Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Demam yang kasep

Sutradara: john badham produksi: paramount pictures resensi film oleh: putu wijaya, eddy herwanto. (fl)

9 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SATURDAY NIGHT FEVER Sutradara: John Badham Produksi: Paramount Pictures FILM bisa merubah mode, dibuktikan lagi oleh tontonan yang dibintangi John Travolta (25 tahun) ini. Di Kualalumpur film ini bertahan bulanan. Ia berhasil merubah busana para muda. Cara berjalan pun jadi lain, sementara potongan rambut mengalami revolusi drastis -- dari gondrong jadi klimis. Setiap orang merasa wajib bergoyang, untuk menjadi anak muda zaman sekarang. Sebelum bioskop memutar film ini banyak orang sudah berhasil menyaksikannya lewat video kaset. Mereka lebih "beruntung": bisa melihat semua bagian yang sebenarnya hanya boleh dilihat petugas sensor. Misalnya gambaran pacaran di dalam mobil. Film ini membuat sibuk majalah Time, sehingga mereka menurunkan laporan utama Demam Travolta, 3 April tahun lalu -- jadi kita sudah terlalu kasep dapat bagian. Saturday Night Fever menceritakan anak-anak muda Amerika yang demam ke disko. Bila malam Minggu tiba, mereka sudah tidak bisa lagi ditahan. Pakaian khusus dikenakan. Semua orang berkerumun di sebuah disko yang ditata sedemikian rupa dengan lampu-lampu fantastis. Musik dimainkan, semua orang bergoyang. Tapi sementara itu hidup yang sebenarnya tak bisa dilupakan -- dan orang harus kembali menatapnya. Demikian pada akhir film, salah seorang anak muda itu jatuh di jembatan, dan mati. Travolta mengetuk pintu apartemen temannya. Mereka masih sempat bertengkar. Tetapi kemudian mereka sepakat berteman lagi. Berjanji untuk saling tolong menolong. Mengharukan juga. Film ini dibuka dengan lenggang Travolta yang berjalan menuju ke tempat kerja. Ditutup dengan sebuah adegan manis Travolta dengan temannya. Di antara mereka mulai tumbuh pengertian -- kedewasaan. Sementara itu The Bee Gees mengumbar beberapa lagu berirama Hustle -- Stayin' Alive, Night Fever -- menyebabkan film ini jadi manis, hangat dan mengesankan bagi anak muda. Meski sebagai film tidak memiliki nilai tinggi, sebagai barang jualan menarik karena memenuhi selera. Juga memberi cukup informasi potret anak muda metropolitan. Tidak semua anak muda memang. Lomba Ajojing SNF diangkat dari artikel Nik Cohn di New York Magazine, Tribal Rites of The New Saturday Night. Ia bercerita tentang Tony Manero (John Travolta), raja disko berusia 19 tahun di diskotik '2001 Odyessey' yang terletak di Bay Ridge, satu sektor di Brooklyn, New York. Sehari-hari Tony bekerja di sebuah toko cat. Orang tuanya, imigran Italia, berharap Tony akan menjadi tulang punggung keluarga dan bukan hanya goyang kibul dalam disko. Apalagi kakak Tony seorang pendeta. Ketidakcocokan Tony dengan keluarganya digambarkan dengan tajam oleh sutradara John Badham, di meja makan. Waktu itu bapaknya dengan tenang saja memukul kepala Tony. Sementara rasa dingin Tony sebagai kutu ajojing digambarkan dengan jelas, tatkala ia membiarkan Annette -- salah seorang teman wanitanya -- dirayah beramai-ramai dalam mobil, sementara ia tenang saja duduk di depan. Film ini meski sebenarnya mengutamakan soal disko, sempat menampilkan segi-segi kemanusiaan -- termasuk keberandalan. Lebih mengesankan dari film Travolta lainnya yang didominir penampilan musik, Grease, meski di situ ia didampingi si jelita Olivia Newton John. Juga jauh lebih bagus dari film disko seperti Thank's God It's Friday yang didukung Donna Summer dan 'The Commodore'. SNF bukan sebuah kejutan sinematografi, tetapi upacara kelahiran seorang pujaan baru para muda. Meski wajahnya tidak rupawan. Travolta telah menggelisahkan tidak hanya kaum hawa tapi juga para adam. Orang bilang dia sexi. Tapi apakah sexi itu? Kalau ia mulai bergerak, ia tahu betul di mana letak kekuatan tubuhnya -- dan kesegaran apa yang benar-benar dibutuhkan mata remaja. Dalam lomba ajojing, yang merupakan peristiwa puncak film, Tony Manero hanya keluar sebagai pemenang ketiga. Penulis skenario rupanya menyadari benar bahwa Travolta tidak perlu dimenangkan -- terlalu banyak, karena justru dengan struktur yang sekarang ini muncul dimensi kemanusiaan. Tony Manero terasa jadi manusia biasa, toh John Traolta yang memainkannya berhasil jadi raja" -- sesuatu yang tak terjangkau oleh film disko yang lain. Putu Wijaya, Eddy Herwanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus