceritakan anak-anak muda Amerika yang
demam ke disko. Bila malam Minggu tiba, mereka sudah tidak bisa
lagi ditahan. Pakaian khusus dikenakan. Semua orang berkerumun
di sebuah disko yang ditata sedemikian rupa dengan lampu-lampu
fantastis. Musik dimainkan, semua orang bergoyang. Tapi
sementara itu hidup yang sebenarnya tak bisa dilupakan -- dan
orang harus kembali menatapnya. Demikian pada akhir film, salah
seorang anak muda itu jatuh di jembatan, dan mati. Travolta
mengetuk pintu apartemen temannya. Mereka masih sempat
bertengkar. Tetapi kemudian mereka sepakat berteman lagi.
Berjanji untuk saling tolong menolong. Mengharukan juga.
Film ini dibuka dengan lenggang Travolta yang berjalan menuju ke
tempat kerja. Ditutup dengan sebuah adegan manis Travolta dengan
temannya. Di antara mereka mulai tumbuh pengertian --
kedewasaan. Sementara itu The Bee Gees mengumbar beberapa lagu
berirama Hustle -- Stayin' Alive, Night Fever -- menyebabkan
film ini jadi manis, hangat dan mengesankan bagi anak muda.
Meski sebagai film tidak memiliki nilai tinggi, sebagai barang
jualan menarik karena memenuhi selera. Juga memberi cukup
informasi potret anak muda metropolitan. Tidak semua anak muda
memang.
Lomba Ajojing
SNF diangkat dari artikel Nik Cohn di New York Magazine, Tribal
Rites of The New Saturday Night. Ia bercerita tentang Tony
Manero (John Travolta), raja disko berusia 19 tahun di diskotik
'2001 Odyessey' yang terletak di Bay Ridge, satu sektor di
Brooklyn, New York. Sehari-hari Tony bekerja di sebuah toko
cat. Orang tuanya, imigran Italia, berharap Tony akan menjadi
tulang punggung keluarga dan bukan hanya goyang kibul dalam
disko. Apalagi kakak Tony seorang pendeta.
Ketidakcocokan Tony dengan keluarganya digambarkan dengan tajam
oleh sutradara John Badham, di meja makan. Waktu itu bapaknya
dengan tenang saja memukul kepala Tony. Sementara rasa dingin
Tony sebagai kutu ajojing digambarkan dengan jelas, tatkala ia
membiarkan Annette -- salah seorang teman wanitanya -- dirayah
beramai-ramai dalam mobil, sementara ia tenang saja duduk di
depan.
Film ini meski sebenarnya mengutamakan soal disko, sempat
menampilkan segi-segi kemanusiaan -- termasuk keberandalan.
Lebih mengesankan dari film Travolta lainnya yang didominir
penampilan musik, Grease, meski di situ ia didampingi si jelita
Olivia Newton John. Juga jauh lebih bagus dari film disko
seperti Thank's God It's Friday yang didukung Donna Summer dan
'The Commodore'.
SNF bukan sebuah kejutan sinematografi, tetapi upacara kelahiran
seorang pujaan baru para muda. Meski wajahnya tidak rupawan.
Travolta telah menggelisahkan tidak hanya kaum hawa tapi juga
para adam. Orang bilang dia sexi. Tapi apakah sexi itu? Kalau ia
mulai bergerak, ia tahu betul di mana letak kekuatan tubuhnya --
dan kesegaran apa yang benar-benar dibutuhkan mata remaja.
Dalam lomba ajojing, yang merupakan peristiwa puncak film, Tony
Manero hanya keluar sebagai pemenang ketiga. Penulis skenario
rupanya menyadari benar bahwa Travolta tidak perlu dimenangkan
-- terlalu banyak, karena justru dengan struktur yang sekarang
ini muncul dimensi kemanusiaan. Tony Manero terasa jadi manusia
biasa, toh John Traolta yang memainkannya berhasil jadi raja"
-- sesuatu yang tak terjangkau oleh film disko yang lain.
Putu Wijaya, Eddy Herwanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini